Bupati Alor Marah Besar Negara Tak Peduli Ratusan Sekolah GMIT di NTT

Gambar: Bupati Alor Drs. Amon Djobo, M.AP ketika reaksi geram dan marah melihat ratusan sekolah GMIT di Alor NTT yang tidak diperhatikan oleh negara melalui intervensi APBN selama ia menjabat Bupati Alor dua periode. Reaksi kemarahan Bupati ini terlihat saat sambutan di acara launching re-branding kebijakan pendidikan GMIT oleh Yayasan Pingdoling Alor, Senin (10/7) di Aula Gereja Pola Kalabahi, Alor. (Foto: doc tribuanapos.net/dm).
Gambar: Bupati Alor Drs. Amon Djobo, M.AP ketika reaksi geram dan marah melihat ratusan sekolah GMIT di Alor NTT yang tidak diperhatikan oleh negara melalui intervensi APBN selama ia menjabat Bupati Alor dua periode. Reaksi kemarahan Bupati ini terlihat saat sambutan di acara launching re-branding kebijakan pendidikan GMIT oleh Yayasan Pingdoling Alor, Senin (10/7) di Aula Gereja Pola Kalabahi, Alor. (Foto: doc tribuanapos.net/dm).
Kalabahi- Bupati Alor Drs. Amon Djobo, M.AP geram dan marah besar melihat nasib ratusan sekolah-sekolah milik Gereja Masehi Injili di Timor (GMIT) di seluruh wilayah Provinsi NTT dan Kabupaten Alor yang tidak mendapat perhatian serius dari negara.
Bupati mengajak Majelis Sinode GMIT, seluruh pendeta dan warga GMIT berpolitik praktis di pemilu 2024 mendukung Caleg DPR RI kader GMIT yang benar-benar mau peduli perjuangkan anggaran pembangunan infrastruktur sekolah dan SDM guru di gedung Senayan. Sebab infrastruktur dan SDM sekolah GMIT ini luput dari perhatian pemerintah pusat selama berabad-abad.
Bupati Amon Djobo juga marah besar dan menentang kebijakan Menpan yang akan menarik semua guru PNS dari sekolah swasta milik GMIT. Ia juga menentang kebijakan Menpan yang membatasi kewenangan pemerintah daerah untuk merekrut tenaga kontrak daerah mengajar di sekolah swasta dan sekolah GMIT.
Baca Juga: https://tribuanapos.net/2023/07/11/tingkatkan-mutu-pendidikan-gmit-yapenkris-pingdoling-alor-gandeng-dosen-atmajaya-pelatihan-leader-as-coach-bagi-pendeta-gmit/
Selain itu, Bupati juga menegaskan bahwa tidak boleh ada sekolah GMIT yang dinegerikan karena sekolah GMIT ini sudah banyak berjasa untuk memajukan generasi bangsa dan negara hingga di usia yang ke-112 tahun.
Berikut transkrip sambutan Bupati Alor yang dihimpun tribuanaoos.net, ketika hadir dalam acara Launching Re-Branding Kebijakan Pendidikan GMIT oleh Yayasan Pendidikan GMIT Pingdoling Alor, Senin (10/7) di Aula Gereja Pola Kalabahi, Alor.
Baca Juga: https://tribuanapos.net/2023/07/13/yapenkris-pingdoling-alor-launching-re-branding-kebijakan-pendidikan-gmit/
Gereja GMIT ini punya lisensi jelas. Gereja bukan diibaratkan seperti kapal yang memuat penumpang gelap.
Kita orang Kristen ini bukan penumpang gelap di negeri ini. Kita adalah pemilik sah negeri ini.
Maka yang kita lakukan hari ini tidak saja kita melihat sekolah Kristen tapi kita lihat induk semangnya, gereja di mana.
Maka bapak Pdt. Obbie hadir di sini mewakili Sinode GMIT maka sudah jelas kita orang Kristen di manapun kita berada, kita bukan penumpang-penumpang gelap.

 

Kapal atau Bahtera kita itu punya lisensi jelas. Dan di atas kapal itu ada anak-anak Tuhan yang diutus oleh Tuhan untuk membangun negeri ini, membangun negara ini secara baik untuk mengantarkan generasi ke depan yang lebih baik.
Karena apa, di atas kapal itu ada abdi-abdi Allah yang punya karunia dan juga yang punya kecakapan sendiri.
Karena itu yang berlindung di bawah induk semangnya gereja maka tidak saja hari ini Pak Doktor Edi Kande Ketua Yayasan Pingdoling, Pak Doktor Pram (Narasumber dari kampus Atmajaya) dan Ketua Yayasan Tominuku, dan semua pendeta dan Klasis di Tribuana ini hari ini kita juga sudah melakukan latihan kepemimpinan dan sekaligus launching untuk beberapa kegiatan.
Semua ini tidak punya arti kalau kita tidak memiliki komitmen bahwa di atas kapal itu kitalah penumpang-penumpang yang memberi harga dan nilai bagi generasi yang akan datang. Ini yang harus kita musti pegang baik-baik ini.
Bapak Ibu semua. Kira-kira beberapa tahun yang lalu, bapak Edi, Ibu Ketua Sinode GMIT (Pdt. Dr. Mery Kolimon), Bapak Obbie (Ketua BPP Pendidikan Sinode GMIT), beberapa Ketua Klasis datang di ruangan kerja saya.
Mereka bilang: Pak Bupati kami sangat sedih sekali karena Pak Bupati adalah anak Tuhan yang dianugerahkan berkat besar untuk memimpin negeri ini tapi beberapa sekolah GMIT sudah dinegerikan.
Saya bilang: Saya Bupati saya tidak pernah dengar ini Ibu Ketua Sinode yang di Kupang ko deluan dengar? Saya baru dengar ini dari Ibu Ketua. Itu hal yang pertama.
Kedua. Lalu gereja mengklaim, minta maaf, Ibu Ketua Sinode bilang: pemerintah tidak punya niat baik untuk membina, mengasuh, membimbing, menuntun sekolah-sekolah swasta di daerah ini terutama sekolah-sekolah GMIT.
Saya bilang begini Ibu Ketua Sinode: Saya ini jebolan dari sekolah GMIT Reta (Kecamatan Pulau Pura), yang akhirnya jadi Bupati juga. Ya… Harus akui itu.
Jadi saya ini manusia yang hidup di bawah kolong langit Alor ini, saya tidak mau tahu mana (sekolah) negeri mana swasta.
Saya bilang itu sekolah ya sekolah pigi sudah. Maka saya tidak pernah dengar mana negeri mana swasta.
Ini sekolah bukan dari neraka ko kita mau beda-bedakan untuk apa itu. Maka itu saya janji ke Ibu Ketua Sinode, Bapak Edi dan beberapa Ketua Klasis: sepanjang saya masih Bupati tidak ada sekolah swasta, sekolah GMIT yang dinegerikan, titik. Nah itu yang saya bikin itu.
Tuntutan yang kedua dari pihak gereja bahwa: Bapak, ini ada aturan lagi bahwa guru-guru negeri (PNS dan kontrak daerah di sekolah GMIT) harus ditarik, harus dimutasikan dari sekolah swasta terutama sekolah GMIT. Saya bilang: sepanjang saya masih Bupati ini tidak ada yang perintah-perintah sama saya.
Sekolah ini namanya sekolah swasta ko apa ko harus guru negeri ada di situ ko urus. Titik. Itu maka dorang kapok tidak bersuara selama saya jadi Bupati sampai saya mau akhiri masa jabatan kedua ini. Coba bayangkan. Ya…..
Jadi tidak ada Bupati yang berani model begitu di bawah kolong langit ini, kecuali hanya Amon Djobo saja yang berani begitu.
Maka aturan demi aturan yang negara kasih keluar ini kita orang Alor harus menentang karena melanggar hak asasi manusia di republik ini.
Coba bayangkan. Sekolah GMIT ini sudah 111 tahun. Sekolah negeri ini kapan hadir, ko bisa dikasih fasilitas mewah, (sementara) sekolah-sekolah swasta tidak. Apa itu?
Padahal pembukaan Undang-Undang Dasar mengatakan negara punya tugas itu mendidik, mengasuh, melindungi, mengangkat anak-anak terlantar. Titik.
Nah kalau begitu sekolah (GMIT) ada terlantar ko kenapa pemerintah tidak berpihak pada mereka itu? Nah itu. Akhirnya diam semua sampai dengan hari ini.
Coba bayangkan. Kita tidak bisa mutasi (guru dari sekolah GMIT) karena kondisi daerah Bupati yang tahu.
Tidak bisa hanya duduk di Jakarta baru bikin (aturan) rupa-rupa. Lalu (kalau) sekolah ini ditutup bagaimana, manusia semua pencuri atau apa? Ya, kalau tutup ya manusia semua jalan pencuri ko?
Lalu apa ini (tujuan) negara hadir untuk memberikan kecerdasan, kepintaran, kehebatan bagi generasi, darimana itu?
Sekolah swasta ini mitra pemerintah dan dia punya jasa lebih besar seperti tadi Doktor Fredik Kande bilang sudah 111 tahun suda ada di Alor ko? Apanya yang sulit itu. Sekolah negeri baru saja hadir ko? Nah kalau begitu ya pemerintah harus memberi perhatian khusus.
Ketiga. Tiba-tiba saja aturan (keluar lagi) bilang begini: guru-guru ditarik secara keseluruhan (dari sekolah swasta) karena ada kurikulum ini kurikulum itu. He, lalu ini sekolah tidak punya kurikulum? Ada kurikulum ko. Lalu kenapa mau tarik semua ko itu sekolah tutup? He (mereka bilang) tutup saja.
Saya bilang: Alor tidak ada yang model-model begitu karena program Alor itu: Alor Kenyang, Alor Sehat, Alor Pintar. Titik. Dan ini manusia Alor bisa Pintar maka guru-guru negeri harus disebarkan di semua sekolah-sekolah swasta di bawah langit ini. Titik. Itu pertama.
Setelah itu selesai na ada ancaman surat edaran ini edaran itu (bahwa): guru negeri kalau tidak ditarik dari sekolah swasta maka gaji tidak dibayar.
Saya bilang apa? Ini ASN, Aparatur Sipil Negara, bukan aparatur sipil buruh pelabuhan dorang. Salah itu. Mereka sudah diangkat negara, gaji ini kan hak mereka, kecuali mereka tidak jalankan tugas. Lalu diam semua sampai hari ini.
Setelah itu datang-datang lagi, angkat P3K. Aturan bilang angkat P3K na tidak boleh ditempatkan di sekolah swasta.
Saya bilang bagaimana itu? Kalau begitu sudah P3K juga kita dapat berapa orang sih. Satu tahun kita dapat hanya 300-600 orang ko.
Saya bilang sudah kalau begitu kita angkat tenaga kontrak daerah. Titik. Kita angkat 3.117 orang. Titik. Kita sebar di semua sekolah. Ada apa juga. Ini uang daerah ko.
Akhirnya tenaga kontrak daerah kita angkat 3.117 orang tenaga pendidik dan kependidikan di ini daerah.
Siapa yang berani bikin begitu bapak mama. Teman-teman di Kupang bel (telepon) sama saya bilang begini: Pak Bupati, lu ni mau niat jadi Gubernur ko lu buat program-program yang aneh-aneh begini?
Saya bilang: apa? Lu mau jadi Gubernur? Saya bilang kenapa? Kalau saya buat itu salah ya saya ditangkap to. Tapi kalau saya buat ini baik, kenapa salah? Coba bayangkan itu.
Nah kenapa bapak mama: pengangguran nyata di ini daerah ini khusus untuk Sarjana itu dia lebih tinggi dari SLTA dan SMP.
Kenapa begitu? Karena sumber daya manusia Alor ini sudah cukup luar biasa terdidik, (hanya) lapangan kerjanya yang terbatas.
Mereka (kuliah) bawa ijazah Sarjana pulang. Orang tua pilih asam, pilih kemiri, panjat (kelapa buat) Kopra, orang tua jual telur ayam kasih sekolah dia punya anak sampai Sarjana. Ada yang sampe S2.
Mereka pulang bawa ijazah, otak ini mendidik (dididik) untuk mengajar, transfer ini ilmu kepada manusia-manusia yang membutuhkan.
Tetapi kalau dorang duduk di jalan raya (minum mabok), dorang duduk di rumah ya bagaimana bisa?
Ya sudah kita angkat mereka supaya mereka punya ilmu ini mereka bisa terapkan ke anak didik ini. Mereka bisa pompa itu obat (sesuai prosedur) untuk suntik kita.
Kalau (Sarjana) otak itu karam, lalu suntik kita apa namanya, alkohol sendiri, lalu obat sendiri campur dengan air kelapa ya orang mati mendadak semua. Iya lah…. Akhirnya diam semua, tidak ada yang protes lagi sampai dengan hari ini.
Terakhir. Bulan Oktober kemarin, semua orang (secara Nasional) bilang tenaga kontrak daerah harus diberhentikan. Saya bilang: tidak untuk Alor. Titik. Ada apa juga. Tidak ada yang diberhentikan. Ya….
Sebenarnya mereka punya gaji, punya honor itu sudah tidak dibayar sejak bulan Maret baru-baru ini, saya bilang mari, kalau sudah di APBD mainkan. Titik.
Alor punya tidak akan mungkin kasih berhenti tenaga kontrak itu. Ada apa juga. Ya…. Tidak bisa.
Kita belum bisa mandiri. Beda dengan orang di Jawa, di Bali, di Sumatera, mereka punya usaha ini usaha itu, mereka ada pabrik ini pabrik itu.
Orang tidak mau pigi jadi pegawai negeri, orang tidak mau pigi mengajar, tapi orang mau masuk (kerja) di pabrik ini na, perusahaan itu na. Kita apa yang ada coba. (Undangan tertawa) iya lah.
Masa Sarjana mau pigi ambil handuk kotor taruh di bahu baru pigi baris pikul kayu, coba. Tidak mungkin kan? Mana mungkin? Nah kalau begitu tenaga kontrak daerah harus ada. Sekarang dorang bilang kasih berhenti. Saya bilang tidak. Titik. Koi mau apa juga.
Nah, untuk itu bapak mama semua. Kita orang Gereja ini kadang-kadang baku omong terlalu banyak, omong terlalu besar. Jujur saya harus omong ini. Kita omong doang tapi kita tidak bikin.
Saya bilang begini bapak mama, hal-hal kecil juga kita musti bikin nyata sehingga menjadi saksi untuk banyak orang.
Maka waktu itu saya tanya Ibu Ketua Sinode, siapa yang kira-kira jadi ketua Yapenkris di Alor ini, Ibu Ketua bilang Doktor Kande. Nah, pegang tangan tiga kali, tidak boleh satu kali. Karena kita salah urus sekolah-sekolah GMIT selama ini.
Tadi Ketua Kalsis (ABAD) tadi omong atas nama Sinode itu (bahwa) gereja tidak peduli juga. Pokoknya sekolah mau jalan ko tidak ko persetan pigi sudah. Pokoknya mau mati ko hidup ko lu pigi saja.
Apa yang jadi bapak mama, akhirnya (sekolah) tertati-tati yang tadi Doktor Kande ada omong itu. Itu nyata bapak mama. Tidak mungkin bisa model begitu.
Maka apa, saya pikir-pikir, saya bilang begini: sekolah-sekolah lain dibantu dari APBN. Ke sekolah-sekolah swasta (milik GMIT) yang punya produknya luar biasa sampai ada yang sekolah S-3, S-10, S-11, S-0 dan S macam-macam ini ko tidak ada APBN bantu. Harus ada APBN bantu to? Bantulah sarana prasarana, untuk membuat, mendukung program Meredeka Belajar ini.
Merdeka Belajar ini kemandirian. Bapak mama kita bilang Meredeka Belajar ini apa e? Ini (sebenarnya) kemandirian.
Tadi Bapak Ketua Klasis (ABAD) ada omong tu, gereja harus mandiri (urus pendidikan), pemerintah seharusnya lepas tangan. Ya…. karena Merdeka Belajar ini kita disuruh berhenti, pemerintah tidak boleh dukung.
Nah, ini Merdeka Belajar ini saya paling tidak sependapat. Alor tidak sependapat dengan (program) Merdeka Belajar ini. Merdeka Belajar apa itu yang merdeka. Alor belum mandiri. Kita punya orang di sini mau mandiri dari dasar apa? Ini soal bapak mama.
Metode pengajaran bilang anak harus mandiri ya anak dia tidak mau datang sekolah lah, kalau begitu. Mereka ini kita paksa-paksa ko baru anak pigi sekolah. Nah itu paling rentan ada di sekolah-sekolah swasta, sekolah-sekolah GMIT ini.
Maka harusnya kita orang Gereja, orang GMIT ini saya harus buka kita punya pikiran, kita orang Alor harus pilih manusia-manusia yang duduk ke Senayan (Anggota DPR RI di 2024) dia harus bisa perjuangkan nasib sekolah GMIT ini.
APBN harus masuk di sekolah GMIT. Kalau tidak sekolah-sekolah ini akan terancam ditutup. Jangan pilih kucing dalam karung. Nanti dia pigi habis (duduk di Senayan) ganti nomor HP kita bel (telepon) juga HP di luar jangkauan (tidak peduli dengan sekolah GMIT). Itu nyata ko. Itu bukti nyata ko (ada Anggota DPR RI dari orang GMIT yang begitu). Coba bayangkan.
Makanya memang bapak mama pendeta semua, orang Kristen harus berpolitik, titik. Tidak boleh orang kristen tidak berpolitik. Harus berpolitik. Titik.
Kita juga adalah bagian dari NKRI. Jadi harus berpolitik. Titik. Kalau tidak semua (urusan pendidikan GMIT) ini tidak akan jalan bapak mama.
Sebagai orang Kristen saya harus bicara ini. Masa sekolah-sekolah lain semua APBN kan ko sekolah-sekolah swasta ini tidak pernah di APBN kan. Aneh tidak itu.
APBN saja (karena) APBD 1, APBD 2 tidak bisa, tidak akan mungkin itu, apalagi mau kasih (bantuan) ke Yayasan? Coba bayangkan itu.
Nah kita harus pilih orang yang berani untuk memperjuangkan kepentingan sekolah milik rakyat, sekolah GMIT ini. Kalau memang (sekolah-sekolah) di Jawa, Bali sana sudah ok ya Nusa Tenggara ini semua sekolah harus di APBN kan. Begitu. Musti harus bisa. Kalau tidak nanti bagaimana coba.
Tadi katanya ada pertemuan Klasis-klasis dengan bapak mama Pendeta e. Kita lihat saja e bapak mama, saya tidak tahu Klasis-klasis dorang dengan yayasan ada baku omong apa, tapi kalau Yayasan ini yang bapak Doktor Kande ada pimpin ini, satu lagi dari Tominuku ini, kalau anda berharap kolekte, hulu hasil, Natura dan juga sumbangan-sumbangan biasa maka sampai Yesus Kristus datang kedua kali juga, sampai Sangkala berbunyi juga tidak akan (maju sekolah GMIT). (Undangan tertawa) ya… Jujur saya bicara ini. Tidak mungkin.
Kita (pernah) bantu di masa saya (Bupati periode pertama), rencana mau kedua tidak bisa ko ada duduk ini, apalagi sekolah-sekolah yang sekian banyak ini, tidak bisa (dari APBD 2). Kalau hanya gereja lihat tangan kanan gereja-gereja kecil untuk membantu ya tidak akan mungkin.
Untuk itu, kalau bisa bapak mama kita mulai dengan begini, kalau Sinode sudah mulai dengan gaji abdi-abdi Allah (pendeta) secara terpusat, ini (gaji guru) juga bisa. Kita kasih (bantuan) ke Yayasan baru Yayasan yang serahkan. Nah itu kira-kira bisa barangkali.
Nah itu, tetapi kalau APBN tambah sedikit baru bisa. Kalau APBD 1 mana mungkin. APBD 1 kita juga baru capai Rp 4-5 Triliun. Sekolah begini banyak ini kalau bantu ya koleps dan provinsi bisa bubar. Ya bisa bubar. Nah jadi ini kita musti harus lihat.
Itu orang dorang yang ada datang kampanye pigi datang itu tanya dorang, kami punya sekolah swasta ini ada banyak di sini. Kami punya pemilih seratus ribu lebih. Sekarang tercatat jumlah pemilih di Pilpres dan Pileg sudah di angka 155.854 suara untuk Alor ini. Kita akan kasih bulat-bulat untuk ibu atau bapak duduk tapi harus memperjuangkan kebutuhan kami. Titik. Kalau tidak maka tidak akan mungkin kami pilih. Titik. Pigi suruh pulang iris kue dulu. Musti begitu, sehingga dia naik dia bisa perjuangkan kepentingan dan kebutuhan daerah. Kalau tidak ya tidak akan mungkin bisa.
Saya selalu bilang di pegawai, kalau ada calon (DPR RI) yang datang kampanye tidak akan berhentikan tenaga kontrak daerah maka pilih dia. Tapi kalau dia bilang kasih berhenti sama dengan itu Menpan kasih keluar itu edaran maka jangan pilih. Usir dia. Ada apa juga. Musti begitu. Kalau tidak kan semua ini tidak akan jalan bapak mama semua. Ini pikiran kita ini sudah harus buka pikir hal-hal semacam begitu.
Nah kita ini Kristen, warga Kristen, ini bukan soal keyakinan atau macam-macam tapi dia (harus) komitmen untuk membangun manusia NTT ini atau tidak, itu yang harus dilihat.
Gereja harus bersuara soal ini, sekolah dalam kondisi seperti ini, bisa tidak ada yang memperjuangkan soal (sekolah GMIT) ini, oh bisa ya mari kita pilih. Titik. Jangan pilih yang lain. Kalau tidak ya kita mau bikin macam-macam juga tidak bisa walaupun sumber daya manusia kita cukup luar biasa. Ini yang saya mau bilang.
Karena apa, selama ini sarana dan prasarana ini biayanya cukup besar. Belum lagi (urus) SDM, kita harus kasih mereka pigi sekolah, belum lagi operasional, belum lagi biaya praktek dan macam-macam. Semua mahal. Nah kalau begitu kita punya niat baik ini di yayasan seperti yang bapak Doktor Kande bilang ini yayasan sudah berjalan walaupun bertati-tati, maka kita harus memulai. Saya harus omong buka kita punya pikiran begini supaya kita jangan pikir hal-hal biasa tetapi kita harus bisa melihat ke depan.
Nah untuk itu (pilih Caleg DPR RI na) lihat baik-baik orang karena sekarang kita masuk di tahun-tahun politik. Gereja harus ikut berpikir itu. Makanya tadi saya bilang, orang Kristen di daerah ini bukan penumpang-penumpang gelap. Orang Kristen ada karena punya lisensi yang jelas. Surga ada di dekat kita, Amen? Ya musti begitu. Kita harus bangkit. Kalau tidak maka semua ini sulit nanti. Kita ini berkualitas tapi juga berkualitas ko, mau apa juga.
Karena itu maka kalau hari ini kita launching apa yang Yayasan, Doktor Kande dan teman-teman sudah buat sekarang, sudah memberikan pencerahan buat kita semua.
Ya kalau umpamanya saja gereja pola ya sudah tanggung jawab di SD GMIT 01, 02, 03 begitu ya tidak bisa, tidak akan jalan semua sekolah ini.
Jadi kita musti bikin saja dana abadi, dikelola oleh Yayasan ikut polanya yang dari sinode (sentralisasi gaji pendeta) supaya kita bantu (gaji guru di sekolah GMIT). Tetapi ya APBN kita musti paksa kasih masuk (untuk perbaikan infrastruktur sekolah). Nah ini yang kita harus bikin. Kalau tidak nanti kasihan kita punya guru semua ini.
Saya sudah mau akhiri periode kedua bulan November ini. Jadi saya omong begini na siapa yang mau kasih berhenti saya. Tidak ada yang kasih berhenti juga saya sudah mau turun ko.
Saya juga usul supaya pegawai jangan sampai 60 tahun baru pensiun di ini negara. Kasih 56 tahun pensiun. Jangan sampai 60 tahun. Titik.
60 tahun nanti pigi pegang tongkat baru duduk main HP saja absen pulang, absen pulang. Apa itu. 56 selesai, berhenti sudah. Itu baru bisa.
Bupati di bawah kolong langit ini hanya saya Amon Djobo yang sudah usul buat surat resmi ke Menpan (minta) usia pensiun kasih turun menjadi 56 tahun supaya yang baru-baru muda ini tumbuh naik. Kalau lu mau tenaga kontrak ini lu hapus ya usia pensiun PNS kasih pendek.
Nah itu siapa yang mau pigi duduk bicara di Senayan sana coba, tidak bisa itu. Semua ada duduk selama ini hanya omong kepentingan partai saja ko. Omong banyak saja.
Ini negara punya uang bangun pendidikan ko salahnya apa itu. Nah itu yang berani omong begitu hanya Amon Djobo saja, lain tidak berani. Saya sudah mau berhenti ko, jadi saya omong begini siapa yang mau kasih berhenti sama saya, coba.
Jadi Pak Doktor Pram (Dosen Atmajaya) tolong kasitahu Pak Menteri, Bupati Alor paling tidak suka itu yang namanya Merdeka Belajar. Kasitahu begitu. Saya ini manusia yang tidak normal. SD tidak normal, SMP juga tidak normal tapi Tuhan mengangkat saya normal untuk jadi Bupati dua periode. Amen? Ya… Harus amin. Sama dengan sekolah (GMIT) ratusan lebih ini masih belum normal.
Jadi Bapak Obbie kasitahu Ibu Ketua Sinode ko bikin komitmen dengan manusia-manusia yang mau duduk di Senayan, kalau mau bantu gereja, bantu yayasan ya kita pilih dia. Kalau tidak kami tidak mau. Musti begitu.
Kasitahu anak-anak Tuhan yang mau duduk di Senayan, kami akan wolkout dukung penuh supaya bisa perhatian sekolah-sekolah ini. Kalau tidak mana mau bisa. Dorang yang duduk di sana hanya omong banyak ma dorang punya kampung sendiri ada puruk mati punya ko omong banyak.
Bapak mama, saya ini suka tidak suka ya saya omong. Terserah bapak mama mau suka tidak suka ya silahkan.
Jadi saya dukung penuh launching re-branding kebijakan pendidikan GMIT ini. Saya alumni SD GMIT Reta tahun 1976. Sekolah guru juga tidak ada, hanya ada guru bantu semua. Kadang-kadang saya tipu dorang.
Jadi terima kasih bapak Doktor Kande, siapapun yang naik jadi Bupati untuk melanjutkan kepemimpinan ini setelah saya, saya bilang tidak boleh lagi ada guru-guru yang dimutasikan keluar dari Yayasan dan tetap diperbantukan di Yayasan. Dan tidak boleh lagi ada sekolah GMIT yang dinegerikan.
Terima kasih buat Sinode GMIT yang sudah membenahi sekolah GMIT yang kita impikan. Amin. Pemerintah tetap berkomitmen untuk tetap menjadi mitra. Mari kita berjalan bersama untuk membangun negeri ini.
Terima kasih buat bapak mama pendeta, semua kepala sekolah dan guru-guru yang mengabdikan diri di sekolah Yayasan ini.
Apa yang menjadi rekomendasi dari pertemuan ini maka pemerintah akan menyikapi dengan baik karena regulasi-regulasi juga selalu berubah-rubah tetapi sebagai anak-anak Tuhan, kita cari jalan tengah untuk bisa membantu sekolah ini supaya dia bisa berjalan dengan baik.
Untuk itu, guru-guru yang ada di sekolah-sekolah GMIT tidak usah takut bahwa akan dimutasikan atau diberhentikan. Tidak usah. Tenang-tenang mengajar diam-diam di situ sudah. Sehingga dengan demikian sekolah ini juga bisa bersaing dengan sekolah-sekolah negeri dan sekolah-sekolah swasta yang lain.
Terakhir, atas nama pemerintah daerah saya juga menyampaikan terima kasih kepada Pak Dokter Pram dari yayasan di Jakarta yang sudah datang mau membantu kemajuan pendidikan di yayasan Kristen GMIT di daerah ini. Tuhan memberkati kita semua. Amen.
Baca Juga: https://tribuanapos.net/2023/07/09/pernah-dipidana-machris-mau-nyatakan-diri-maju-caleg-dprd-provinsi-ntt/
Sebelumnya diberitakan, Yayasan Pingdoling Alor melaunching Re-Branding kebijakan pendidikan untuk sekolah-sekolah GMIT di Kabupaten Alor, NTT.
Acara penekanan tombol launching Re-branding pendidikan GMIT ini dilakukan Gubernur NTT melalui Asisten II Ganef Wurgiyanto, A.Pi, Senin (10/7) di Aula Pola Tribuana Kalabahi.
Ketua Yayasan Pingdoling Alor Dr. Fredik Abia Kande mengatakan, pendidikan Kristen di Alor ini dimulai dari tahun 1911, ditandai dengan berdirinya Volkschool atau sekolah rakyat di Kalabahi yang sekarang berubah nama menjadi SD GMIT 01 Kalabahi.
“Jadi tahun ini genap 112 tahun. Kita beri tepuk tangan untuk jasa sekolah GMIT di Alor,” kata Fredik ketika sambutan di acara pembukaan launching disambut applaus ratusan peserta.
Baca Juga: https://tribuanapos.net/2023/07/11/tingkatkan-mutu-pendidikan-gmit-yapenkris-pingdoling-alor-gandeng-dosen-atmajaya-pelatihan-leader-as-coach-bagi-pendeta-gmit/
Menurutnya, usia sekolah GMIT ini sama halnya dengan semua sekolah Kristen di Kabupaten Alor. Sekalipun begitu, kata Fredik, usia yang panjang itu tidak berbanding lurus dengan mutu yang dicapai oleh seluruh sekolah Kristen di Kabupaten Alor.
“Kita harus akui bahwa sekalipun usianya sudah 100 lebih tahun tapi dari segi SDM kita belum punya tenaga tetap yang bisa mengelola sekolah-sekolah Kristen,” ujarnya.
“Kita masih bergantung sepenuhnya terhadap tenaga aparatur sipil negara, baik itu PNS maupun yang terakhir dengan tenaga kontrak daerah, walaupun tenaga P3K kita tidak kebagian,” lanjut Mantan Rektor Untrib Kalabahi itu.
Namun demikian, lanjut Fredik, dari skema penempatan tenaga PNS dan kontrak daerah pada ratusan sekolah GMIT di Kabupaten Alor ini sangat menolong sekolah-sekolah GMIT dalam mendukung proses belajar mengajar.
“Walaupun skema ini agak sedikit melawan memang pemerintah pusat karena mungkin saja dari segi regulasi-regulasi pusat tidak terlalu menguntungkan kita tetapi karena keprihatinan yang luar biasa terhadap eksistensi sekolah-sekolah Kristen di Alor karena itu kita bisa mendapatkan manfaat dari pengangkatan guru tenaga kontrak daerah dan PNS,” katanya.
Dr. Fredik menambahkan, tahun ini juga sekolah-sekolah GMIT di bawah Yapenkris Pingdoling cukup dibuat cemas oleh karena akan ada kebijakan pusat yang akan merumahkan tenaga-tenaga kontrak daerah yang bekerja di sekolah-sekolah GMIT.
Baca Juga: https://tribuanapos.net/2023/07/12/ribuan-siswa-sekolah-gmit-pawai-carnaval-sambut-peluncuran-re-branding-kebijakan-pendidikan-gmit-di-tribuana-alor/
Karena itu kemarin di bulan Maret 2023 pengurus Yapenkris Pingdoling Alor sudah mengantisipasinya dengan mengangkat 46 guru misionaris GMIT yang bekerja tetap di 47 sekolah GMIT di lingkup Yapenkris Pingdoling Alor.
“Ada satu hal yang hampir tidak masuk akal. Di awal tahun 2023 ketika semua orang bicara tentang resesi, bahkan di mimbar-mimbar gereja juga para pelayan bicara tentang resesi, tentu membuat kita semua pesimis tapi kami mengajak 4 Klasis dan juga bapak/ibu pendeta mari kita berdoa dalam nama Tuhan Yesus kita angkat 46 guru misionaris GMIT di tahun ini dengan sumber pendanaan dari gereja,” ungkapnya.
“Ternyata gereja menyanggupi itu. Tentu ini belum seberapa tapi ini upaya langkah pertama kita untuk menyiapkan tenaga-tenaga untuk bekerja di sekolah-sekolah GMIT,” sambung Fredik disambut applaus.
Baca Juga: https://tribuanapos.net/2023/06/20/sd-gmit-di-alor-ini-tidak-bagi-rapor-siswa-gegara-orang-tua-belum-lunasi-uang-pembangunan-pagar-sekolah/
Dr. Fredik memastikan bahwa Yapenkris Pingdoling bermimpi suatu saat 46 guru-guru ini merekalah yang akan memimpin bahkan menjadi Kepala sekolah di sekolah-sekolah GMIT di masa yang akan datang.
“Karena itu tahap kedua setelah rekrut adalah mereka harus ditraining sehingga kami mengadakan Dr. Pramudianto dari Atmajaya Jakarta dan Pak Yandri D.I Snae, S.Pd.M.Pd dari BPP Provinsi NTT untuk training. Jadi ini jalan panjang yang akan dilewati oleh guru-guru misionaris kita,” katanya.
Pada kesempatan itu, Dr. Fredik juga  menyampaikan terima kasih kepada pemerintah kabupaten Alor, di mana di saat-saat Yayasan ini mengalami pasang surut, pada titik itu pemerintah hadir untuk menolong sekolah-sekolah GMIT.
Baca Juga: https://tribuanapos.net/2021/11/20/bupati-alor-minta-dprd-hati-hati-singgung-dana-pokir-nanti-wartawan-tahu/
“Mari kita beri tepuk tangan dulu kepada pemerintah kabupaten Alor,” ujarnya disambut applaus ratusan peserta.
Dr. Fredik kemudian memuji Bupati Alor Amon Djobo dan mengatakan bahwa ekosistem pemerintahan di Kabupaten Alor ini sangat-sangat memungkinkan bagi pertumbuhan sekolah-sekolah Kristen di Kabupaten Alor.
“Saya kira perhatian pemerintah ini yang paling bagus di GMIT. Kita beri tepuk tangan dulu,” lagi-lagi Fredik mengajak peserta dan undangan beri applaus menghormati jasa pemerintah daerah terhadap eksistensi sekolah GMIT sejak berabad-abad.
Baca Juga: https://tribuanapos.net/2020/03/18/bupati-alor-minum-marungga-virus-corona-datang-na-kena-suanggi/
“Karena itu saya kira ini momentum yang sangat baik untuk kita kembali mengajak pemerintah daerah dan Jemaat-jemaat kita untuk melakukan hal-hal yang startegis bagi kesinambungan penyelenggaraan pendidikan di sekolah-sekolah GMIT,” lanjut dia.
10 Item Kebijakan Re-Branding Pendidikan GMIT
Dr. Fredik Abia Kande menyebut, ada 10 item kebijakan Re-Branding Pendidikan GMIT yang dilaunching hari ini. 10 item kebijakan Re-Branding tersebut dilakukan dalam rangka perubahan-perubahan di sekolah GMIT di bawah naungan Yapenkris Pingdoling Alor.
Salah satunya, akan dilaunching empat sekolah unggul Kristen di Alor, yaitu: SD GMIT 01 Kalabahi, SD GMIT 07 Kabola, SMA Kristen 1 Kalabahi dan SMA Kristen 2 Kalabahi.
Baca Juga: https://tribuanapos.net/2022/04/03/ferdy-lahal-kalau-survey-rakyat-inginkan-dan-tuhan-izinkan-saya-siap-maju-calon-bupati-alor-2024/
“Sekolah-sekolah ini sudah dua periode berturut-turut mendapat akreditasi (dengan nilai) A. Karena itu sekolah-sekolah ini akan ditingkatkan keunggulan supaya semua Brandingnya bisa dipercayakan oleh masyarakat kabupaten Alor,” lanjut Fredik.
Dr. Fredik optimistis bahwa tentu semua visi besar kemajuan pendidikan GMIT yang dilaunching hari ini akan terlaksana baik jika ada berkat dukungan dari kita semua baik gereja, pemerintah daerah, jemaat dan masyarakat.
“Kami tetap mengharapkan dukungan dari pemerintah daerah kabupaten Alor, pemerintah provinsi, Bapak/Ibu Pendeta sehingga upaya-upaya Yayasan ini boleh betul-betul membawakan hasil yang baik bagi generasi kita,” ucapnya.
Baca Juga: https://tribuanapos.net/2023/06/05/buka-pelatihan-potensi-sar-water-rescue-bupati-alor-apresiasi-misi-kemanusiaan-basarnas-maumare/
Gubernur Viktor Laiskodat melalui Asisten II Setda Provinsi NTT Ganef Wurgiyanto, A.Pi mengapresiasi Yapenkris Pingdoling yang melaunching Re-Branding Kebijakan Pendidikan GMIT hari ini. Menurutnya, apa yang dilaksanakan ini merupakan hal yang inovatif.
“Kenapa saya katakan inovatif karena tidak ada manusia yang beradab tanpa pendidikan. Tanpa pendidikan manusia itu belum tentu akan beradab. Oleh karena itu ini semua saya titip agar dilakukan dengan peningkatan moral dan disiplin termasuk untuk (pendidikan) ekonomi,” katanya.
Ganef juga menyampaikan terima kasih kepada Doktor Pramudianto, dosen Universitas Atmajaya Jakarta yang memberikan materi pelatihan kepada pendeta dan guru-guru Yapenkris Pingdoling selama beberapa hari ini.
Baca Juga: https://tribuanapos.net/2023/06/05/polisi-hentikan-proses-hukum-terhadap-ketua-dprd-alor-yang-diduga-fitnah-pemred-tribuana-pos/
Ganef bilang, kegiatan ini merupakan awal dari kemitraan untuk mengubah wajah pendidikan di Gereja.
“Ini akan mempunyai branding yang sangat bagus. Untuk itu dari Pemda Nusa Tenggara Timur saya mengajak untuk kita bersama-sama semua Yayasan-yayasan yang berhubungan dengan pendidikan haruslah berkolaborasi dengan pemerintah daerah kabupaten maupun provinsi,” ujarnya.
Ganef juga menambahkan bahwa pemerintah provinsi telah mengalokasikan anggaran yang disebut spesifik grand sebesar 51%. Ia meminta Gereja GMIT dan Yapenkris bisa bekerja sama agar memanfaatkan dana spesifik grand yang ada.
Baca Juga: https://tribuanapos.net/2023/06/05/polisi-hentikan-penyidikan-kasus-tersangka-dua-aktivis-anti-korupsi-alor/
“Nah, ini Ketua Yayasan bisa melakukan konsolidasi. Memang pendidikan masih di bawah koordinasi Pak Asisten I tapi kami siap membantu demi kebaikan kita bersama,” katanya.
“Saya harap ini menjadi kemajuan bagus, dan akan bermanfaat juga bagi siswa-siswi yang nanti akan dilakukan selama pembelajaran,” tutup Ganef.
Sekretaris Yapenkris Pingdoling Alor Mando Kolimon, S.Pd membacakan SK Pengurus Yayasan Pingdoling Alor tentang dokumen kebijakan Re-Branding sekolah GMIT di lingkup Yapenkris Pingdoling Alor.
Baca Juga: https://tribuanapos.net/2023/06/02/buce-ga-caleg-yang-berniat-perjuangkan-air-pendidikan-inklusif-kesehatan-ibu-dan-anak-di-dapil-tts/
Berikut Komponen Re-Branding yang Dilaunching
Untuk kop dan format surat sekolah, kop lama mencantumkan Pemerintah Kabupaten Alor, diganti yang baru mencantumkan Yayasan Pendidikan Kristen Pingdoling Alor.
Selain kop surat, logo dan stempel sekolah juga ikut berubah. Logo lama bertuliskan Yapenkris berganti menjadi Pingdoling dengan simbol salib di atas buku yang terbuka di tambah tulisan Matius 5:14 sebagai ciri khas sekolah Kristen.
Perubahan juga terjadi pada indeks surat dinas, di mana yang baru urutannya antara lain: Nomor urut/nomor kode/nomor kode sekolah/bulan dikeluarkan/tahun dikeluarkan. Contoh: 01/00/G1/IV/2023.
Baca Juga: https://tribuanapos.net/2023/06/02/alvonso-f-gorang-makin-matang-menuju-pilkada-alor-2024/
Papan nama sekolah juga ikut berubah dari yang lama tertulis pemerintah kabupaten Alor berubah menjadi Yayasan Pendidikan Kristen Pingdoling Alor.
Perubahan juga terjadi pada cat gedung sekolah di mana nantinya semua gedung sekolah GMIT akan berganti warna menjadi coklat dan kuning.
Selain itu, seragam sekolah juga mengalami perubahan. Sekolah akan menyiapkan rok Kulot yang dapat memberikan kenyamanan sekaligus memproteksi siswi dari berbagai resiko kekerasan seksual.
Program sertifikasi tanah milik sekolah juga merupakan salah satu program yang akan dilakukan.
Baca Juga: https://tribuanapos.net/2023/05/31/resmikan-kantor-dprd-alor-gubernur-ntt-ajak-warga-tak-pilih-caleg-yang-bodoh-dan-rakus-di-pemilu-2024/
Ke depan setiap pendeta GMIT juga akan dilibatkan sebagai tenaga penilik rohani di setiap sekolah GMIT.
Untuk memenuhi kebutuhan guru, Yayasan Pingdoling juga merekrut guru misionaris. Sudah ada 46 guru misionaris yang direkrut.
Selain itu, komitmen menjadikan sekolah unggul yang berkarakter Kristen. Ada empat sekolah yang akan ditetapkan menjadi sekolah unggul yaitu: SD GMIT 01 Kalabahi, SD GMIT 07 Kabola, SMA Kristen 01 Kalabahi dan SMA Kristen 02 Kalabahi.
Baca Juga: https://tribuanapos.net/2023/06/05/polisi-hentikan-proses-hukum-terhadap-ketua-dprd-alor-yang-diduga-fitnah-pemred-tribuana-pos/
Keempat sekolah tersebut akan dikembangkan menjadi sekolah unggul dari segi sains, bahasa inggris, dan pendidikan karakter Kristen.
Dalam rangka membangun sekolah model, Yayasan Pingdoling Alor bekerja sama dengan Yayasan Paideia di Jakarta yang rencananya akan mendampingi selama 3 tahun.
Kepala SMA Kristen 1 Kalabahi Seprianus Waang, S.Pd mengatakan, pada umumnya sekolah yang berada di bawah naungan Yayasan Pingdoling Alor sangat setuju dan sangat antusias untuk menyukseskan kegiatan ini.
Baca Juga: https://tribuanapos.net/2023/05/31/polisi-tetapkan-6-pelaku-pemerkosaan-anak-di-alor-tersangka/
“Karena kegiatan yang dirancang oleh Yapenkris Pingdoling Alor sangat-sangat mendukung sekolah-sekolah Kristen yang ada di bawah naungan Yapenkris Pingdoling Alor,” ujarnya.
Selain itu menurut Seprianus, kegiatan ini juga merupakan suatu cita-cita atau harapan bersama dari semua sekolah yang ada di bawah yayasan pendidikan Kristen Pingdoling Alor.
“Kita harap Yayasan Pingdoling siap bersaing dalam membangun generasi bangsa. Amin,” tutup Seprianus.
Acara tekan tombol launching dilakukan oleh Asisten II Setda NTT Ganef Wurgiyanto di dampingi Bupati Alor Amon Djobo, Ketua Yapenkris Pingdoling Alor Dr. Fredik A. Kande, Ketua BPP Sinode GMIT Pdt. Jahja A. Milu dan para Ketua-ketua Klasis di Tribuana Alor. (*dm).