Moko Raksasa Ditemukan di Pulau Alor NTT Melalui Petunjuk Mimpi

Moko Nekara Raksasa ini ditemukan oleh Simon J. Oil Balol di Seieng Desa Aimoli Kecamatan Alor Barat Laut Kabupaten Alor, NTT pada tanggal 20 Agustus 1972 melalui ilham atau petunjuk mimpi. Nekara ini sekarang tersimpan di Museum 1000 Moko Alor.
Moko Nekara Raksasa ini ditemukan oleh Simon J. Oil Balol di Seieng Desa Aimoli Kecamatan Alor Barat Laut Kabupaten Alor, NTT pada tanggal 20 Agustus 1972 melalui ilham atau petunjuk mimpi. Nekara ini sekarang tersimpan di Museum 1000 Moko Alor.

Kalabahi –

Menakjubkan. Moko Nekara raksasa ditemukan di Desa Aimoli Kecamatan Alor Barat Laut Kabupaten Alor Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT). Konon, Nekara yang ditemukan pada tahun 1972 ini keberadaannya diketahui melalui petunjuk mimpi.

Catatan Museum Nasional Indonesia menjelaskan, Nekara merupakan benda yang berasal dari kebudayaan Dongson, Vietnam Utara, yang hidup pada milenium awal sebelum Masehi.

Nekara tersebar di wilayah Asia Tenggara. Di Indonesia, Nekara banyak ditemukan di daerah sekitar rute perdagangan dan kemungkinan besar digunakan sebagai alat barter.

Selain itu, Nekara juga menjadi simbol prestisius yang menentukan pangkat dan status sosial dan kerap digunakan dalam ritual-ritual tertentu, salah satunya ritual memanggil hujan.

Di Jawa Timur, Nekara ditemukan terkubur di bawah tanah bersama rangka manusia dan benda-benda lainnya.

Baca juga: https://tribuanapos.net/2020/12/02/erupsi-gunung-ile-lewotodok-tak-berdampak-penerbangan-di-alor-warga-galang-donasi/

Kemungkinan besar Nekara tersebut digunakan sebagai peti mati dalam ritual penguburan sekunder bersamaan dengan bekal kubur yang dipersembahkan kepada roh nenek moyang.

Nekara umumnya memiliki hiasan berukir pola geometris, bentuk antropomorfik, bentuk fauna, bentuk perahu, dan bentuk bintang.

Kembali ke penemuan Moko Nekara di Alor. Kepala Bidang Museum Dinas Kebudayaan Kabupaten Alor, Rasid Sina menjelaskan, Nekara yang ditemukan di Kabupaten Alor ini bertipe Heger I. Dinamai Heger sesuai nama orang yang menemukan pertama.

“Ini Nekara tipe Heger I. Dinamakan Heger I karena yang menemukan itu adalah yang bersangkutan,” kata Rasid kepada wartawan, Jumat (27/11/2020) di Kalabahi.

Rasid mengatakan, ada beberapa tipe Moko Nekara yang tersebar di dunia. Ada tipe Heger I, II, III dan IV. Tipe Heger I ditemukan di Alor dan tipe Heger II ditemukan di Kepulauan Selayar, Sulawesi Selatan. Sementara tipe Heger III dan IV belum ada catatan keberadaannya.

Baca Juga: https://tribuanapos.net/2020/12/01/bnpp-gelar-fgd-peninjauan-kembali-perpres-tata-ruang-kawasan-perbatasan-negara-di-alor/

“Kalau di Museum (1000 Moko) Alor ini adalah tipe Heger I yang terbaik di dunia. Tipe Heger II ada di Kabupaten Kepulauan Selayar, Sulawesi Selatan,” ujarnya.

Nekara Raksasa ini ditemukan oleh Bapak Simon J. Oil Balol di Seieng Desa Aimoli Kecamatan Alor Barat Laut Kabupaten Alor pada tanggal 20 Agustus 1972 melalui ilham atau petunjuk mimpi.

Nekara yang ditemukan di Semarang Jawa Tengah. (Sumber: Museum Nasional Indonesia).
Nekara yang ditemukan di Semarang Jawa Tengah. (Sumber: Museum Nasional Indonesia).

Berdasarkan mimpi, lanjut Rasid, Simon diberitahukan bahwa ada satu Moko Nekara raksasa terkubur di suatu lokasi di Desa Aimoli. Simon kemudian yakin dengan mimpinya tersebut dan membulatkan niatnya menggali tanah di lokasi itu.

“Ditemukan ini dia dikasih mimpi, kemudian esoknya dia pergi gali, linggis kena dan dapat. Ujung linggis kena itu ada luka di pinggir (Moko),” kata Rasid sembari menunjuk bekas luka pada penutup Nekara yang terkena linggis.

Setelah menemukan, Simon J. Oil Balol kemudian menaruh baju dan kainnya di atas Moko Nekara itu sebagai tanda barang tersebut sudah ditemukan atau menjadi miliknya.

Baca Juga: https://tribuanapos.net/2020/11/28/niat-pinjam-dana-pen-rp-15-triliun-gerindra-minta-pemprov-ntt-siapkan-opsi-lain/

Simon kata Rasid, lalu berlari ke perkampungan dan memberitahukan warga bahwa ia telah mendapat Moko Nekara ini di dalam tanah yang ia gali. Warga pun datang membantunya mengeluarkan Nekara tersebut dari dalam tanah.

Menurut Rasid, Moko Nekara dan semua Moko yang beredar di kepulauan Alor ini diperkirakan berasal dari peninggalan Dongson, Vietnam Utara.

Dari sana Moko itu masuk melalui dua jalur yaitu jalur barat melewati kepulauan Sumatera dan jalur timur melewati Filipina, menuju Makasar dan masuk ke pulau Alor pada Abab ke 14.

“Moko di sini dia masuk lewat Sumatera dan Makasar. Di Makasar mungkin ada Moko juga tapi itu bukan dipakai untuk Belis melainkan hanya hiasan saja. Di Flores juga ada Moko tapi bukan untuk tujuan Belis. Flores itu Gading yang dipakai Belis,” sambung Rasid.

Kabid Rasid mengungkapkan, Moko Nekara ini tidak dipakai untuk tujuan Belis melainkan hanya menjadi icon keberadaan seluruh Moko di Alor. Kemungkinan Moko tersebut dulunya dipakai untuk upacara ritual suku tertentu di kepulauan Alor.

Baca Juga: https://tribuanapos.net/2020/11/28/panitia-muspel-pemuda-gmit-tahun-2021-resmi-dilantik/

Kemudian, Nekara ini dulunya pernah ditawar untuk dibeli sekian Miliar oleh seorang warga Negara asing. Namun pemiliknya tidak bersedia menjual karena keberadaannya di pulau Alor dianggap sakral. Bila dijual maka bisa mendatangkan malapetaka.

Dulu, Nekara ini juga pernah dititip di Museum Daerah Provinsi NTT. Waktu itu Alor belum punya Museum.

Kemudian tahun 2002 Bupati Alor Ir. Ansgerius Takalapeta membangun Museum 1000 Moko dan mendatangkan Nekara itu guna diaruh di Museum 1000 Moko Alor.

Nekara ini bahannya terbuat dari perunggu karena dibuat pada zaman perunggu.

Secara fisik, Nekara ini berbentuk seperti drum. Ukuran tingginya diperkirakan mencapai 1 meter dan diameter 60-70 cm.

Moko Nekara bergambar cap bintang yang berada persis di tengah Moko. Kemudian pada empat sisinya ada pula gambar kodok namun satu kodok sudah tercopot akibat termakan usia.

Baca Juga: https://tribuanapos.net/2020/11/24/jokowi-buka-kongres-gmki-di-papua-barat/

Selain Nekara, ada satu lagi Moko Nekara berukuran sedang. Namun catatan Moko ini belum ada manuskripnya mengenai siapa yang menemukan, kapan dan dimana ditemukannya.

Museum 1000 Moko Alor Simpan Berbagai Jenis Moko

Deretan Moko Pung yang tersimpan di Museum 1000 Moko Alor. Moko ini biasanya dipakai untuk tujuan belis perempuan Alor khususnya di Pulau Pantar.
Deretan Moko Pung yang tersimpan di Museum 1000 Moko Alor. Moko ini biasanya dipakai untuk tujuan belis perempuan Alor khususnya di Pulau Pantar karena memiliki nilai yang lebih besar.

Museum 1000 Moko Alor memang unik karena menyimpan segala macam dan jenis Moko yakni; Moko Nekara Raksasa, Moko Pung, Moko Cap Bulan, Maleitana, Aimala dan semua jenis Moko mulai ukuran kecil hingga besar.

Catatan Museum Nasional Indonesia mengatakan, Moko atau Mako adalah nama lokal yang diberikan oleh masyarakat Alor untuk gendang perunggu (Nekara) berukuran kecil.

Moko dibuat dengan teknis lost-wax. Gendang sejenis ditemukan tersebar di beberapa wilayah timur Indonesia seperti di Flores, Timor hingga Maluku dengan nama yang berbeda.

Mitos asal usul Moko yang berkembang di masyarakat Alor menceritakan bahwa Moko muncul dan tumbuh dari tanah dan berkaitan dengan legenda putri Mako.

Baca juga: https://tribuanapos.net/2020/11/24/gubernur-papua-barat-ajak-gmki-jaga-tanah-papua-dan-nkri/

Sementara para arkeolog berpendapat bahwa Moko produk luar Alor dan merupakan pengaruh penyebaran artefak logam dari kebudayaan Dongson di Vietnam Utara yang menyebar hingga ke Asia Tenggara sampai ke Indonesia.

Menurut catatan sejarah, Moko di Alor merupakan komoditi perdagangan laut yang dibawa oleh para pedagang Cina, Jawa , Makasar, Portugis dan Belanda.

Walaupun Moko merupakan benda budaya yang berasal dari luar Alor, namun dahulu hingga kini, Moko memiliki fungsi penting dalam kehidupan sosial budaya masyarakat Alor.

Kepemilikan sejumlah Moko dapat menunjukkan status sosial seseorang. Moko juga merupakan benda pusaka dan benda ritual yang hanya dikeluarkan pada saat upacara adat seperti perkawinan dan kematian.

Baca Juga: https://tribuanapos.net/2020/11/24/kongres-papua-ketum-tegaskan-gmki-dukung-pemerintah-tapi-juga-kritik/

Selain itu, Moko merupakan mas kawin yang jumlahnya diatur oleh adat. Kemudian, Moko juga digunakan untuk alat pembayaran dan denda adat serta dipakai juga sebagai alat musik.

Kepala bidang kesenian, sejarah dan cagar budaya Dinas Kebudayaan Alor Stev Kaminukan mengatakan, Moko yang tersimpan di Museum 1000 Moko ini merupakan benda pusaka.

Benda-benda tersebut dalam prakteknya masih dilestarikan masyarakat Alor secara turun temurun hingga sekarang.

“Moko dan benda-benda bersejarah ini masih terpelihara baik di Museum ini. Ini merupakan gambaran sejarah peradaban hidup orang Alor dari generasi ke generasi yang keberadaannya masih berlaku di masyarakat kita,” katanya.

Bagi Anda yang ingin melihat langsung Nekara Raksasa dan mengetahui cerita seputar 1000 Moko Alor, bisa berkunjung ke Museum 1000 Moko di Kelurahan Nusa Kenari, Kecamatan Teluk Mutiara, Kabupaten Alor, NTT.

Selengkapnya klik dan nonton videonya di sini:

(*dm).