Koaksi Indonesia Luncurkan Film Dokumenter Climate Witness 2025, Sabtu 28 Juni 2025 di Bali. (Foto: doc Koaksi Indonesia).
Bali – Bertepatan dengan peringatan Hari Lingkungan Hidup Sedunia, Koaksi Indonesia didukung para sineas muda dari Nusa Tenggara Timur (NTT) luncurkan film dokumenter Climate Witness 2025.
Film-film ini adalah bagian dari inisiatif Koaksi Indonesia dari Program Voices for Just Climate Action (VCA) Indonesia sejak tahun 2023 yang mengompilasi kisah masyarakat hadapi perubahan iklim lewat kearifan lokal.
Lima film pendek yang berjudul Benteng Hijau, Laut dan Tanah, Bajo, Buka Badu, dan Tidak Gratis Lagi, menggambarkan bentuk adaptasi dan mitigasi yang dilakukan oleh warga NTT.
Yang mereka dokumentasikan adalah penanaman mangrove untuk menghadapi banjir rob, adaptasi ekonomi dalam produksi garam, upaya restorasi laut oleh suku Bajo, pelestarian laut melalui tradisi Buka Badu, hingga konservasi hutan adat untuk menjaga sumber air bersih di tengah tekanan pariwisata.
“Film Climate Witness adalah cara kami merayakan kekuatan cerita dari masyarakat akar rumput, khususnya di NTT. Ini bukan hanya dokumenter, ini adalah memoar aksi iklim dari timur Indonesia,” jelas Ridwan Arif, Koordinator Program VCA Koaksi Indonesia.
“Kisah-kisah dalam film ini menunjukkan bahwa solusi iklim tidak selalu datang dari teknologi canggih, tetapi juga dari nilai, tradisi, dan keberanian komunitas,” lanjut Arif melalui rilis pers yang diterima tribuanapos.net, Sabtu 28 Juni 2028.
Menariknya, film ini sepenuhnya diproduksi oleh sineas lokal NTT, menandai tonggak penting dalam narasi iklim yang lebih inklusif dan berakar pada pengalaman warga.
Salah satu film, Benteng Hijau, digarap oleh Alwyn, seorang pembuat film dari Sumba. Lewat filmnya, Alwyn merekam perjuangan warga dalam melindungi rumah dan sumber penghidupan mereka dari ancaman banjir rob dengan menanam mangrove secara mandiri.
“Kami tidak membuat film ini untuk menjual bencana, tapi untuk menunjukkan bahwa masyarakat di Sumba tidak tinggal diam,” ungkap Alwyn. “Ketika laut masuk ke dapur tempat orang memasak garam, mereka tanam mangrove. Ini adalah cerita tentang bertahan dan berinovasi.”
Peluncuran yang berlangsung di Bali ini menjadi bagian dari kampanye publik melalui para kreator muda dan komunitas lingkungan lintas daerah dalam rangka #LangkahHariIni dan #MauHidupLebihLama, sebagai seruan kolektif untuk hidup lebih berkelanjutan dan memperjuangkan masa depan yang adil bagi semua.
Berkolaborasi dengan Satu Frekuensi Film, Koaksi Indonesia memandang film sebagai medium paling kuat untuk menyampaikan pesan lingkungan secara emosional dan membumi.
“Kami percaya film bisa menyentuh kesadaran lebih dalam, tidak hanya memberi informasi, tapi juga menggerakkan,” ujar perwakilan Satu Frekuensi Film. “Kolaborasi ini membuka ruang dialog baru antara sineas muda, aktivis, dan masyarakat luas — bahwa perubahan iklim adalah cerita kita bersama.”
Climate Witness 3 hadir bukan sebagai alarm bahaya, melainkan sebagai ajakan bertindak. Ajakan untuk melihat bahwa dari kampung-kampung pesisir, dari balik hutan dan laut di timur Indonesia, masyarakat sudah bergerak lebih dulu. Mereka menjaga bumi dengan langkah kecil yang berdampak besar — dan dari sanalah kita bisa belajar tentang harapan dan ketahanan. (*dm).