Presiden Joko Widodo resmi mengumumkan kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM); Pertalite, Solar, dan Pertamax. Harga terbaru BBM bersubsidi dan non-subsidi mulai berlaku pada hari Sabtu (3/9) pukul 14.30.
“Saat ini pemerintah membuat keputusan dalam situasi yang sulit. Ini adalah pilihan terakhir pemerintah yaitu mengalihkan subsidi BBM sehingga harga beberapa jenis BBM akan mengalami penyesuaian,” ujar Presiden Jokowi dalam jumpa pers di Istana Merdeka, Sabtu yang rilis media-media nasional.
Menteri ESDM Arifin Tasrif menjabarkan penyesuaian harga BBM terbaru yaitu, Harga Pertalite dari Rp 7.650 per liter menjadi Rp 10.000 per liter. Harga Solar subsidi dari Rp 5.150 per liter menjadi Rp 6.800 per liter. Harga Pertamax dari Rp 12.500 menjadi Rp 14.500 per liter.
Kenaikan harga BBM ini memicu sejumlah aktivis mahasiswa dan Cipayung di tanah air protes keras. Protes tersebut dilakukan melalui demonstrasi di hampir seluruh daerah, termasuk di Kabupaten Alor, Nusa Tenggara Timur.
Ketua GMNI Cabang Alor Gilamo Turwin mengatakan, pihaknya bersama Cipayung plus; GMKI Kalabahi, PMKRI Alor, HMI Alor, IMM, SEMATA Kalabahi, IMP2 dan sejumlah OKP turun ke jalan memprotes kebijakan Presiden menaikkan harga BBM karena dampaknya cukup di rasakan masyarakat Alor di tengah pemulihan ekonomi pasca pandemi Covid-19 dan Bencana Seroja.
Menurut Gilamo, kenaikan harga BBM ini hanya selisih beberapa ribu rupiah saja namun dampaknya terjadi kenaikan harga-harga barang, sembako dan harga tarif transportasi umum hingga mencapai 2 hingga 3 kali lipat dari harga biasanya.
“Kenaikan BBM dari pemerintah pusat ini membuat masyarakat makin susah. Untuk itu kami Cipayung plus datang aksi ke DPRD meminta berdialog supaya dampak kenaikan BBM ini bisa diantisipasi pemerintah sehingga lonjakan harga-harga barang, sembako dan transportasi mobil dan perahu motor penumpang ini bisa dikendalikan. Sekarang perahu motor saja tarifnya naik dua hingga tiga kali lipat. Ini memberatkan masyarakat,” ujar Gilamo di sela aksi unjuk rasa pada Rabu (14/9) di kantor DPRD, Kalabahi Kota.
Gilamo menyesalkan Ketua DPRD Enny Anggrek dan 28 Anggotanya yang tidak hadir menemui demonstran untuk berdialog. DPRD malah mengutus Wakil Ketua II Sulaiman Singh yang menemui demonstran namun ditolak karena aksi mereka sebelumnya juga diterima Sulaiman Singh namun tidak ada tindak lanjutnya.
Ketua GMNI meminta Ketua DPRD dan 3 pimpinan Komisi perlu hadir berdialog supaya aspirasi mereka ini bisa ditindaklanjuti.
Aspirasi yang akan disampaikan GMNI dan Cipayung plus yaitu meminta DPRD menyurati Presiden Jokowi bahwa mahasiswa di Alor menolak kenaikan BBM.
Selain itu GMNI juga meminta menghadirkan OPD-OPD terkait untuk membahas masalah lonjakan harga BBM, Sembako dan barang-barang penting lainnya, juga membahas kenaikan tarif transportasi.
“Harga BBM sekarang yang dijual eceran di desa-desa juga mengalami kenaikan yang luar biasa. Ini Komisi yang membidangi pertamina, Migas, dan Dinas Perdagangan bisa hadir supaya dengar aspirasi kami. Kemudian ada juga kenaikan sembako di pasaran dan di kecamatan-kecamatan, ini di Komisi terkait juga perlu hadir supaya bisa memanggil dinas terkait melakukan pengawasan,” katanya.
Ketua GMKI Kalabahi Kalfin R. Karbeka juga ikut menyesali sikap Ketua dan Anggota DPRD yang tidak hadir di kantor menemui demonstran padahal mereka semua baru pulang dari Kota Kupang mengikuti asistensi APBD-P di Provinsi.
Kalfin mengatakan bahwa dampak kenaikan BBM ini membuat harga-harga barang, sembako dan tarif transportasi ikut naik signifikan. Karena itu ia berharap pada aksi berikutnya nanti DPRD bisa hadir sepenuhnya berdialog dengan mereka.
“Kami sangat kesal pada Ibu Ketua DPRD dan semua Anggota DPRD yang tidak hadir. Ini masalah serius yang butuh kehadiran mereka. Kita akan berdialog kalau Ketua DPRD dan Anggota lainnya sudah hadir,” kata Kalfin saat berdialog dengan Sulaiman Singh.
Ketidakhadiran Ketua DPRD, pimpinan Komisi dan Anggota DPRD tersebut membuat aksi Cipayung di kantor DPRD menjadi ricuh. Kericuan terjadi setelah beberapa lama Sekretariat Dewan berkoordinasi untuk menghadirkan Ketua, Pimpinan Komisi dan Anggota namun hasilnya Ketua DPRD mengabarkan bahwa ia sakit sehingga tidak bisa menerima demonstran.
Puluhan demonstran kemudian mengamuk dan membakar Ban bekas di depan kantor DPRD, memprotes pimpinan dan Anggota DPRD yang tidak mau hadir menemui mereka. Mereka juga memaksa masuk hendak menyegel pintu kantor DPRD namun dihalau aparat kepolisian yang dipimpin Wakapolres Alor Kompol Pieter M. Johannis.
Negosiasi berlangsung alot, akhirnya pimpinan Cipayung menemui Wakil Ketua DPRD Sulaiman Singh untuk berdialog. Dialog pun mahasiswa tetap meminta Sulaiman Singh menghadirkan Ketua DPRD, Ketua-Ketua Komisi dan Anggota DPRD. Mereka protes memukul meja dan meninggalkan ruangan. Aksi pun berlanjut di depan gedung DPRD hingga sore hari.
Ketua GMNI Alor Gilamo Turwin ikut menyinggung harga-harga komoditi yang anjlok di tengah pemerintah menaikkan harga BBM. Menurutnya anjloknya harga-harga komoditi ini membuat terjadi kesenjangan sosial. Sebab masyarakat dipastikan akan mengalami kesulitan hidup di tengah kenaikan BBM, kenaikan harga barang dan anjloknya harga komoditi.
“Harga komodoti misalnya kemiri itu harga sebelumnya Rp 25 ribu/kg sekarang turun menjadi Rp 21 ribu. Nah, harga-harga komoditi yang kami cek di pasaran semuanya hampir pasti ikut turun saat BBM naik dan harga barang ikut naik juga. Ini jelas membuat masyarakat makin susah. Apalagi harga sayuran di pasaran seperti daun ubi, bunga pepaya, kue rambut, kue kenari, jangan-jangan tidak ikut naik. Ini butuh peran pemerintah ikut mengawasi sehingga kami datang ke DPRD ini mau sampaikan hal itu untuk dicarikan solusinya. Sayangnya Ibu Ketua dan Anggota semua tidak ada (hadir),” kesal Gilamo.
Ketua GMNI meminta pemerintah dan DPRD ikut mengawasi anjloknya harga-harga komoditi di tengah inflasi akibat kenaikan BBM subsidi agar tidak terjadi kesenjangan sosial yang parah.
Iflasi Melilit Alor
Beberapa bulan ini inflasi atau kenaikan harga-harga barang secara massif terjadi di pasaran Alor, Nusa Tenggara Timur. Kondisi ini membuat masyarakat cukup resah. Harga sembako dan harga barang penting lainnya ikut melambung tinggi di dua pekan terakhir, sebelum pemerintah menaikkan harga BBM.
Berdasarkan penulusuran tribuanapos.net, harga sembako, seperti beras 50 kg yang dijual di kapal di pelabuhan Kalabahi dengan harga Rp.420.000/sak, namun harga jual di Toko dipatok dengan harga Rp. 460.000/sak.
Terigu lencana merah sebelumya dijual dengan harga Rp. 225.000,-/sak, naik sekarang menjadi Rp 245.000,-/sak. Gula pasir sebelumnya Rp. 600.000,-/sak naik fantastis menjadi Rp. 660.000,-/sak
Kemudian harga Rokok Surya sebelumnya Rp. 200.000,-/slof kini naik menjadi Rp.203.000,-/slof. Rokok 153 satu bal biasanya Rp.1.650.000,- naik melambung menjadi Rp 1.800.000,-
Sementara itu, harga Bawang Merah di pasaran naik dari 30 ribu/kg menjadi Rp 35 ribu. Harga bawang putih juga ikut naik. Kemudian, Semen sebelumnya dijual dengan harga Rp 50 ribu/sak naik menjadi Rp 65 ribu – 75 ribu/sak.
Inflasi ini berdampak serius bagi kehidupan masyarakat Alor. Kondisi ini membuat Fraksi Partai Golkar Kabupaten Alor, Nusa Tenggara Timur angkat suara di sidang paripurna DPRD.
Dalam pandangannya di sidang Paripurna DPRD, FPG menyorori inflasi yang mulai melilit kehidupan masyarakat Alor.
“Inflasi ini membuat kehidupan masyarakat makin susah sehingga kami menyoroti dalam pandangan Fraksi Golkar,” kata Wakil Ketua DPRD F-PG Alor, Sulaiman Singh, Jumat (2/9) di kantornya, Kalabahi Kota.
Menurutnya, inflasi ini terjadi pada harga sembilan bahan pokok atau Sembako, harga material dan non material yang dijual para pengusaha di Kabupaten Alor.
Sulaiman mengatakan, ia cukup heran dengan kenaikan harga ini karena belum ada faktor yang memicu inflasi secara serius seperti kenaikan BBM.
Politisi senior partai Golkar itu lalu menuding ada pihak pengusaha yang sengaja menimbun dan menaikkan harga barang di tengah isu kenaikan harga BBM.
“BBM saja belum naik ko ini apa yang memicunya? Ini perlu di cek. Kalau situasi normal-normal saja berarti bahwa ada spekulan yang bermain di belakang ini semua,” katanya.
Sulaiman mengatakan Fraksinya sudah meminta DPRD segera membentuk panitia khusus atau Pansus untuk menyelidiki kenaikan harga-harga barang di pasaran yang disebutnya tidak wajar ini.
“Kami sudah wacanakan segera bentuk Pansus kita selidiki ini. Karena kenaikan harga barang ini cukup masif sehingga terjadi inflasi di daerah ini. Daerah lain di NTT tidak ada inflasi begini. Karena itu kita perlu membentuk Pansus untuk mencaritahu apa penyebabnya. Apakah inflasi ini masalahnya di alur transportasi, biaya buruh, container yang mahal di pelabuhan? Ini perlu dicek, dan Pansus yang bisa punya kewenangan itu,” ungkapnya.
“Kita akan lihat di sidang paripurna berikut, apa respon teman-teman Fraksi lain dalam merespon wacana Pansus ini. Kalau ada 5 fraksi yang mendukung maka Pansus jadi. Ini sedang kita konsolidasi untuk menentukan kepastian kesediaan Fraksi. Kalau fraksi tidak merespon ya silahkan masyarakat menilai sendiri. Karena ini masalah serius dan masalah kemaslahatan hidup ribuan orang Alor,” sambung dia.
Sulaiman menegaskan bahwa pemerintah berkewajiban dan mempunyai kewenangan mengatur stabilitas harga pasar sehingga bisa menekan inflasi. Ia kemudian mencontohkan Presiden Jokowi yang mampu mengintervensi pasar dan menetapkan satu harga nasional di Papua.
“Minyak goreng naik presiden Jokowi intervensi akhirnya normal kembali. Papua sana harga semen sampai 1,5 juta, presiden intervensi dengan menetapkan harga secara nasional dan itu berhasil turun ke kisaran Rp 75 ribu/sak. Itulah tugas pemerintah, bisa intervensi-intervensi harga, menjaga stabilitas,” jelasnya.
Sulaiman meminta pengusaha tidak seenaknya menaikkan harga barang di pasaran karena sudah pasti akan menimbulkan kesenjangan sosial di masyarakat. Ia juga meminta pemerintah dan aparat penegak hukum segara melakukan operasi pasar.
“Pengusaha jangan seenaknya naikkan harga barang. Apalagi kalau ada spekulan-spekulan yang ikut bermain menampung barang-barang di gudang, nanti BBM naik baru dijual, ini kejahatan kemanusiaan. Saya minta mereka ini segera ditangkap dan diproses hukum,” tegas Sulaiman.
Selain itu, ia juga meminta pengusaha tidak seenaknya menaikkan harga barang dengan alasan mahalnya harga transportasi. Sebab Presiden Jokowi sudah memberikan subsidi transportasi Tol Laut sehingga ini sangat memudahkan pelayanan ekonomi yang ekonomis hingga ke pelosok daerah kepulauan.
“Subsidi negara cukup besar di Tol Laut. Jadi jangan alasan transportasi mahal segala. Kita ingin Pansus ini segera dibentuk baru akan ketahuan apa penyebab inflasi ini. Pasti akan ketahuan siapa yang main harga ini,” ujarnya.
Bupati Alor Amon Djobo, melalui Asisten III Melki Beli menjelaskan, pemerintah tidak bisa menghindari kenaikan harga-harga barang dan Sembako di pasaran. Sebab harga-harga barang yang ada sekarang ditentukan oleh hukum pasar.
“Kenaikan harga di mana-mana ini kondisi yang tidak bisa kita hindari. Karena itu bagaimana supaya kita bisa jaga stabilitas harga. Caranya bagaimana ya dengan intervensi pemerintah. Dinas Perdagangan sudah (lakukan) itu. Misalnya pada minyak goreng yang salah satu kebutuhan pokok yang agak sedikit terganggu tapi pemerintah lakukan intervensi pasar. Intervensi juga kami lakukan bersama DPRD lewat program dan kegiatan untuk meningkatkan pendapatan daerah, pendapatan masyarakat yang kecil sehingga mereka bisa punya uang dan bisa belanjakan. Saya pikir itu saja tugas pemerintah,” kata Melki seusai mendampingi Bupati Amon mengikuti sidang Paripurna DPRD, Kamis (1/9) di Kalabahi.
Selain harga sembako, Melki juga menyebut, kenaikan harga material juga membuat pemerintah tidak bisa hindari sebab hal itu juga akan ikut berpengaruh pada postur belanja APBD di proyek-proyek infrastruktur, bangunan dan perumahan.
Karena itu solusinya pemerintah sudah melakukan kajian-kajian perhitungan harga material bersama Dinas PUPR dan OPD terkait agar ada penyesuaian harga standar yang perlu disesuaikan dengan harga pasaran saat ini.
“Kita ada komunikasi dengan teman-teman dari PUPR misalnya soal penentuan standar-standar harga akan disesuaikan secara baik sehingga tidak memberatkan seluruh sektor yang bekerja di bidang infrastruktur,” jelasnya.
Melki kembali menegaskan bahwa pemerintah tidak berwenang mengatur harga-harga barang dan sembako di pasaran yang mengalami inflasi. Tugas pemerintah hanya bisa membuat dan mempermudah regulasi untuk bisa membantu menjaga stabilitas harga di pasaran.
“Jadi pada prinsipnya pemerintah berupaya untuk bagaimana mengatasi persoalan ini walaupun kita tidak bisa intervensi oh harga jangan naik ya itu tidak bisa, tapi bagaimana kebijakan pemerintah untuk menjaga stabilitas harga ini dengan hal-hal terkait regulasi dan program kegiatan yang bisa meningkatkan pendapatan masyarakat,” katanya.
Mengenai ada pengusaha yang mengeluhkan harga transportasi kapal dan biaya buruh yang besar di pelabuhan sehingga terpaksa harus menaikkan harga jual, Melki mengatakan hal itu pemerintah akan atur dengan regulasi-regulasi sehingga bisa menjaga stabilitas harga.
“Saya mau katakan bahwa kenaikan harga ini bukan kemauan pemerintah, tidak. Ini memang nilai harga pasar yang harus kita ikuti. Karena itu tugas pemerintah adalah bagaimana menjaga stabilitas harga dengan intervensi dengan berbagai cara supaya baik itu kontraktor dan lain-lain bisa tetap terjaga,” terangnya.
Selain itu, tentang sikap pemerintah mengenai adanya dugaan pengusaha besar yang diduga bebas bermain harga dan menentukkan harga sendiri, Melki kembali menegaskan bahwa itu juga pemerintah tidak berwenang mengintervensi.
“Intervensi yang bisa kita lakukan adalah contohnya di perdagangan sudah mulai buat jual minyak goreng murah. Itu salah satu intervensi pemerintah. Kan kita tidak bisa terlibat langsung sampai di dalam. Kita jaga betul-betul itu,” ucapnya.
“Minyak goreng kemarin yang masuk ada 2 kontainer, kita minta teman-teman di (Dinas) Perdagangan jual semua. Saya kira itu cara-cara yang bisa pemerintah buat, selain program peningkatan sektor-sektor ekonomi di masyarakat yang kita buat. Jadi peningkatan harga naik tetapi pendapatan masyarakat tetap kita upayakan juga sehingga bisa berimbang di situ,” sambung Melki.
Selain itu soal, pengawasan pemerintah untuk mencegah penimbunan stok barang yang nanti dijual ketika harga BBM naik? Melki mengatakan:
“Kita kemarin ada turun di masyarakat pantau di setiap pasar, di pengusaha untuk memastikan mereka jual sesuai harga atau tidak. Kami kemarin turun di pedagang yang menjual daging misalnya, ini daging dari mana, dari Surabaya na jangan dulu jual karena ada penyakit mulut dan kuku. Itu cara-cara yang bisa membantu masyarakat sekaligus mengingatkan kepada pengusaha supaya mereka bisa konsisten dengan harga yang memang sesuai dengan kemampuan masyarakat begitu.”
Sementara itu disinggung mengenai peran Pemda supaya pengusaha bisa memanfaatkan jasa transportasi Tol Laut yang ada karena Tol Laut ini mendapat subsidi yang besar dari pemerintah pusat? Kata Melki:
“Tol laut ini kan dia tidak hanya antar barang tetapi dia kasih keluar barang juga. Jadi ketika Tol Laut datang lebih banyak digunakan oleh teman-teman kita pengusaha. Mereka membawa segala macam kebutuhan yang berhubungan dengan masyarakat. Tapi dia berharap ketika dia keluar dari Alor ini juga ada kebutuhan-kebutuhan, ada kegiatan-kegiatan misalnya hasil komoditas masyarakat yang bisa dibawa keluar. Jadi kemarin teman-teman dari perdagangan sudah berupaya itu melihat secara baik kira-kira hal-hal apa yang perlu dilakukan untuk mengantisipasi dan memanfaatkan kehadiran tol laut yang luar biasa ini. Jadi tidak saja orang bawa barang tetapi lewat cara ini kita bisa meningkatkan pendapatan masyarakat lewat penjualan komoditi kemiri dan lain-lain yang kita bisa jual antar pulau. Saya pikir begitu.”
Untuk harga komoditi, apakah masih tetap stabil? Melki menjawab: “Ya pokoknya dia berhubungan dengan harga pasar sih kita tidak bisa menekan itu. Dia naik turun-naik turun itu sesuai dengan kondisi (pasar) yang ada. Kita berharap mutu komoditi kita tetap terjaga supaya harga bisa tetap baik. Kita minta masyarakat hanya mutu itu saja yang perlu dijaga.”
Meski demikian, Asisten III Melki Beli memastikan bahwa pemerintah dalam waktu dekat akan mengundang pengusaha dan OPD terkait untuk membahas masalah antisipasi kenaikan BBM, Inflasi dan anjloknya harga komoditi.
“Pasti. Pasti diundang. Saya pikir bisa karena kita sudah jalan satu semester. Kita masih disibukkan dengan kegiatan persidangan DPRD, jadi kita akan lihat waktu untuk duduk sama-sama bahas ini,” tutup mantan Sekretaris Bapelitbang Alor itu.
Ada Kenaikan Harga Tapi Bukan Inflasi
Kepala Dinas Perdagangan Kabupaten Alor Alyos Wakano mengatakan, pemerintah sudah gencar melakukan pengawasan di pasaran untuk mengantisipasi inflasi dampak dari pemerintah akan umumkan kenaikan harga BBM Subsidi. Hasil pengawasan ditemukan ada sejumlah harga mengalami kenaikan namun tidak sampai inflasi (kenaikan harga serentak).
“Pantauan kami, ada beberapa harga yang mengalami kenaikan, misalnya air mineral, kemudian terigu dan telur, itu ada kenaikan sedikit. Beras dan gula tidak naik. Minyak goreng juga kita ada datangkan minyak subsidi dijual dengan harga Rp 14 ribu/liter,” kata Alyos seusai mengikuti sidang Paripurna DPRD, Kamis (1/9) di Kalabahi.
Menjawab pandangan Fraksi Golkar tentang adanya inflasi, Kadis Alyos Wakano menerangkan, pemerintah menghargai pandangan F-PG namun faktanya tidak terjadi inflasi setelah timnya mengecek di lapangan.
“Pandangan Fraksi Golkar ya kami menghargai tetapi faktanya di lapangan kan tidak terlalu naik signifikan, tidak inflasi,” ujarnya.
Kadis Alyos Wakano memastikan bahwa timnya akan konsisten mengawasi harga-harga di pasaran sehingga tidak mengalami lonjakan signifikan hingga terjadi inflasi. Pantauan harga ini juga dilakukan di pasar-pasar hingga ke tingkat desa dan kecamatan.
“Sampai saat ini tim kita terus melakukan pemantauan di semua pasar. Kita juga sudah melakukan perhitungan-perhitungan dan terus kita awasi. Harga-harga di beberapa kecamatan juga kita pantau juga harganya, misalnya beras masih stabil di harga Rp 15 ribu/kg. Jadi untuk sembako masih aman dari sisi harga dan stok,” terang dia.
“Sementara harga bahan penting lainnya seperti semen, besi, baja dan lain-lain itu masih lah stabil. Kita juga pacu dengan kapal-kapal komersil supaya pasokannya tetap stabil,” kata Kadis Alyos.
Infalasi Jadi Masalah Dunia
Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Kabupaten Alor Denny Lalitan, mengatakan, persoalan inflasi yang di hadapi di Kabupaten Alor ini merupakan dampak dari inflasi dunia akibat perang Rusia-Ukraina. Denny memastikan bahwa, bila pemerintah jadi mengumumkan kenaikan harga BBM maka dampaknya inflasi akan ikut terjadi di Alor.
“Persoalan inflasi ini persoalan dunia. Harga-harga pasti naik. Kalau pemerintah umumkan kenaikan harga BBM bersubsidi lagi maka harga sudah pasti melambung naik,” kata Denny.
“Hal yang bisa kita lakukan adalah efisiensi. Kita di Alor ini menurut saya, harga lebih tinggi dari Kupang itu pasti. Tetapi kalau tinggi juga tidak lah. Karena ini pasar bebas dan untung tidak terlalu besar,” lanjut dia.
Denny mengatakan, sejauh ini dari hasil pantauannya harga-harga di pasaran masih tergolong stabil dan tidak memberikan dampak inflasi yang besar. Ia menyebutkan bahwa para pengusaha yang menjual barang dan sembako rata-rata hanya mendapat keuntungan wajar yakni sebesar Rp 5 ribu.
“Saya pantau, gula, beras, pakan ayam, itu rata-rata untung 5 ribu rupiah. Artinya bahwa untung tidak terlalu besar,” ujarnya.
Merespon pandangan F-PG yang menyebut adanya inflasi di Alor, Denny mengatakan: “Saya sepakat dengan pendapat F-Golkar. Itu perlu ada pengawasan. Kalau bisa tidak perlu sampai ke Pansus dulu lah. Pengawasan ini yang penting.”
Denny pun menerangkan harga-harga yang berlaku di Alor ini masih tergolong wajar dan stabil karena hal itu sudah diperhitungkan pengusaha, disesuaikan dengan ongkos ekspedisi dan biaya buruh.
“Kalau efisiensi ya harus semua. Jangan pedagang saja. Kita lihat ongkos ekspedisi, ongkos buruh, segala macam. Ongkos ekspedisi ini, Surabaya ke Alor memang agak mahal. Karena yang dipakai ini kapal yang tidak terlalu besar. Contoh, kalau kita muat pasir dengan tronton pasti beda volumenya,” jelasnya.
“Kapal kecil, baku tunggu di pelabuhan lebih lama. Semuanya berpengaruh pada harga. Kapal kecil jadi kita juga tambah asuransi lagi. Jadi barang-barang yang harus kita jual ya kurang lebih satu bulan baru masuk,” keluh Denny.
Disinggung mengenai jasa Tol Laut yang disubsidi pemerintah? Denny menjelaskan: “Tol laut ini ada jalan rutin atau tidak. Kalau jalan tidak rutin ya tidak pasti bagaimana. Musti ada kepastian. Kalau sudah pasti maka kita akan berhitung mana lebih efisien,” kata Denny sambil mengaku bahwa harga barang di Alor ini masih dalam taraf wajar karena ini pasar bebas.
Selain itu Denny juga menjelaskan soal distributor besar yang memasukkan barang di Alor. Menurutnya, distributor yang memasok barang ini bukan hanya pengusaha Tionghoa saja melainkan juga ada pengusaha asal Bugis, Makasar, Alor dan lain-lain.
“Di Surabaya banyak produsen tidak produksi barang. Contoh, barang elektronik dari Cina, otomatis yang punya stok harus kasih naik tinggi supaya barang masuk lagi ya dia antisipasi ada lonjakan harga. Contoh BBM, diisukan akan naik tanggal 1 September. Tapi orang di Buraga sana sudah jual dengan harga Rp 15 ribu/liter,” ungkapnya.
Denny menerangkan, pemerintah sudah membangun kesepakatan-kesepakatan dengan pedagang untuk menjaga stabilitas harga di pasaran Alor. Denny minta hal yang perlu dibenahi adalah permudah regulasi perizinan dan pengawasan.
“Peran Pemda ini semua sudah ada kesepakatan yang ada. Tapi ini belum tentu sejalan. Pemda kan fungsi regulator sehingga Pemda perlu masuk di semua tempat. Perizinannya, manajemen stok, pengawasan, kenyamanan, yang semua itu bisa mempermudah pengusaha. Selama ini ada jalan baik hanya kondisi sekarang ini karena memang inflasi (dunia) lagi tinggi,” jelasnya.
Denny juga membantah F-PG yang menyebut adanya dugaan spekulan yang bermain menyimpan stok dan mengatur harga sehingga harga-harga barang mengalami inflasi. Denny minta tudingan itu harus dibuktikan.
“Spekulan itu siapa ya tunjuk to. Pedagang jangan jadi kambing hitam saja. Kalau ada upaya seperti ya ditegur, ditangkap,” tegas Denny membantah. “Kalau pengusaha punya stok di gudang itu biasa,” lanjut dia.
“Saya sarankan Pemda kerja sama dengan Bulog untuk operasi pasar supaya pengusaha nakal yang timbun-timbun stok itu kewalahan stoknya tidak bisa keluar,” saran Denny.
Denny memastikan kalau memang ada pengusaha KADIN yang timbun barang maka KADIN akan tindak lanjutinya. “Timbun dan stok itu beda. Stok itu normal. Timbun ini yang tidak normal. Jadi kalau ada itu dari KADIN ya laporkan kita tindak,” tegasnya.
Aktivis senior Viktor Sumaa, SE mengatakan, pemerintah mempunyai kewenangan penuh mengintervensi harga pasar sehingga harga-harga barang bisa stabil dan tidak mengalami kenaikan yang signifikan. Selain itu pemerintah juga berwenang mengintervensi harga komoditi sehingga harga di pasaran tidak anjlok di tengah krisis dampak kenaikan harga BBM naik.
Sebab, menurutnya dalam konsep ekonomi Pancasila, mekanisme pasar bebas bukanlah memberikan kebebasan sepenuhnya kepada pengusaha untuk mengatur harga seenaknya di tengah krisis akibat pandemi Covid-19, Bencana Seroja, Perang Rusia-Ukraina dan krisis kenaikan harga BBM.
“Pemerintah bisa mengintervensi pasar. Intervensi pasar ini sudah pernah dilakukan Mantan Bupati Simeon Th. Pally. Pally ini pemimpin yang cukup berani intervensi pasar sehingga ada stabilitas-stabilitas harga barang. Pally juga ikut mengintervensi harga komoditi khususnya kemiri yang pada akhirnya naik sampai Rp 27.000-30.000/kg dari sebelumnya Rp 10.000,” katanya.
Viktor menjelaskan, pemerintah punya tim ekonomi di Bagian Ekonomi Setda Alor, Bapelitbang, kemudian Dinas Perdagangan, dan OPD terkait yang bisa membuat analisis-analisis harga pasar. Analisis harga ini tentu akan mengacu pada harga produk di perusahaan, kemudian estimasi biaya transportasi dan biaya buruh. Karena analisis estimasi harga ini akan sangat berpengaruh pada harga jual di pasaran Alor.
“Estimasinya bisa dihitung mulai dari biaya transportasi Surabay-Alor, biaya buruh, biaya penyusutan, biaya kontainer, dan lainnya. Ini kita bisa tahu berapa harga barang yang akan dijual di Alor dengan keuntungan yang wajar. Pak Pally dulu punya tim ekonomi yang pantau harga di Surabaya termasuk memantau harga-harga komoditi. Karena harga barang dan harga komodi ini masalah rakyat Alor maka perlu ada tim ekonomi yang intens mengawasi dan memantau harga termasuk penempatan staf di Surabaya,” ujarnya.
Mantan Sekretaris GMNI Alor itu memastikan bahwa jika tim ekonomi pemerintah daerah diberdayakan ikut intens mengawasi jalur suplai barang, dari distribusi dan penetapan harga-harga barang maupun harga komoditi maka hal itu bisa menekan laju inflasi di Alor.
Viktor Suma’a juga menyesalkan sikap pengusaha yang menaikkan harga-harga barang di tengah rakyat Alor sedang krisis akibat terdampak pandemi Covid-19, bencana Seroja, Perang Rusia-Ukraina dan isu kenaikan BBM. Hal ini akan memberikan dampak kesenjangan sosial yang besar karena kemiskinan akan terus melonjak siginifikan.
Viktor menyarankan para pengusaha boleh mencari untung asalkan tetap mempunyai hati menolong masyarakat Alor dari krisis yang sedang di hadapi. Karena itu Viktor menyarankan juga kepada pemerintah supaya memberikan kemudahan-kemudahan regulasi dan kenyamanan bagi pengusaha agar banyak investor bisa nyaman berusaha di Alor sehingga bisa menghindari monopoli pasar.
“Inflasi ini jelas akan punya dampak kesenjangan sosial yang besar. Coba cek data statistik soal pendapatan perkapita masyarakat Alor saja masih jauh dari harapan. Jangan lagi kita memperparah itu dengan menaikkan harga barang. Kalau harga barang naik maka kasih naik juga harga komoditi sehingga ada keseimbangan hidup. Pemerintah juga perlu hidupkan sektor-sektor ekonomi kecil dan menengah dengan memberikan modal-modal usaha. Kalau tidak maka orang Alor yang hidup di pulau ini akan makin susah dan makin miskin. Semua itu butuh peran semua pihak, termasuk bagaimana menciptakan iklim usaha yang baik sehingga bisa menarik investor datang usaha di Alor, hindari monopli pasar,” tutur Viktor.
Viktor juga menegaskan bahwa pemerintah berwenang mengintervensi harga barang dan harga komoditi di pasaran sebab peran dan fungsinya sebagai regulator bisa menekan dan mengendalikan para pengusaha.
“Kalau ada pengusaha yang tidak bisa dikendalikan maka pemerintah punya hak mencabut izin usahanya. Itulah peran penting pemerintah memainkan diplomasi dan negosiasi politik ekonomi dengan pengusaha. Apakah pemerintah kita berani? Saya kira hanya mereka pejabat yang bisa menjawabnya dengan hati nurani, sejauh mana keberpihakannya dari hasil kepercayaan rakyat yang diberikan di Pemilu kemarin. Kalau tidak berpihak maka tentu rakyat kehilangan kepercayaan di 2024,” tutup Viktor menyindir pemerintah dan DPRD. (*dm).