Kalabahi –
Sekitar 40 Mahasiswa Alor yang sementara studi di luar daerah tiba di Kabupaten Alor menggunakan jalur gelap angkutan perahu motor nelayan. Mereka tiba pada Kamis (30/4) tengah malam di saat pemerintah memberlakukan kebijakan pembatasan orang melalui jalur transportasi udara dan laut. Para pelaku perjalanan itu langsung diamankan aparat covid-19 Desa karena datang dari daerah zona merah virus corona (covid-19).
Hal itu dikatakan Ketua Satgas Gugus Tugas Covid-19 Desa Pulau Buaya Kecamatan Alor Barat Laut (ABAL) Kasim Anwar saat dikonfirmasi wartawan, Sabtu (2/5) malam.
“Betul. Mahasiswa ini ada yang dari Kupang, ada dari Bali, dari Makasar. Mereka dari zona merah,” kata Kasim yang juga menjabat Kepala Desa Pulau Buaya itu.
Kasim menyebutkan, para mahasiswa tersebut diketahui berasal dari berbagai desa dan kecamatan di Kabupaten Alor yang sementara studi di luar Alor. Jumlahnya sekitar 40 orang. Mereka diangkut menggunakan perahu nelayan milik salah satu nelayan di Pulau Buaya.
Baca Juga: https://tribuanapos.net/2020/05/02/cavik-gmit-di-tribuana-bagi-sembako-dan-masker-kepada-pedagang-kaki-lima/
“Dorang banyak. Dari Pulau Buaya ada 13 orang. Namun setelah ditanya ke Juragan (perahu motor) itu bahwa dia ada lepas beberapa orang, sekitar 15 orang di Bakalang (Kecamatan Pantar Timur). Habis itu di Desa Alor Besar (Kecamatan Alor Barat Laut) itu ada lepas 12 atau berapa orang begitu,” ujar Kades Kasim.
“Lepasnya di Alor Besar tapi ada orang Alor Kecil, ada orang Dulolong ada orang Moru, ada orang Tereweng dan lain-lain. Kemarin Kades Tereweng telepon saya jadi saya arahkan; Bapak, orang-orang itu harus segera dikarantina. Dia bilang sudah arahkan karantina di Kalabahi,” lanjut dia.
Kasim menuturkan, dirinya tidak tahu puluhan mahasiswa tersebut ada koordinasi dengan seorang nelayannya untuk mengangkut mereka di Kupang. Kasim mengatakan seharusnya kejadian itu tidak boleh terjadi sebab pemerintah sementara ini sedang memberlakukan pembatasan akses angkutan orang melalui transportasi udara dan laut untuk mencegah penularan virus corona.
“Sementara ini kan (kita) sudah dengar sudah dalam keadaan lockdown lah. Semua transportasi laut dan udara sudah dihentikan. Sementara ini mereka semua berada di Kupang dengan cara bagaimana sehingga ada satu motor (nelayan) di sini yang mereka informasi jemput mereka di Kupang,” jelas Kasim.
Baca Juga: https://tribuanapos.net/2020/04/30/golkar-pkb-demokrat-pdip-aksi-cegah-covid-19-di-alor/
Setelah mendapat informasi kedatangan mahasiswa, Ketua Covid-19 Kasim memerintahkan seluruh aparaturnya untuk menjemput mereka dan karantina di halaman sekolah.
“(Penjemputan) itu juga tanpa ketahuan pemerintah desa. Kebetulan dua hari lalu mereka sampai, saya perintahkan semua tim gugus covid yang ada di desa ini, ketuanya saya, untuk menjemput mereka. Saya suruh semua siagakan semua di halaman sekolah ini,” katanya.
Kasim kemudian berkoordinasi dengan Kepala Puskesmas Ternate dan Kepala Pustu Pulau Buaya, melakukan pemeriksaan kesehatan. Ketiga belas mahasiswa Pulau Buaya itu sudah diperiksa kesehatannya dan diarahkan untuk karantina mandiri.
“Saya koordinasi dengan petugas kesehatan, dorang langsung diperiksa dan karantina diri di rumah masing-masing selama 14 hari. Kami petugas covid bersama tim Puskesmas tetap memantau mereka di rumah masing-masing. Kalau ada gejala virus; batuk, pilek, tenggorokan gatal, nanti kami koordinasi dengan Puskesmas, melakukan pemeriksaan kesehatan,” jelasnya.
Kades bersama kepolisian, Babinsa dan kepala Puskesmas juga sudah memberikan arahan kepada 13 mahasiswa itu agar benar-benar melakukan karantina diri sesuai protocol covid-19 yang disampaikan.
Baca Juga: https://tribuanapos.net/2020/04/30/kolonel-josafat-duka-sumbang-apd-medis-di-alor/
Sementara juragan perahu motor, Kades mengatakan Polres Alor sudah memangggilnya untuk dimintai keterangannya. Ia belum tahu hasil pemeriksaan Juragan di kepolisian.
“Juragan sudah dipanggil, diperiksa Polisi. Untuk sementara hasilnya bagaimana kita belum dengar proses selanjutnya. Dari Kodim juga sudah minta foto juragannya itu jadi saya sudah foto dia dan kirim. Artinya dia sudah diperiksa polisi tentang bagaimana cara (penjemputan) itu,” ungkapnya.
Kades Kasim kesal terhadap para mahasiswa tersebut yang datang menggunakan jalur gelap yang diduga melanggar kebijakan pemerintah menangani covid-19. Kades mengakui kedatangan para mahasiswa itu sangat merepotkan petugas covid-19 desa. Namun dia tetap melayani mereka karena sebagai pemerintah desa, dia wajib menjalankan tugas negara.
“Saya selaku Ketua Covid-19 di Pulau Buaya, saya siaga satu langsung. Mulai malam itu saya tidak tidur sampai pagi, sampai sekarang ini. Karena mereka menghalalkan segala cara sehingga semua selamat di Pulau ini,” kesal Kades.
Dirinya akan konsen penuh mengawasi para mahasiswa agar betul-betul menjalankan karantina mandiri sesuai arahan petugas. Ia berharap, selama karantina mandiri berlangsung para mahasiswa benar-benar tidak mengalami sakit mengarah pada gejala covid-19. Bila nanti 14 hari karantina ada mahasiswa yang sakit maka pihaknya akan melaporkan kepada Puskesmas untuk penanganan medis.
Baca Juga: https://tribuanapos.net/2020/05/02/satgas-covid-19-alor-jemput-odp-di-rumahnya/
“Mudah-mudahan, kita doakan mereka datang dari zona merah tetapi saya dengan petugas kesehatan ikuti terus. Kita isolasi mereka selama 14 hari. Selama 14 hari ini kalau memang tidak ada gejala virus itu maka kita syukurlah,” harapnya.
Kades juga sudah melaporkan masalah itu kepada Ketua Gugus Tugas Covid-19 Kecamatan Alor Barat Laut (ABAL). Data-data ketigabelas mahasiswa pun sudah dikirim kepada Satgas Kecamatan.
Kasim menghimbau kepada mahasiswa yang sementara berada di luar daerah untuk tidak pulang kampung di tengah wabah ini. Ia juga meminta mahasiswa patuh pada kebijakan pemerintah mencegah penularan virus corona.
Kades khawatir bila nanti semuanya menghalalkan segala cara pulang kampung maka akan berpotensi terjadi penularan virus corona di Alor.
“Saya himbauan kita ikuti instruksi Bupati, bahwa anak-anak yang di luar daerah untuk sementara lockdown jadi jangan dulu pulang. Karena prinsip saya bahwa yang datang dari zona merah, satu orang bisa membunuh 1000 orang. Itu kekuatiran saya,” pungkasnya.
Sejauh ini Satgas Covid-19 Kabupaten Alor belum mengumumkan penanganan puluhan mahasiswa yang diturunkan Juragan perahu motor di Bakalang dan Alor Besar. (*dm).