Kolana –
Patung Yesus berbusana sarung Kolana setinggi kurang lebih 4 meter yang berdiri di halaman depan Gereja GMIT Pniel Kolana, dipukul roboh pada Jumat 14 Agustus 2020 sekitar pukul 14.00 wita.
Patung itu diresmikan pada tahun 2011 dalam perayaan 100 tahun injil masuk Kolana. Pada waktu itu Pdt. Stef Makunimau, S.Th menjabat Ketua Majelis Jemaat Pniel Kolana dan Ketua Sinode GMIT dijabat Pdt. Eben Nuban Timo.
Patung tersebut katanya didirikan dengan tujuan mengenang 100 tahun (satu Abad) Injil masuk Alor Timur.
Kemudian tepat di ulang tahun Pniel Kolana ke 109, patung Yesus tersebut dirobohkan. Hal itu sesuai visi Tuhan yang disampaikan kepada Ketua Majelis Jemaat Pniel Kolana Pdt. Meri E. Djami, S.Th dalam pergumulannya selama 24 hari.
Lalu bagaimana kisah pergumulan iman Pdt. Meri E. Djami, S.Th mendapat perintah Tuhan meruntuhkan patung Yesus yang sementara menggendong anak kecil itu?
Berikut kesaksian Pdt. Meri E. Djami, S.Th dalam catatan iman yang dituliskan selama proses sebelum dan sesudah patung Yesus dirobohkan di Gereja GMIT Pniel Kolana.
TENTANG PATUNG YESUS BERWAJAH KOLANA DI PNIEL KOLANA

Catatan ini adalah alur cerita mengapa, bagaimana dan kapan patung Yesus berwajah Kolana terpaksa harus dipukul jatuh pada hari Jumat, 14 Agutus 2020 dimulai pukul 14.00–14.30, dan dilanjutkan dengan bangunan museum yang masih kosong sebagai penyangga patung jam 15.00–17.30. Puing-puing patung lalu dipindahkan ke lokasi bekas kerajaan Kolana untuk dibakar, pada Sabtu, 15 Agustus 2020 jam 15.00.
Rabu, 22 Juli 2020
Waktu itu menjelang siang, para tukang jemaat sedang mengerjakan Tribun Jemaat pada hari ke-12 sedang duduk beristirahat. Saya (Pdt Medja) juga duduk bersama mereka. Kami bercerita seperti biasa tentang berbagai hal dan rencana-rencana belanja lanjutan terkait pekerjaan pembangunan Tribun. Saya lalu menatap patung Yesus yang berdiri di depan kami, dan timbul sebuah rencana untuk mengecat patung itu. Saya pikir tribun kita sudah baru, patung juga bagus kalau terlihat baru untuk menyambut perayaan Ultah ke-109 Jemaat Pniel Kolana tanggal 01 Agustus nanti.
Saya lalu bertanya kepada seorang tukang: siapa yang biasa mengecat patung ini? Mereka menjawab : Bapak Tian. Dan saya katakan : baik sudah sebentar Bapak Tian datang na kita atur beli cat warna apa saja, supaya kita pesan di Babe satu kali (Babe adalah orang yang ditugaskan sebagai penyedia dan penyalur bahan bangunan dalam pekerjaan pembangunan Tribun). Demikian pembicaraan mengenai cat patung dan tinggal menunggu Bapak Tian.
Waktu berjalan menuju petang, kurang lebih sekitar pukul 06 sore, saya ingin makan sesuatu dari dapur, dan terdengar suara di telinga saya, yang berkata : “pukul itu patung”! Saya sangat kaget dan akhirnya mengurungkan niat untuk makan. Saya duduk terdiam di meja kerja dan berdoa dalam hati : Tuhan apa arti ini suara? Dan firman Tuhan dituliskan di udara demikian:
II Tawarikh 34 : 3 “Pada tahun kedelapan dari pemerintahannya, ketika ia masih muda belia, ia mulai mencari Allah Daud, bapa leluhurnya, dan pada tahun kedua belas ia mulai mentahirkan Yehuda dan Yerusalem dari pada bukit-bukit pengorbanan, tiang-tiang berhala, patung-patung pahatan dan patung-patung tuangan”
Ulangan 4 : 15 – 20 “Hati-hatilah sekali — sebab kamu tidak melihat sesuatu rupa pada hari TUHAN berfirman kepadamu di Horeb dari tengah-tengah api –supaya jangan kamu berlaku busuk dengan membuat bagimu patung yang menyerupai berhala apa pun: yang berbentuk laki-laki atau perempuan; yang berbentuk binatang yang di bumi, atau berbentuk burung bersayap yang terbang di udara,atau berbentuk binatang yang merayap di muka bumi, atau berbentuk ikan yang ada di dalam air di bawah bumi; dan juga supaya jangan engkau mengarahkan matamu ke langit, sehingga apabila engkau melihat matahari, bulan dan bintang, segenap tentara langit, engkau disesatkan untuk sujud menyembah dan beribadah kepada sekaliannya itu, yang justru diberikan TUHAN, Allahmu, kepada segala bangsa di seluruh kolong langit sebagai bagian mereka, sedangkan TUHAN telah mengambil kamu dan membawa kamu keluar dari dapur peleburan besi, dari Mesir, untuk menjadi umat milik-Nya sendiri, seperti yang terjadi sekarang ini”
Keluaran 20 : 4 “Jangan membuat bagimu patung yang menyerupai apa pun yang ada di langit di atas, atau yang ada di bumi di bawah, atau yang ada di dalam air di bawah bumi”
Saya lalu berdoa dalam hati : Tuhan e, ada apa? Ampuni kami yang telah membuatMu cemburu. Tuhan bagaimana beta (saya) menyampaikan ini? Siapa yang mau mendengar dan percaya? Orang-orang akan bilang ini beta pung mau, beta pung otak, beta pung rencana? Tuhan e, bagaimana hati Bapak Pdt Stef, betapa kecewa dan marahnya dia dengan berita ini? Tuhan, karmana sudah ni ??? Amin
Tidak ada jawaban, tidak ada suara. Beta juga hanya diam dan tidak bisa mengalihkan tekanan batin yang tiba-tiba terasa sangat berat menekan. Beta tidak berbicara dengan siapa pun. Beta lalu masuk kamar, berdoa dan tertidur.
Kamis, 23 Juli 2020
Pagi-pagi saya bertemu dengan Mama Lin, salah satu anggota jemaat yang punya karunia penglihatan, di sini mereka selalu menyebutnya dengan istilah orang-orang mata telinga. Kepada mama Lin, saya menceritakan tentang suara pukul itu patung semalam (kami menyebut pengalaman ini sebagai visi Tuhan), beserta dengan nas-nas Firman yang tertulis. Saya minta agar Mama Lin membantu saya menguji visi ini, benarkah ini dari Tuhan, atau bukan? Namun mama Lin, langsung menyatakan bahwa ini tahun ke-12 penahbisan gereja, cocok dengan nas Firman II Tawarikh 34 : 3 …tahun ke-12 pentahiran dilakukan.
Mama Lin bertanya pada saya : bagaimana jika ini memang suara Tuhan untuk ibu? Saya bilang : oke kita taat saja. Saya akan panggil para tua-tua jemaat, untuk menyampaikan hal ini, lalu saya dan 2 orang dari para tua-tua akan pergi ke Kupang bertemu Bapak Stef untuk membicarakan ini. (Bapak Pdt Stef adalah pendeta yang mengikhtiarkan pembangunan patung ini)
Lalu hasil pertemuan akan dibicarakan lagi dengan tua-tua jemaat. Lalu kemudian rapat majelis, setelah itu bari disampaikan ke jemaat. Demikian rencana kami pagi itu.
Hari ini adalah pekerjaan tribun hari ke-13. Selesai memimpin doa kerja dan snack pagi bersama beberapa tukang, yang sedang menunggu teman-temannya datang, saya ajak mereka berdiskusi santai. Bapak dong, apa pendapat bapak dong jika seandainya patung ini dibongkar? Ini seandainya saja. Jawaban mereka variatif : menurut saya, tidak bisa, itu Yesus jadi. Manurut saya, tidak boleh kita harus jaga perasaan Pdt Stef. Menurut saya, tidak bisa karena nanti kacau. Menurut saya, tidak boleh karena itu kita pung keringat dan kita pung cape. Menurut saya, terserah sa, Pdt Stef bilang bangun kita bangun, mama bilang bongkar kita bongkar, satu pendeta lagi datang bilang bangun, kita bangun, pokoknya kita ikut pendeta pung mau saja. Curah pendapat itu selesai tanpa komentar balasan dari saya. Saya mendengar saja. Dan mengucapkan terimakasih. Para tukang pun melanjutkan pekerjaan.
Pada hari menjelang siang, kembali ketika saya ingin mengambil sesuatu di dapur untuk dimakan, suara itu berbunyi lagi : Tidak ada pertemuan eksklusif untuk bahas kekejian ini. Saya terkejut karena memahami kata-kata ini dengan tidak ada surat, tidak ada rapat. Saya kembali tidak jadi makan, dan hanya bertanya Tuhan bagaimana saya menyampaikannya? Suaranya bilang kamu tabur saja di bawah pohon asam, pohon jambu, pada anak-anak, pemuda, remaja, orang tua, dan siapa saja yang lewat. Saya lalu bergumam duh … su ke nabi-nabi jaman dulu ni…
Malamnya, saya memanggil Bapak Wakil Ketua yakni Bapak Bernabas Mautuka dan menyampaikan visi ini. Bapa Nabas, kita harus berdoa untuk menguji hal ini. Mama, ini perkara berat, iman kita harus kuat, kata Bapak Nabas. Dan saya meminta kita berdoa bersama esok subuh di gereja.
Jumat, 24 Juli 2020
Saya dan bapak wakil berdoa subuh bersama di gereja, dan firman Tuhan serta penglihatan disampaikan untuk meneguhkan visi ‘pukul itu patung”! Mazmur 102 : 1 – 29 yang menegaskan bahwa masa-masa berat akan dijalani, tetapi ada Tuhan yang akan segera menolong dan janji Tuhan akan menyertai. Bapak Nabas berkata bahwa : akan ada sesuatu yang harus kita tuliskan untuk diingat. Dia juga menyampaikan sebuah penglihatan bahwa: ada tiga ekor anjing siap menerkam, namun dua anjing membatalkan terkamannya dan berbalik mundur, dan tinggal 1 ekor yang masih tetap ingin menerkam.
Saya bertanya Tuhan, apa arti semua ini? jawabannya : percaya saja! Saya menjawab : beta percaya!
Walaupun bathin saya merasa semakin tertekan, rasa takut dan gentar menyerbu hati saya. Dan saya meminta Tuhan : ketenangan karena saya percaya firmanNya, bahwa dalam tinggal tenang terdapat kekuatan”
Sabtu 25 Juli 2020
Saya meminta Mama Lin berdoa bersama saya di gereja, saat subuh. FirmanNya disampaikan melalui Mama Lin, Mazmur 116 “Terluput dari belenggu maut’. Saya bersyukur saja dengan firman ini, bahwa walaupun akan menjalani masa-masa yang berat tapi iman saya kepada Tuhan akan tetap terpelihara. Saya lega karena saya tidak kecewa dan menolak Dia ketika masa sulit akibat urusan patung itu datang.
Sore harinya ada Ibadah dan Perkunjungan MJH serta BP3J di Gugus Moloslola, saya memimpin setengah dari awal, karena harus memimpin sebuah ibadah syukur di gugus lain, dan seorang anggota BP3J melanjutkan hingga selesai. Di awal ibadah saya menyampaikan beberapa hal, terkait tanggungan jemaat untuk pembangunan tribun dan ketika ingin memulai ibadah, Roh Kudus memerintahkan saya untuk “omong” tentang visi itu. Saya lalu menyampaikannya, bukan untuk dibahas, karena hal ini masih harus digumuli dan didoakan dengan sungguh-sungguh. Ini misi yang berat untuk ditaati.
Minggu, 26 Juli 2020
Saya dibangunkan oleh suara : bangun dan taburkan! Dalam rencana saya, saya akan menyampaikannya dalam Suara Gembala, atau akhir khotbah saja. Intinya saya tidak tahu dengan persis pada saat mana saya harus menyampaikannya kepada jemaat. Kebaktian dimulai jam 07 pagi dan saya bersiap-siap. Ketika hendak mandi saya mendengar bentakan keras : baca Yesaya 42 : 8. Cepat – cepat saya buka Alkitab dan membacanya:
“Aku ini TUHAN, itulah nama-Ku; Aku tidak akan memberikan kemuliaan-Ku kepada yang lain atau kemasyhuran-Ku kepada patung.”
Beta lalu berdoa : baiklah Tuhan. Jadilah apa yang Tuhan mau. Beta ikut saja. Amin
Saya lalu bersiap-siap cepat pergi ke gereja dan menunggu para majelis berkumpul di konsistori. Sebelum doa konsistori dilakukan, saya menyampaikan visi pukul patung ini kepada mereka. Saya mohon maaf bahwa tentang perkara patung ini, larangan Roh Kudus untuk membuat rapat dan pertemuan khusus untuk membahasnya. Saya tahu hal ini sulit dipercaya dan akan menuai penolakan serta perbantahan hebat, namun saya harus mengkhotbahkan ini. Roh Kudus akan menolong saya. Dan saya minta tolong untuk setiap majelis satu hati sepakat mendoakan saya di atas mimbar, selama kebaktian.
Kebaktian berjalan dan khotbah disampaikan. Khotbah perumpamaan tentang penabur dalam Matius 13 : 1 – 23 (saat itu adalah minggu terakhir kami menggunakan bahan bacaan Sinode 2019 sebelum perubahan, kami baru akan menggunakan bahan perubahan mulai Bulan Agustus- hingga selesai).
Saya pikir, saya akan bicara tentang visi ini diakhir khotbah, supaya mengajak jemaat percaya firman Tuhan, menerima dan mengerti serta melakukan. Namun ternyata kenyataannya berbeda : saya dapat menyampaikan visi ini di awal, ketika saya dengan cepat (saya yakin ini cara Roh Kudus mengatur) harus meihat beberapa kata pertama yang sering tidak menjadi fokus kita. …..kata itu adalah pada hari itu.., yang membuat saya harus melihat dengan cepat waktu apa pada pasal 12 dan ternyata hari Sabat, yang berat bagi Yesus, di mana Ia mendapat protes keras dan ancaman bahkan tuduhan bersekutu dengan iblis. Intinya ini adalah Sabat hari perhentian yang berat, yang juga sedang saya dan jemaat akan alami ..visi disampaikan dan seterusnya kita harus belajar mendengar dan melihat, jangan menjadi cacat rohani dst … dalam memimpin kebaktian itu saya merasa sekujur tubuh dari kepala saya, disiram es. Saya merasa sangat dingin tapi tidak gemetar.
Awalnya jemaat kaget, ada yang percaya saja karena ini visi, tidak usah dibahas lagi, didoakan saja, dan menunggu waktu Tuhan. Ada yang sangat tidak percaya sedikit pun. Ada yang ragu-ragu, ini benar dari Tuhan atau dari Mama pdt pung ide, yang lain terserah. Dalam Doa Syafaat saya memohon pengampunan jikalau kami telah membuat Tuhan cemburu dan marah dan memohon Dia jangan murka terhadap kami. Selama ini kami pikir ini sebuah karya seni yang indah, ini sebuah simbol yang baik untuk memperkuat iman orang Kolana. Kami tidak pernah berpikir bahwa ini adalah Tuhan yang kami sembah, namun jika Tuhan punya penilaian lain yang berbeda dari pengetahuan kami, kami mohon ampun. Walau bagaimana pun Tuhan tetap lebih Mahatahu dari apa yang kami tahu.
Setelah kebaktian selesai, saya meminta majelis untuk jangan berhenti berdoa, supaya kita jangan jatuh dalam debat dan peselisihan tajam yang menggoyahkan iman dan kasih kita. Kita harus sungguh-sungguh berdoa. Saya mengajak mereka semua, jika punya waktu, datanglah berdoa bersama di Ibadah Persekutuan Doa Eklesia pada hari Rabu nanti (PD Eklesia, satu-satu PD dalam jemaat Pniel Kolana yang beribadah saban Rabu, pada tiap minggunya).
Sepulangnya saya dari gereja, saya pergi menelpon Bapak Pdt Stef dan menyampaikan visi lewat WA dan komunikasi telpon. Tentunya saja, Bapa Stef tidak percaya terhadap visi ini. Beliau mencoba membuka pemahaman saya tentang Teologi Kontekstual dan berbagai spirit dan makna dari pembuatan patung ini pada 2011 yang lalu. Saya hanya mendengar saja, namun juga bertanya : apa yang bapa lakukan jika bapa jadi saya yang mendapat visi seperti ini? Ini bukan lagi soal pemahaman teologi Kontekstual, saya merasa 3 tahun di Pniel Kolana, saya terlalu sering mengkhotbahkan makna patung ini, makna lukisan, makna tenunan. Saya finish dengan pemahaman Teologi Kontekstual versy patung yesus ini. Namun bagaimana dengan pernyataan visi ini?? ditambah lagi saya harus taat kepada Tuhan yang melarang untuk ada rapat khusus. Saya dipandang sebagai pendeta aneh yang tidak menghargai para tua-tua jemaat, sesuatu yang tidak pernah saya lakukan selama jadi pendeta di Kolana. Saya pulang ke rumah dengan rasa bingung, bagaimana saya harus bersikap. Bagaimana saya dapat mengerjakan visi ini, dengan pergolakan yang pasti akan terjadi, ditambah lagi Roh Kudus melarang komunikasi, konsultasi dan koordinasi untuk urusan patung ini. Tuhan e hal ini semakin menakutkan dampaknya, dan betapa bodohnya saya karena harus hanya taat dan percaya bahwa Tuhan mengaturnya. Saya merasa banyak orang tidak akan memercayai Visi ini, sekalipun ada firman yang meneguhkannya. Saya berserah saja.
Hari Minggu ini, sungguh-sungguh merupakan minggu yang berat bagi saya dan juga jemaat Pniel Kolana
Rabu, 28 Juli 2020
Dalam ibadah PD Eklesia, mama Lin menyampaikan sebuah penyataan Roh Kudus yang berkata :
Mengapa patung ini harus dibongkar? Karena pelataran gereja dalam penglihatan terlihat penuh kotoran dan Roh Kudus : menyatakan patung ini harus segera diturunkan! Saya bergumam, terima kasih Tuhan, sudah Engkau nyatakan juga kepada orang lain, yang tentu akan dapat membela perkara ini pula. Namun rasa tertekan dalam batin belum juga ringan.
Hari demi hari menjadi hari-hari penuh tekanan, pro kontra mulai terasa tajam. Tentu saja banyak jemaat tidak percaya.
Berikut beberapa pernyataan jemaat yang muncul :
- Tetap harus mengutamakan perasaan Bapak Pdt Stef, patung ini baik tidak ada yang menyembah, ini hanya simbol tentang identitas jemaat Kolana, jangan pernah dibongkar.
- Keringat jemaat ada di patung ini jangan dibongkar
- Kalau bongkar juga siapa yang mau pukul, kita tidak berani, ini sama seperti kita pukul Yesus, Ipen bongkar sendiri sa, kami tidak mau ikut.
- Ini patung harga diri kita, kita sudah bangga-bangga dulu baru pukul kasih jatoh lagi, orang tertawa kita la.
- Selama patung ini berdiri tidak ada tulah apa-apa jadi jangan percaya visi-visi.
- Kalau sampai bongkar, saya pindah gereja.
- Saya tidak akan ke gereja lagi.
- Kita siap buat kerusuhan kalau sampai bongkar.
Namun juga tidak henti-hentinya isi Firman Tuhan dinyatakan secara langsung, banyak sekali catatan firman Tuhan di buku harian saya.
Sekuat hati saya, saya berusaha untuk mempertahankan ketaatan saya terhadap setiap firman yang disampaikan. Saya membacanya berulang-ulang. Memohon Tuhan memberi kekuatan iman setiap waktu. Semua bagian terburuk yang mungkin akan muncul sebagai risiko dapat saya bayangkan : misalnya jemaat pecah, berkelahi, berdarah sehingga saya harus gantung toga, saya harus mundur, mungkin dipenjara karena merusak aset, saya didenda puluhan juta, atau yang agak ringan saya dianggap gila, maka di nonjob dan mungkin juga risikonya saya dipindahkan segera sebelum masa pelayanan berakhir. Saya menghibur diri, setidaknya saya tidak menanggung siksa dan cambukkan. Ya Tuhan, sungguh Engkau membuat saya merasa sangat tertindas. Kuatkanlah saya.
Selasa, 04 Agustus 2020
Saya melaporkan secara lisan perkara ini kepada KMK Alor Timur. Saya dinasehati bahwa hal ini sangat berisiko, jadi jangan bongkar. Saya berpikir : jangan bongkar sama dengan jangan taat. Tapi saya merasa, lebih baik menanggung akibat karena melakukan kehendak Tuhan, daripada merasa aman sementara akibat ketidaktaatan. Saya menguatkan diri, dan langsung menyampaikan rencana pukul patung pada Minggu ini, 09 Agustus, lalu saya pamit.
Minggu, 09 Agustus 2020
Rencana pukul patung tidak jadi dilakukan, karena banyak jemaat ke Kalabahi, maka rencananya pindah ke Minggu 16 Agustus, jam 3 sore. Hal ini disampaikan ke jemaat.
Selasa, 11 Agustus 2020
Sekitar jam 7 malam, saya dikunjungi oleh beberapa perwakilan jemaat, mereka terdiri atas para ketua gugus dan tua-tua jemaat. Mereka meminta saya untuk jangan dulu memukulnya. Kuatkan dulu pemahaman jemaat, karena banyak jemaat akan bertindak anarki. Saya lalu menyampaikan tidak apa –apa bapa, saya saja yang pukul. Saya sendiri saja yang pukul. Saya pukul 7 kali sesuai jumlah suku di Kolana, kalau dia luka itu jadi tanda bahwa kita tidak memuja patung ini sebagai Tuhan. Tapi kalau dia jatuh itu bukan tenaga saya, tapi tenaga Tuhan. Kalau tidak luka juga tidak mengapa, yang penting visi saya jalankan. Saya tidak bisa mengabaikan visi ini begitu saja. Saya harus mentaatinya. Toh Tuhan juga hanya bilang pukul itu patung! Hanya pukul. Pertemuan itupun selesai dan bubar.
Kamis, 13 Agustus 2020
Pagi–pagi sekali, suara itu berkata : bacakan Kejadian 22. Saya membuka Alkitab dan membacanya dengan suara. Setelah itu saya dikasih pengertian sederhana ini : Abraham rela memberi anak tunggalnya bagi Tuhan untuk disembelih, dan tangannya sendiri yang menyembelih, maka patung ini sebagai karya dan harta yang tunggal, persembahkanlah untuk Tuhan. Kasih kepada Allah menyempurnakan hukum Taurat. Pengertian ini cukup memberi penghiburan dan kekuatan untuk saya rela memukul patung ini. Saya lalu mengetik surat cukup panjang untuk Bapak Stef dan menyampaikan bahwa saya saja yang akan memukul patung itu, pada Minggu 16 Agustus jam 3 sore. Tentu patung itu tak akan rusak apa lagi roboh, kecuali ada kuasa Tuhan yang turun tangan, baru tentu patung setinggi hampir 4 meter itu roboh. Saya merasa cukup lega, karena bisa sampai juga ke keputusan ini : hanya saya yang pukul sehingga tidak ada dampak apa pun, seperti jemaat tidak perlu berselisih, apa lagi bertengkar, dan patung juga tak mungkin roboh. Namun pukul patung bukanlah rencana saya, tetapi rencana Tuhan. Bukan waktu saya tapi waktu Tuhan.
Jumat, 14 Agustus 2020
Sekitar setengah 6 pagi, setelah Doa Pagi, seperti biasa, saya merasa sangat lapar. Saya ke dapur, menaruh nasi di piring yang ada telurnya. Dan suara itu terdengar lagi : Lu jang makan! Waduh apa lagi ni, saya duduk di meja kerja dan tiba-tiba mulai menangis sedih. Tangisan saya tidak berhenti makin lama makin terasa sangat pedih. Saya mulai menangis keras. Saya memanggil-manggil mama Lin, untuk berdoa buat saya, tapi mama Lin sedang pergi ke Pasar Lantoka. Saya lalu meminta koster Anus menjemput Bapak Nabas, secepatnya. Saya terus menangis tiada henti, semakin lama makin keras, dan mulai menjerit. Secara akal saya, saya tidak tahu ada apa ini ? keluarga saya ada yang meninggalkah atau apa ? saya tidak pernah mengalami ini, saya terus berdoa tapi sambil menangis tiada henti sampai menutup wajah dengan kedua telapak tangan. Saya menangis pedih lebih dari 4 jam, tanpa mengerti apa yang saya tangisi.
Bapak Nabas telah tiba, di rumah pastori. Saya minta dia berdoa ada apa dengan saya. Kenapa saya sedemikian sedih dan menangis pedih seperti ini. Dan ketika beliau berdoa, saya diperdengarkan suara keras BAKAR ITU PATUNG!. Saya lalu mulai menjerit, tidak mungkin saya lakukan itu Tuhan, dengan memukul saja, masalahnya sudah seberat ini. Bagaimana lagi dengan membakar. Orang –orang akan sangat marah, mereka akan membakar pastori dan kerusuhan akan tiada terbendung, perang saudara pasti terjadi. Tuhan itu tidak mungkin, saya tidak mungkin mentaati suara ini.
Suara itu lalu berkata : Beta yang diamkan, lu katakan pada mereka dasar patung itu adalah anak sulung mereka dan kepala patung itu adalah anak bungsu mereka. Saya akan meminta anak mereka sebagai ganti patung itu. Mendengar suara itu, saya menjerit keras, dan berteriak memohon pengampunan dengan ratapan yang memilukan. Suaranya lagi : pakai bajumu sekarang juga. Dan lakukan segera perintah ini, katakan pada mereka Aku meminta anak-anak mereka sebagai ganti patung ini.
Bapak Nabas, tidak menyelesaikan doanya. Dia tidak sampai amin, dia langsung katakan mama, saya segera panggil para ketua gugus dan para orang tua-tua. Kita harus lakukan perintah ini segera. Sepeninggal Bapak Nabas, saya terus meminta pengampunan dan belas kasihan Tuhan. Tolong kami, tolong jangan murkai kami.
Saya pikir karena saya pakai toga, sebaiknya saya pergi menangis di dalam gereja. Ketika saya ingin melangkah keluar rumah, suara itu berkata : Lu jang pi gereja! , Lu di situ saja! Seketika itu juga mata saya melihat mata dan api yang bernyala-nyala. Saya merasa kengerian yang luar biasa, dan mulai meratap kepada Tuhan.
Jemaat tidak mengerti, mereka tidak tahu apa yang mereka lakukan, jangan ambil anak-anak kami dalam murkaMu yang bernyala-nyala. Ampun Tuhan Ampun Tuhan…. puluhan kali saya terus berteriak dan melolong pedih. Para ketua gugus telah tiba, dan beberapa orang lain juga, hanya sebagian kecil jemaat yang terhimpun, karena hari ini ada kerja bakti pembersihan lapangan kecamatan Alor Timur untuk Upacara HUT-75 RI. Saya lalu menyampaikan segala sesuatu dalam tangisan yang tiada henti bahwa kita harus melakukan ini dengan percaya dan takut akan Tuhan, jangan kita berbantah lagi dengan Tuhan. Saya meminta ampunanNya untuk keputusan saya memukul pada hari Minggu 16 Agustus. Ini perkara Tuhan, Ini maunya Tuhan. Ini rencana Tuhan. Ini waktuMu Tuhan. Ini agenda Tuhan. Bukan manusia apa lagi saya. Ampuni kami, Tuhan tolong jangan murka kepada kami.
Roh Kudus lalu memberikan bacaan Firman pada Amos 3 : 2 “Hanya kamu yang Kukenal dari segala kaum di muka bumi, sebab itu Aku akan menghukum kamu karena segala kesalahanmu. Dan Tuhan menyatakan 3 kesalahan kami yang telah membuatNya begitu murka dengan cemburu :
- Ada jemaatNya yang siap mati bagi patung ini, membuat cemburuNya menyala-nyala. Mengapa dulu ketika ada firman di mulutmu, kamu tidak berjuang untuk mati-matian membela firmanKu sehingga mencegah pembangunan patung itu.
- Mereka mencobai Aku dengan berkata : dari bangun patung sampai hari ini toh tidak ada tulah apa pun yang menimpa kita. Apakah mereka mempertanyakan kuasa murkaKu?
- Patung ini telah menjadi patokan ibadah mereka, bukan lagi darahKu : dari kelompok yang tidak setuju patung ini dirombak berkata kalau sampai rombak saya tidak mau beribadah lagi dan ada juga dari kelompok yang setuju bongkar, berkata : kalau tidak dibongkar saya pindah gereja.
Terhadap murka yang dinyatakan Tuhan dan 3 kesalahan kami ini, sungguh membuat saya tidak bisa berbentah-bantah dan menawar apapun lagi pada Tuhan. Saya sungguh memohon kekuatan iman sekuat Abraham dan hakim Gideon atau siapapun saksi iman dalam Alkitab. Tuhan kami akan melakukannya sekarang. Suara berkata : bersiaplah dan bacakan di depan mereka 1 Kor 1 : 10 – 4 : 21 tentang Perpecahan dalam jemaat, Hikmat Allah dan hikmat manusia, Hikmat yang benar, Perselisihan, Dasar dan bangunan, Tuhan adalah satu-satunya hakim dan rendahkanlah dirimu.
7 orang lalu ditugaskan untuk membaca dengan suara keras, satu orang satu perikop. Setelah itu kita berdoa memohon ampun dan menyatakan kesiapan kami untuk melakukan dengan segera perintah Tuhan.
Kami lalu keluar, untuk memukulnya. Saya memukul pertama sebanyak 7 kali dan dilanjutkan oleh beberapa orang. Dalam waktu setengah jam, patung setinggi 4 meter itu roboh. Selanjutnya orang-orang bertanya, bagaimana dengan rumah museum ini? Roh Kudus menyampaikan : hapuskan dari ingatan. Dan demikianlah semua bangunan di bawah patung itu dirobohkan. Pekerjaan merobohkan itu terjadi sampai pukul 17. 30, dan langsung saat robohan terakhir, Bapak Kapolsek Alor Timur; Bapak Simon Nahak, tiba di halaman gereja, untuk menyampaikan informasi berupa surat dari Sinode untuk jangan membongkar aset GMIT berupa patung yesus ini. Saya tidak bisa lagi berkata apa-apa. Semuanya telah selesai. Saya hanya menyampaikan kepada Bapak Kapolsek, bahwa semua ini adalah keinginan Tuhan, dan saya mengucapkan terima kasih sudah mau datang memberi informasi dan saya siap menanggung risikonya walau mungkin akan dibawa ke kantor polisi.

Sabtu, 15 Agustus 2020
Bangun!, bakar sudah!. Saya terkejut dengan suara itu lagi. Tuhan e bakar bagaimana, semen dan besi semua ni. Bakar di mana? Suara itu bilang : bakar di atas lokasi pondasi Kerajaan Kolana. Tempat bakar yang ditentukan ini hanya berjarak 50 meter dari lokasi patung. Saya lalu bangun, dan pergi ke rumah Bapak Nabas, untuk memberitahukan perintah bakar ini. Kami berdoa sejenak, dan langsung bergegas ke rumah Bapak raja; Yusuf Makunimau, untuk menyampaikan perintah ini. Bapak raja, berkata : silahkan mama, lakukan saja. Dan pekerjaan memindahkan puing-puing patung itu dilakukan, dan tersisa sedikit pekerjaan. Karena sudah dekat dengan jam sembayang Rumah Tangga, dan ada berita duka kematian Oyang Luisa Makunimau, pekerjaan pun dihentikan, dan nanti akan disambung.
Pada malamnya, kami mempersiapkan segala sesuatu untuk kebaktian esok pagi, dan suara itu berkata : “Esok tahirkan umatKu. Saya lalu membaca beberapa kisah PL tentang pentahiran, lalu saya tertidur.
Minggu, 16 Agutus 2020
Seperti biasa pagi-pagi saya bersiap untuk ke gereja. Dan seperti biasa pula, pagi-pagi ketika lonceng gereja dipukul, pintu gereja terbuka lebar. Saya membaca tentang pentahiran namun tidak begitu mengerti bagaimana caranya dilakukan. Ketika mau ke gereja, suara itu menahan saya : Lu jangan pi gereja dulu, tahirkan umatKu.
Saya lalu bertanya dalam hati : Roh Kudus bagaimana caranya pentahiran? Roh berbicara : tutup pintu gereja, dan tunggu jemaat di depan. Saya lalu menunggu di depan pagar. Dan memohon maaf kepada jemaat untuk keadaan ini, dan berjanji ini tidak lama, kita akan segera masuk gereja dan berbakti. Sambil menunggu jemaat berdatangan, saya menceritakan kejadian Jumat itu, Namun tiba-tiba saya merasa tubuh saya dingin, seperti tersiram es dari kepala. Saya berusaha tetap berdiri dan berbicara, dan Roh Kudus menunjukkan wajah orang-orang yang Dia murkai karena kedegilan hati mereka. Saya terus berbicara tanpa pengeras suara, namun tidak menyampaikan nama orang-orang itu. Saya hanya menyuarakan pertobatan. Waktu murka Tuhan akan terjadi pada 2021 atau tahun ke-13 nanti. Kita harus fokus untuk merendahkan diri dan bertobat. Waktu itu datang seorang jemaat sambil marah-marah dan merekam semua kejadian, sambil terus berbicara keras dan kasar. Beberapa jemaat berusaha menahan diri agar tidak terpancing emosi.
Setelah itu Roh Kudus meminta saya untuk memisahkan mereka, yang percaya di sebelah kiri dan yang tidak percaya di sebelah kanan. Yang percaya masuk ke dalam gereja untuk berbakti. Hanya ada satu jemaat yang berada di sisi tak percaya. Ia tidak masuk, dan memilih pergi, mungkin ke gereja sebelah. Tentu saja saya tahu bahwa jemaat tidak sepenuhnya percaya, mereka masih penuh ragu tapi harus cepat memilih supaya dapat berbakti. Tapi saya bersyukur setidaknya mereka masih berada dalam persekutuan. Saya lalu berdoa untuk pentahiran : Ya Bapa, dalam nama Tuhan Yesus yang menebus dosa dunia, tahirkanlah umatMu dalam darahMu supaya kami dilayakkan untuk beribadah dalam rumahMu. Demi nama Bapa, Putra dan Roh Kudus.
Setelah itu saya berjalan menuju pintu dan membukanya bagi jemaat untuk masuk beribadah. Saya dan para majelis berjalan terus ke konsistori, berdoa bersama dan masuk untuk menyelenggarakan kebaktian hingga selesai.
Demikianlah alur cerita tentang patung yesus dan kisah pentahiran umat, yang menggenapi firman 2Taw 34 : 3
Setelah hari-hari itu pelayanan jemaat tetap berjalan dengan normal, tidak sampai 10 anggota jemaat aktif yang memilih beribadah minggu di rumah karena ketidakpuasan mereka terhadap pembongkaran patung ini. Namun, ada banyak sekali anggota jemaat yang tidak aktif ke gereja justru kembali ke gereja. Pro kontra pemahaman masih terjadi, namun ini adalah dinamika pelayanan yang terjadi di hampir banyak gereja. Ini hanya soal waktu yang akan memberi pengertian dan perlahan-perlahan hubungan yang renggang akibat persoalan ini akan segera terekat kembali. Roh Kudus membaharui umatNya. Roh Kudus tolonglah kami.
GMIT Jatuhkan Sanksi

Majelis Sinode Gereja Masehi Injili di Timor (GMIT) menjatuhkan sanksi kepada Pdt. Meri E. Djami, S.Th karena perbuatannya robohkan patung Yesus di Jemaat Pniel Kolana dianggap bertentangan dengan kesaksian Alkitab dan ketentuan Tata Dasar GMIT dan sejumlah peraturan GMIT lainnya.
Sanksi yang dijatuhi yakni, Pdt Meri E. Djami, S.Th diberhentikan dari Jabatan Ketua Majelis Jemaat Pniel Kolana terhitung sejak tanggal 9 September 2020 dan ditarik kembali ke Sinode GMIT untuk mengikuti percakapan pastoral.
Kemudian, selama menjalani masa penarikan yang bersangkutan (Pdt. Meri E. Djami, S.Th) juga tidak mendapat jaminan/gaji dalam bentuk apapun sampai penempatan berikutnya.
Berikut Surat Keputusan Majelis Sinode GMIT menjatuhkan sanksi terhadap Pdt. Meri E. Djami, S.Th yang diterbitkan tanggal 9 September 2020.

SURAT KEPUTUSAN
Nomor : 741/SK/MS-GMIT/G/2020, Tanggal 9 September 2020.
Lamp : –
DALAM KETAATAN KEPADA TUHAN YESUS PEMILIK DAN KEPALA GEREJA, MAJELIS SINODE GEREJA MASEHI INJILI DI TIMOR,
MENIMBANG:
- Bahwa untuk melaksanakan amanat kerasulan Gereja maka pelayanan di semua lingkungan pelayanan harus senantiasa ditata, dipimpin dan dikembangkan sebaik-baiknya sesuai dengan Tata Dasar dan peraturan-peraturan GMIT.
- Bahwa kehidupan dan pelayanan GMIT termasuk Jemaat Pniel Kolana perlu ditata, dipimpin dan dikembangkan sebaik-baiknya untuk mampu melaksanakan fungsinya secara terus menerus sebagai basis kehidupan dan pelayanan GMIT.
- Bahwa Pendeta sebagai karyawan GMIT terpanggil untuk membimbing pertumbuhan dan kehidupan rohani Jemaat sesuai dengan kesaksian Alkitab dan tata aturan GMIT yang berlaku.
- Bahwa dalam kondisi tertentu ketika seorang Pendeta dinilai telah melakukan sesuatu yang bertentangan dengan kesaksian Alkitab dan tata aturan GMIT yang berlaku, maka Pendeta tersebut perlu ditarik kembali guna mengikuti percakapan pastoral.
- Bahwa untuk melaksanakan butir 3 dan butir 4 di atas maka Majelis Sinode Harian memandang penting dan perlu untuk menarik kembali Perbantuan dan Penempatan Pdt. Meri E. Djami, S.Th dari Jemaat Pniel Kolana. Karena itu dipandang perlu untuk meninjau kembali Surat Keputusan MS GMIT tanggal 11 Januari 2018 Nomor: 008/SK/MS-GMIT/I/2018 untuk selanjutnya ditetapkan kebijaksanaan yang baru baginya.
MENGINGAT:
- Ketetapan Sinode GMIT Nomor: 03/TAP/SIN-GMIT/XXXIII/2015 tentang perubahan pertama atas Ketetapan Sinode GMIT No. 1/TAP/SSI-GMIT/II/2010 tentang Pokok-Pokok Eklesiologi GMIT;
- Ketetapan Sinode Gereja Masehi Injili Di Timor No: 04/TAP/SIN-GMIT/XXXIII/2015 tentang Perubahan Pertama Atas Ketetapan Sinode GMIT No. 2/TAP/SSI-GMIT/II/2010 tentang Tata Dasar GMIT;
- Ketetapan Sinode GMIT Nomor: 05/TAP/SIN-GMIT/XXXIII/2015 tentang Perubahan Pertama Atas Ketetapan Sinode GMIT Nomor: 5/TAP/SSI-GMIT/II/2010 tentang Peraturan Pokok Sinode;
- Keputusan Majelis Sinode Nomor: 04/KEP/MS-GMIT/XI/2016 tentang Peraturan Organisasi Administrasi dan Sistem Komunikasi Informasi GMIT;
- Peraturan Pokok Gereja Masehi Injili Di Timor Nomor: 5/TAP/SIN-GMIT/XXXII/2011 tentang Jabatan dan Kekaryawanan GMIT;
- Surat Keputusan Majelis Sinode Nomor: 094/SK/MS-GMIT/G/2019, tanggal 19 September 2019 tentang Perubahan Tabel Gaji Pokok Karyawan GMIT;
- Keputusan Majelis Sinode Nomor: 17/KEP/MS-GMIT/XXXIV/2012 tentang Pedoman Pelaksanaan Sentralisasi Gaji Pokok Karyawan GMIT.
MEMPERHATIKAN:
- Surat Keputusan Majelis Sinode GMIT tanggal 11 Januari 2018 Nomor: 008/SK/MS-GMIT/I/2018 tentang Perbantuan dan Penempatan Pdt. Meri E. Djami, S.Th di Jemaat Pniel Kolana – Klasis Alor Timur.
- Keputusan Rapat Majelis Sinode GMIT tanggal 9 September 2020 tentang penarikan kembali perbantuan dan penempatan Pdt. Meri E. Djami, S.Th dari Jemaat Pniel Kolana.
MEMUTUSKAN
MENETAPKAN:
Pertama: Terhitung mulai tanggal 9 September 2020 Pdt. Meri E. Djami, S.Th diberhentikan dari tugas dan tanggung jawab pelayanan sebagai Ketua Majelis Jemaat Pniel Kolana.
Kedua: Ditarik kembali perbantuan dan penempatannya dari Jemaat Pniel Kolana untuk menjalani percakapan Pastoral dan penempatan selanjutnya akan diatur oleh Majelis Sinode GMIT.
Ketiga: Selama menjalani masa penarikan yang bersangkutan tidak mendapat jaminan/gaji dalam bentuk apapun sampai penempatan berikutnya.
Keempat: Posisi Pdt. Meri E. Djami, S.Th, dalam jenjang penggajian dan masa kerja seperti termaktub di bawah ini:
- Golongan/ruang gaji : D-2
- Gaji Pokok : 2.300.000,-
- Masa Kerja : 6 tahun 3 bulan.
Surat keputusan ini dapat ditinjau kembali dan diubah sebagaimana mestinya apabila dikemudian hari terbukti terdapat kekeliruan di dalamnya.
Surat Keputusan itu ditanda tangani Ketua MS GMIT Pdt. Dr. Mery I. Y. Kolimon, dan Sekretaris Pdt. Yusuf Nakmofa, M.Th.
Tembusan surat dikirim kepada:
- BPPPS GMIT di Kupang
- Ketua MK Alor Timur di Lantoka
- Ketua MJ Jemaat Pniel Kolana di Kolana.
Ratusan Jemaat Pniel Kolana Demo Tuntut GMIT Batalkan SK Penarikan Pdt. Meri E. Djami, S.Th

Ratusan Jemaat Pniel Kolana menggelar aksi demonstrasi menolak SK penarikan Pdt. Meri E. Djami, S.Th dari Jemaat Pniel Kolana.
Aksi itu dilakukan pada tanggal 28 September 2020 di Rumah Ketua Majelis Klasis Pdt. Moses Mooli, S.Th di Maritaing.
Para demonstran yang terdiri dari 151 KK itu menuntut Ketua Sinode GMIT Pdt. Dr. Mery Kolimon membatalkan SK penarikan Pdt. Meri E. Djami, S.Th dari Jemaat Pniel Kolana untuk menjalani percakapan pastoral di GMIT. Sebab mereka meyakini benar adanya visi Tuhan yang disampaikan kepada Pdt. Meri E. Djami dalam meruntuhkan patung Yesus.
Berikut tuntutan Jemaat Pniel Kolana
PERNYATAAN SIKAP JEMAAT PNIEL KOLANA TERHADAP SURAT KEPUTUSAN SINODE NOMOR: 741/SK/MS-GMIT/G/2020 TENTANG PENARIKAN Pdt. MERI E. DJAMI, S.Th
Kami yang bertanda tangan di bawah ini adalah 151 kepala keluarga yang terdaftar dalam buku induk Jemaat Pniel Kolana tahun 2020, menyatakan sikap sebagai berikut:
- Kami menolak SK penarikan Pdt. Meri E. Djami, S.Th karena sebagai Jemaat kami diperlakukan tidak adil, dimana Majelis Sinode tidak mendengarkan aspirasi kami untuk tetap mempertahankan keberadaan Pdt. Meri E. Djami, S.Th di Jemaat Pniel Kolana sebagai Ketua Majelis Jemaat Pniel Kolana.
- Kami sangat kecewa dengan proses dan cara penyelesaian masalah oleh Ketua Majelis Sinode GMIT pada rapat anggota sidi Jemaat Pniel Kolana pada tanggal 2 September 2020, pertemuan itu didominasi oleh beberapa orang Jemaat yang berbicara kasar dalam kondisi mabuk dan Ibu Ketua lebih mendengarkan mereka daripada kami.
- Kami sangat kecewa dengan MSH yang lebih mendengarkan dan memihak keluarga Kolana di Kupang yang nota bene bukan Anggota Jemaat Pniel Kolana.
- Kami sangat kecewa dengan segala startegi provokasi dari pihak luar untuk memecah belah Jemaat Pniel Kolana karena sesungguhnya kami mampu mengatasi perbedaan pendapat yang terjadi pasca pembongkaran patung.
- Kami yang bertanda tangan di bawah ini percaya visi Tuhan yang diberikan kepada hambanya Pdt. Meri E. Djami, S.Th, tentang pembongkaran patung. Kami merasa sedih mengapa MSH tidak percaya bahwa Tuhan masih berbicara saat ini. Mungkinkah MSH meragukan isi kitab Taurat, kitab para nabi serta penglihatan para Rasul?
- Kami menolak berbagai anggapan bahwa Pdt. Meri E. Djami, S.Th dituduh sebagai penyesat karena kami merasakan buah-buah pelayanannya dalam Jemaat selama 3 tahun ini dan juga kami menolak anggapan tidak waras atau jenis sakit mental lainnya yang dituduhkan kepadanya.
- Berdasarkan 6 poin di atas, kami menuntut MSH untuk segera membatalkan SK Nomor: 741/SK/MS-GMIT/G/2020 tentang Penarikan Pdt. Meri E. Djami, S.Th dan jikalau tidak diindahkan oleh MSH kami siap untuk menarik diri dari naungan Sinode GMIT.
Demikian pernyataan sikap ini, Tuhan Yesus Sang Kepala Gereja menyertai kita semua. Shalom.
Kolana, 28 September 2020.
Perwakilan Jemaat yang bertanda tangan di bawah ini:
- Tua Jemaat : Bapak Jusuf Ch. Makunimau
- Tokoh Jemaat : Bapak Elisa Sirituka
- Tokoh Perempuan : Ibu Marselina Maukira
- Tokoh Pemuda : Fajar Chr. Mauko

Pantauan wartawan di Kolana, Pdt. Meri E. Djami, S.Th masih bertugas sebagaimana mestinya di Jemaat Pniel Kolana. Para tokoh adat dan hampir seluruh Jemaat meminta Pdt. Meri E. Djami tetap melayani di Pniel Kolana karena ia dianggap setia menjalankan tugas dan amanah penginjilan menumbuhkembangkan iman dan kesejahteraan ekonomi Jemaat di Pniel Kolana, Klasis Alor Timur.
Lurah Kolana Utara Alex Mautuka dalam percakapan bersama wartawan, Sabtu (10/10) di Kolana mengatakan, saat ini situasi kamtibmas di Jemaat Pniel Kolana berjalan aman dan damai. Jemaat Gereja tertua di Alor Timur itu juga sementara ini menjalankan ibadah seperti biasanya pasca pembongkaran patung Yesus. (*demas mautuka).