Dalam rangka memberikan alternatif mata pencaharian bagi nelayan yang telah berhenti menangkap hiu tikus, Thresher Shark Indonesia kembali melanjutkan pelatihan perikanan berkelanjutan.
Pelatihan tersebut ditujukan bagi nelayan yang berada di dua desa: Lewalu dan Ampera, Kecamatan Alor Barat Laut.
Adapun, pelatihan ini mencakup; 1) Pelatihan Keamanan dan Keselamatan di Laut; 2) Pelatihan Penangkapan Tuna Berkelanjutan.
Kedua pelatihan ini dilaksanakan dari tanggal 10 – 11 November 2021, bertempat di SMP Negeri 1 Ampera.
Pelatihan ini difasilitasi oleh Syamsudin, selaku perwakilan dari Kantor Syahbandar dan Otoritas Pelabuhan Kelas IV, Kalabahi, Alor.
Sebanyak 22 nelayan dari dua desa, yang terdiri atas tujuh nelayan Desa Lewalu dan lima belas nelayan Desa Ampera, mendapatkan pelatihan terkait dengan aspek-aspek keselamatan dan mitigasi saat melakukan pelayaran di laut lepas.
Selanjutnya, pelatihan Penangkapan Tuna Berkelanjutan difasilitasi oleh Ir. Jotham S. R. Ninef, M. Sc, dengan memberikan materi terkait alat tangkap ramah lingkungan, penanganan pascatangkap, dan penentuan lokasi penangkapan tuna.
Di samping itu, pelatihan ini diikuti oleh 25 nelayan dan juga dihadiri langsung oleh Rahmad Zainuddin, selaku Kepala Bidang Sosial Budaya Bappelitbang dan Yohanis B. Dawarai, perwakilan Burung Indonesia.
Selanjutnya, setelah mendapatkan materi selama dua hari, para nelayan melanjutkan pelatihan dengan melakukan praktik yang difasilitasi oleh nelayan tuna dari Bajo, Sulawesi Selatan.
Adapun, pelatihan ini dilakukan sebanyak lima kali, yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan para nelayan binaan.
Salah satu nelayan Bajo menekankan bahwa, untuk memancing tuna harus menyiapkan mental yang kuat, disamping itu perlengkapan penunjang memancing harus sudah dipersiapkan sebelum memulai aktivitas memancing.
Adapun, para peserta senang mendapatkan berapa pengetahuan yang sebelumnya tidak pernah mereka dapatkan.
“Ada beberapa ilmu yang saya dapatkan dari nelayan Bajo. Pertama, ada macam-macam umpan, ada belo-belo, ikan terbang, dan cumi-cumi. Selanjutnya, kita diajak pergi untuk menentukan lokasi pancing dengan melihat lumba-lumba, dan ikan apa yang berenang di sekitar titik pancing untuk menentukan jenis umpan yang digunakan,” ungkap Ahmad Muring, mantan nelayan hiu tikus saat ditemui setelah pelatihan.
Program peralihan mata pencaharian alternatif bagi nelayan merupakan program utama Thresher Shark Indonesia yang telah dilakukan sejak tahun 2020.
Program ini bertujuan untuk memberikan alternatif tangkapan bagi nelayan hiu tikus sehingga mereka dapat berhenti menangkap hiu tikus, tanpa mengubah mata pencaharian mereka sebagai nelayan.
Sebanyak sembilan nelayan telah berjanji untuk berhenti menangkap hiu tikus dan akan beralih kepada perikanan berkelanjutan. Untuk itu, Thresher Shark Indonesia memberikan pelatihan guna meningkatkan kapasitas para nelayan tersebut.
Thresher Shark Indonesia merupakan yayasan yang didirikan pada tahun 2018, dengan fokus program konservasi berbasis masyarakat untuk pelestarian Hiu Tikus (Thresher Shark) dan laut di Pulau Alor, Nusa Tenggara Timur.
Adapun, rangkaian pelatihan untuk perikanan berkelanjutan ini merupakan bagian dari program “Peralihan Mata Pencaharian Nelayan Hiu Tikus ke Perikanan Berkelanjutan”.
Program ini didukung oleh Burung Indonesia melalui skema pendanaan Critical Ecosystem Partnership Fund (CEPF).
Selain itu, program ini juga didukung oleh, Shark Conservation Fund (SCF), Ocean Blue Tree (OBT), dan beberapa individu yang memberikan bantuan melalui mekanisme penggalangan dana.