Oleh: Dr Handrawan Nadesul
Agar Covid-19 mereda, rantai penularannya harus diputus. Oleh karena penularannya dari orang ke orang, maka caranya orang tidak saling berdekatan. Artinya tidak berkerumun di tempat umum, karena kita tidak tahu orang yang di dekat kita apakah pembawa Covid-19.
Selama wabah Covid-19, setiap orang yang berada di luar rumah, harus diasumsikan sebagai pembawa Covid-19. Orang-orang yang berada di tempat umum berisiko terkontak, atau berkontak dengan pembawa Covid-19. Itu alasan mengapa wajib di rumah saja.
Pertanyaan kapan Covid-19 berakhir di Indonesia? Jawabannya tergantung seberapa patuh dan berdisiplin masyarakat di rumah saja. Vietnam dan Kamboja hanya kedapatan beberapa ratus kasus dan tanpa ada yang meninggal, oleh karena sejak awal masyarakatnya patuh terhadap anjuran pemerintah, seturut protokol WHO.
Selama masih ribuan orang bergerombol dan berkerumun di tempat umum, masih akan terus berlangsung penularan Covid-19. Satu saja orang tertular, berarti di belakangnya berderet puluhan sampai ratusan orang dalam kerumunan yang terdampak sehingga penularan masih akan terus berlangsung mengikuti perhitungan deret ukur atau secara eksponensial.
Baca Juga: https://tribuanapos.net/2020/04/21/ketika-oksigen-sudah-tak-berdaya-di-hadapan-covid-19-nasib-manusia-menjadi-sama/
Bila itu masih terjadi, itu berarti di tempat umum tetap bertambah banyak pembawa Covid-19. Apabila pembawa Covid-19 ini tidak di rumah melainkan bergerak terus dengan mobilitas tinggi, berisiko membawa Covid-19 ke orang-orang di kampung saat mudik, atau ke rumahnya sendiri sehingga puluhan atau lebih orang-orang di kampung yang terkontak dan berkontak dengannya akan terdampak, selain orang di rumahnya.
Bila di rumahnya ada orangtuanya, ada anaknya, atau suami atau istrinya, maka mereka semua akan terdampak dan berpotensi tertular. Membiarkan orang mudik, atau tetap keluar rumah, berarti Covid-19 belum akan bisa berakhir. Penderitaan masyarakat akan terus berlanjut, dan itu menjadi beban kocek negara.
Sekalipun sudah patuh di rumah pun, potensi tertular juga masih berpeluang terjadi selama di rumah masih ada orang yang keluar masuk rumah. Atau orang yang patuh di rumah masih ke pasar, supermarket, ke bank, apotek, atau keluar untuk sesuatu yang perlu. Apa risikonya masih ke tempat-tempat tersebut?
Baca Juga: https://tribuanapos.net/2020/04/20/ayo-gerakan-konsep-prosumen-mana-tahu-pandemi-masih-berkepanjangan/
Sekarang ini kita masih berisiko membawa pulang Covid-19 dari pasar, supermarket, apotek, bank, atau tempat lain. Karena di tempat-tempat tersebut ada juga orang-orang yang datang. Bisa jadi di antara mereka ada pembawa Covid-19. Maka tukang-tukang di pasar, kasir supermarket, pelayan apotek, dan bank, mereka banyak berkontak dengan orang-orang dan menjadi sumber penular baru bila ada yang dilayani orang pembawa Covid-19 sehingga mereka yang melayani publik ini berpotensi terdampak. Mungkin Covid-19 sudah ada di rambutnya, di kulitnya, di maskernya, atau di tangannya ketika memegang uang, kartu kredit, atau buku tabungan, dan itu besar kemungkinan terjadi apabila orang-orang yang mereka layani tidak patuh memakai masker, dan tangannya tercemar Covid-19 sehingga pegangan troli, dan semua permukaan barang sekitarnya dicemarinya.
Baca Juga: https://tribuanapos.net/2020/04/20/covid-19-penyakit-seribu-wajah/
Pendek kata, ketika musim wabah Covid-19 sudah sejauh ini, semua orang di luar rumah sana sudah terdampak Covid-19. Bahkan oleh hal yang tidak terduga, apabila kita mengamati cara penularan sekarang, bukan saja droplet dengan jarak 2 meteran saja seperti dulu kita menganggapnya, melainkan terlebih lagi ada semburan halus microdroplets atau ultra fine mist yang ukurannya kurang dari 10 mikronmili sebagaimana yang ditemukan di Jepang dengan menggunakan fotografi teknik tinggi (Gambar 1) yang butiran ludah halus bisa beterbangan lebih jauh ke depan pembawa Covid-19 yang batuk, bersin lebih dari 6 meter. Apabila semburan halus ini tidak terhirup pernapasan orang sekitarnya, Covid-19 di dalamnya yang beterbangan. Dan yang dari droplet sejarak 2-6 meteran akan jatuh ke lantai atau jalanan oleh gravitasinya.
Baca Juga: https://tribuanapos.net/2020/04/25/sembuh-el-asamau-bagi-kisah-pengobatan-corona/
Ternyata Covid-19 banyak berhamburan di lantai dan jalanan. Lebih-lebih bila orang pembawa Covid-19 meludah sembarangan. Terbukti, di lantai RS di Wuhan kedapatan banyak menumpuk Covid-19, terutama di lantai ICU tempat banyak kasus Covid-19 dirawat. Termasuk di lantai ruang ganti baju tenaga medis, selain di toilet. Apa artinya ini?
Berarti di lantai pasar yang kita kunjungi, di lantai supermarket, apotek, bank, dan sepanjang jalan aspal yang kita lalui, berpotensi terdapat Covid-19 yang berhamburan dan berceceran dari pembawa Covid-19 yang melintasinya apabila mereka tidak patuh di rumah dan masih berkeliaran.
Semakin masih banyak orang tidak patuh berkeliaran di luar rumah, dan ada di antara mereka pembawa Covid-19, semakin besar lingkungan di luar rumah tercemari Covid-19 selain semakin banyak pula orang-orang yang terkontak, atau berkontak dengannya.
Baca Juga: https://tribuanapos.net/2020/04/20/covid-19-mungkin-di-alas-kaki-anda/
Itu alasan mengapa setiap pulang dari luar rumah untuk keperluan yang tidak bisa ditunda, perlu memerhatikan kemungkinan kita membawa pulang Covid-19. Mengingat Covid-19 bisa beterbangan jauh lewat microdroplets (aerosolisation) sehingga berisiko menempel pada rambut kita, pakaian kita, kulit kita, atau sepatu kita, selain alas kaki kita terinjak Covid-19 entah di lantai, atau aspal mana. Maka perlu untuk tidak membawa pakaian dan semua yang kita bawa pulang langsung memasuki ruangan rumah. Tanggalkan pakaian di ruang yang aman di luar rumah, terlebih alas kaki, dan barang bawaan biarkan dulu di luar karena semua itu berpotensi sudah dilekati Covid-19. Setelah itu langsung mandi dan berkeramas, kemasan barang bawaan dibersihkan dengan sanitizer sebelum membawa masuk ke rumah. Dengan cara itu orang yang patuh di rumah tapi masih berisiko membawa Covid-19 ke rumah, lalu semua orang rumah ikut terkena Covid-19, tidak perlu sampai terjadi.
Ada sebuah prediksi Covid-19 Indonesia akan berakhir 3 Juni 2020. Target ini logika epidemiologisnya baru tercapai apabila seluruh masyarakat mematuhi, dan tetap berdisiplin terhadap anjuran pemerintah. Jangan sampai setiap kita masih menjadi orang yang menambah pembawa Covid-19 di negeri ini.
Kita berdoa terhadap semua yang sudah kita kerjakan ini akan membuahkan keberhasilan dan keselamatan bagi negeri yang kita cintai ini. Salam sehat.