Ketika Oksigen Sudah Tak Berdaya di Hadapan Covid-19, Nasib Manusia Menjadi Sama

Dr. Handrawan Nadesul
Dr. Handrawan Nadesul

Oleh: Dr. Handrawan Nadesul

Siapapun kita, segunung apapun harta dan uang, tidak ada artinya bila itu semua tidak mampu membuat oksigen masih mampu berdaya menolong hidup kita, membela nyawa kita.

Betapa berharganya oksigen buat hidup kita. Namun di hadapan Covid-19, oksigen belum tentu masih selalu berdaya menolong kita. Yaitu ketika paru-paru kita sudah dikoyak-koyak oleh sosok renik Covid-19, musuh yang tidak bisa kita lihat itu.

Upaya terakhir kita apabila kasus Covid-19 sudah terbilang parah, dengan cara membuat lubang menyalurkan oksigen langsung memasuki paru bernama ventilator. Namun inipun bukan jaminan terselamatkan bila paru-paru, ujung pembuluh paru alveolar sudah tak mampu mengalirkan oksigen memasuki darah akibat dirinya sudah terkoyak. Berapa besar dan jenuh pun oksigen dialirkan masuk paru, tak akan memasuki dan mengisi darah. Dan itu yang membuat siapa pun, sehebat apapun kita di dunia, mampu bertahan, dan harus menyerah kalah, lalu hidup harus menjadi selesai.

Baca Juga: https://tribuanapos.net/2020/04/20/covid-19-penyakit-seribu-wajah/

Adakah cara supaya kita tidak harus tiba pada kondisi setragis itu? Ada.

Strategi kita untuk tidak saling mendekat, apapun istilahnya. Sehingga peluang Covid-19 berpindah rumah dari orang pembawa Covid-19 ke orang sehat, tidak boleh terjadi. Menghindari dari perpindahan jahat itu dengan cara tidak mendekat kepada sumber penular.

Siapa sumber penular itu? Sekarang ini, ketika kasus terus meninggi, semua orang harus diasumsikan dalam tubuhnya menyimpan Covid-19. Sekalipun orang yang kita kenal, orang dekat kita sendiri, suami, atau istri atau anak kita sendiri.

Gambar 1: Paru-paru yang terserang covid-19
Gambar 1: Covid-19 mengoyak-ngoyak gelembung alveolar paru dan pembuluh kapiler darah.

Hanya orang yang kita tahu pasti belum terdampak Covid-19, yakni mereka yang selalu berada di rumah, yang bisa dipastikan tubuhnya bersih dari Covid-19. Selama orang masih keluar rumah, sekalipun ikut aturan bermasker, akan tetapi rambut, pakaian, alas kakinya dan kulitnya, masih punya kemungkinan ditempeli Covid-19. Itu berarti selain ia sendiri tertular bila tidak membersihkan rambut, pakaian, kulit, dan alas kakinya, orang yang mendekatinya pun, orang di dekatnya, akan terdampak juga, untuk berisiko, berpotensi, punya probabilitas besar untuk tertular. Maka itu alasan bahwa terhadap orang ini kita harus menghindar juga, kendati dia orang rumah kita sendiri.

Baca Juga: https://tribuanapos.net/2020/04/20/covid-19-mungkin-di-alas-kaki-anda/

Kalau masih ada keperluan yang tak bisa ditunda, atau mengharuskan kita keluar rumah karena terpaksa, pastikan semua kemungkinan Covid-19 melekat pada tubuh, termasuk pada uang yang kita terima. Dan semua yang kita pegang selama di luar rumah, harus dipastikan sudah kita bersihkan. Pulang dari luar rumah langsung melucuti pakaian di luar ruangan, yakni di toilet luar ruangan, alas kaki dibiarkan di luar setelah membersihkannya, lalu langsung mandi berkeramas, untuk memastikan semua kemungkinan Covid-19 melekat yang mungkin terbawa pulang bisa ditiadakan.

Ketikanya kini jangan sampai kita memilih kekonyolan. Mengandalkan doa, menyebut nama Yang Maha Welas Asih, sambil tetap yakin merasa aman boleh berada di tempat publik, melanggar aturan epidemiologis dengan menerobos di mana, kapan, bagaimana Covid berpindah tempat, niscayailah karena pada akhirnya kita pasti akan kalah juga.

Pada saat kita dalam kondisi kalah itulah, tak ada satu yang bisa menolong kita. Terlebih bila itu sudah memasuki wilayah penyakit yang parah. Gelembung ujung pembuluh paru bernama alveolar tempat oksigen dari pernapasan memasuki darah dan itu yang membuat kita tetap bisa hidup, kini sudah rusak. Oksigen seberapa banyak pun dipompakan masuk, tetap tidak akan bisa lagi memasuki darah. Dan itu yang membuat kita megap-megap di penghujung sakratul maut. Tak seorang, tak siapapun paling perkasa, paling kita kasihi dan paling mengasihi kita, akan mampu bisa menolong, kecuali bila Yang Maha Welas Asih itu berkehendak saja.

Baca Juga: https://tribuanapos.net/2020/04/20/ayo-gerakan-konsep-prosumen-mana-tahu-pandemi-masih-berkepanjangan/

Lihat Gambar: Covid-19 mengoyak-ngoyak gelembung alveolar paru dan pembuluh kapiler darah, tempat oksigen memasuki darah. Sehingga sistem yang memungkinkan kita masih bisa bertahan hidup itu sudah lebur. Segunung apapun uang dan kekuasaan kita di dunia, sudah tak mungkin berdaya untuk menolongnya.

Gambar 2: Covid-19 mengoyak-ngoyak gelembung alveolar paru dan pembuluh kapiler darah.
Gambar 2: Covid-19 mengoyak-ngoyak gelembung alveolar paru dan pembuluh kapiler darah.

Dan kondisi itu tidak perlu terjadi apabila kita patuh pada ilmu epidemiologi, bahwa dengan memperkecil risiko, kemungkinan, probabilitas kita sampai dimasuki Covid-19 dengan pengetahuan, dengan ilmu yang diterjemahkan ke dalam bahasa kebijakan, kita bisa selamat.

Taati, patuhi, dan dengan yang tanpa perlu mengeluarkan uang dan harta itu saja yang sejatinya masih mungkin menyelamatkan nyawa kita. Yakinilah.

Tidak ada kekuatan lebih dari stretegi epidemiologis itu saja. Selebihnya setelah semua itu kita lakukan, boleh membawa kita masuk ke dalam doa, minta perlindungan Yang Maha Welas Asih. Salam sehat.

*Dr. Handrawan Nadesul adalah dokter yang kini konsen menulis buku kesehatan termasuk buku covid-19. Ia tinggal di Jakarta.