Cerita Pariwisata: Tenunan Alor

Tenunan Alor (Foto: detik.com).
Tenunan Alor (Foto: detik.com).
Cerita Pariwisata
“Tenunan Alor”
Oleh: Arnesta Vuvusela Magang Sau
Selamat Pagi,
Syalom; Ass Wbr; Om Swasti Astu; Namo Budaya
Salve Salam Kebajikan; Salam Sejahtera bagi kita
Yang saya hormati,
Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Alor bersama Staf,
Dewan Juri,
Rekan Siswa yang Milenial dan Berbudaya,
Wenang Kuba, Nepa Nea, Nimang Nive, Ama Ina, Olba, Kaku, Basodara Pengunjung dan Penikmat Festival Dugong Tahun 2022,
Baca Juga: https://tribuanapos.net/2022/05/17/sinode-gmit-dan-jakomkris-gelar-pelatihan-fasilitator-gereja-tangguh-bencana-di-alor/
Singkatnya sobat wisata yang saya banggakan!
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang adalah Sang Pemilik Alam, atas anugerah alam dan potensi wisata penuh nilai filosofis, tradisi dan sangat eksotik. Saya juga berterima kasih karena bisa menghirup udara yang sama bersama sejumlah praktisi, seniman, budayawan dan juga para turis lokal, nasional dan internasional untuk berbagi kisah tentang Tenunan Alor yang telah melekat dalam adat, tradisi, juga sandang kita. Tenunan Alor yang telah  membawa kita dikenal dunia.      
Sobat Wisata  yang saya banggakan,
Tenuan Alor mulai dikenal pada tiga ribu lima ratus tahun yang lalu, sejak masyarakat mulai beralih dari menggunakan kulit kayu dan kulit binatang ke bahan hasil tenunan sebagai pembungkus badan. Awalnya, tenunan dibuat untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, yakni sebagai busana biasa, dan seiring waktu berlalu, tenunan juga digunakan untuk kebutuhan adat, seperti upacara, tarian, perkawinan, dan pesta, baik dalam bentuk selendang, sarung, selimut, hingga pakaian secara utuh.
Baca Juga: https://tribuanapos.net/2022/05/17/alvonso-gorang-apresiasi-dukungan-politik-tokoh-masyarakat-pureman-untuk-maju-calon-bupati-alor-2024/
Sobat wisata yang saya banggakan,
Tenunan Alor secara umum terdiri atas dua jenis yakni tenun ikat dan tenun songket. Jenis Tenun ikat tersebar di kelompok- kelompok penenun di dua etnis. Pertama etnis Alurung (Alor) yakni Alor Kecil, Alor Besar, Dulolong, Teluk Mutiara, Pulau Ternate, Pulau Buaya dan Pulau Pura. Kedua, etnis Pantar yakni Pantar Barat Laut, Pantar Tengah, Pantar Timur, dan Pantar. Selanjutnya Tenun Songket Alor. Oh ia, berdasarkan cerita, tenun songket a berasal dari benua Asia, menyusuri semenanjung Malaka dan menyisir pulau–pulau di Filipina, masuk ke Papua lalu ke pulau Leti, pulau Timor akhirnya sampai ke pulau Alor. Pengetahuan tentang tenun songket di masyarakat Pulau Alor sekarang ini tersebar pada kelompok-kelompok penenun di empat etnis, yaitu etnis Kolana, etnis Batu Lolong, etnis Kui, dan etnis Baranusa. Walaupun berasal dari daerah yang jauh, motif songket Alor memiliki ciri khas yang berbeda dengan songket daerah lain. Saya bertanya-tanya lalu apa yang membedakan tenun ikat dan tenun songket? Setelah mencari tahu, ternyata bahwa tenun ikat memiliki motif pada dua sisi sementara songket hanya pada satu sisi.
Baca Juga: https://tribuanapos.net/2022/05/17/prodi-pendidikan-bahasa-inggris-untrib-terima-pendaftaran-gratis-bagi-calon-mahasiswa-baru-tahun-2022/
Sobat wisata yang saya banggakan,
Saat saya bertanya, membaca dari tulisan sampai pada melihat dan menyentuh langsung jenis tenunan Alor, saya terpesona dan saya merasa luar biasa keagungan Sang Pemilik Alam. Luar biasa karena betapa hikmat dan pengertian diberikan kepada leluhur kita sehingga menghasilkan kerajinan tenun berbahan dasar kapas dengan motif  tenun yang beragam. Walaupun dalam perkembangannya ada motif non tradisional yaitu kreasi motif yang lebih cenderung mengikuti permintaan pasar atau tidak mengikuti motif tradisional tetapi tetap saja motif daerah kita indah untuk dilihat dan nyaman untuk dikenakan serta bernilai tinggi. Motif Tenun ikat yang paling terkenal adalah motif gajah, motif kura-kura dan motif ikan. Bisa kita cermati secara baik pada motif gajah ada warna dasar hitam kebiru-biruan menunjukkan pergumulan nelayan menantang arus dan gelombang untuk mendapatkan nafkah dari laut. Gambar merah putih yang terputus-putus serta garis-garisnya menggambarkan daerah kepulauan dikelilingi oleh arus dan gelombang laut yang keras. Terdapat motif berwarna merah dan putih terputus-putus dan dibatasi dengan garis merah putih juga terputus-putus.
Baca Juga: https://tribuanapos.net/2022/05/17/pemkab-alor-gelar-festival-dugong-tanggal-18-19-mei-2022-berikut-rangkaian-acaranya/
Motif yang dominan adalah berbentuk sepasang gajah berwarna kuning di atas tenunan berdasar merah dan warna orange di atas tenunan berdasar hitam. Sarung bagi kaum perempuan untuk dipakai pada upacara adat perkawinan. Secara keseluruhan motif gajah melambangkan kekuatan, kebesaran, keberanian dan keuletan. Motif tenun songket Alor yang paling terkenal adalah Gebitir Keti Limi Geweng yang terdiri dari “Pintalan” berupa tali pada ujung kedua sisi tenunan yang menggambarkan ikatan kekuatan kerukunan antar suku warga masyarakat, ”Sudi” berwarna merah dan putih yang terdapat pada ujung kedua sisi tenunan bagaikan himpunan gambar jantung menggambarkan kehidupan dan kebersamaan warga di dalam suku bangsa.  “Melawang keker” juga berwarna merah dan putih berbentuk anting kupu-kupu di atas alur benang berwarna sebagai lambang kecantikan dan kemegahan. Gemus Kawai Mira Kawai menggambarkan nurani dan cinta kasih raja dalam menjalankan kekuasaan. Berwarna merah dan putih berbentuk bintang di dasar hitam/biru melambangkan khalik pencipta yang memberikan penerangan alam semesta. Selain motif dari etnis Kolana, selimut dan sarung Kui juga Baranusa cukup terkenal dengan nilai sejarah, adat dan budaya yang tinggi.   
Baca Juga: https://tribuanapos.net/2022/05/17/bobby-kilaka-terpilih-pimpin-pengurus-alumni-fakultas-hukum-untrib-dekan-pesan-bangun-kolaborasi/
Sobat wisata yang saya banggakan,
Hari ini, di sini, saya menggunakan busana tenun songket adat Kolana Motif ‘Gebitir Geti Mei Geweng’. Terdapat motif berwarna putih, merah, hijau, kuning dan ungu. Motif yang dominan adalah berbentuk moko berwarna hitam dan merah yang di atas dan di dasarnya terdapat gambar mahkota kebesaran dan kebanggaan suku yang berwarna merah dan putih terletak di dasar biru sampai hitam. Di apit dengan motif-motif yang berwarna putih dengan sisi kanan kiri barisan setrip putih dan garis merah serta beraneka warna warni garis dan diselingi dengan butiran-butiran motif berwarna putih dan merah sementara dibagian tengah tenunan yang didominasi dengan warna dasar biru sampai hitam terdapat garis-garis hijau dan kuning mengapit gambar Moko yang berwarna putih, merah dan merah putih.
Baca Juga: https://tribuanapos.net/2022/05/15/alvonso-gorang-launching-aplikasi-kajek-alor-layanan-transportasi-publik-berbasis-digital-perdana-di-alor/
Sobat wisata yang saya banggakan,
Beberapa waktu terakhir ini, tenunan Alor makin membooming, Dinas Pendidikan mengeluarkan kewajiban menggunakan Rompi Tenun bagi siswa pada hari kamis, lalu diikuti ASN menggunakan tenun modifikasi pada hari kamis, Bibi Syariat mendobrak pasar kerajinan Alor dengan tenunan, juga ibu Julie Laiskodat yang mengguncang dunia dengan tenunan dalam pagelaran mode di Couture New York Fashion Week tahun 2017 dan Paris Fashion Week 2018. Pada 2021 kemarin, festival tenun di Ternate mengantar sebagian besar masyarakat Alor berkunjung dan menciptakan pasar tenunan singkat. Dalam dua tahun terakhir Dinas Pendidikan Provinsi juga sudah mengeluarkan edaran menggunakan sarung dan selimut sebagai bawahan mendampingi atasan polos pada hari kerja Selasa dan Jumat. Upacara kenegaraan pun menjadi lebih menarik ditonton saat pejabat negara menggunakan tenunan Alor. Ada perasaan bahagia penuh rasa haru, betapa Alor, Surga Di Timur Matahari yang pernah dipandang sekilas, yang pernah jauh dari tatapan, kini telah menembus waktu dengan doa dan ketekunan lewat kelincahan sang penenun, lewat kelincahan sang pemintal benang, akhirnya kura-kura, ikan, ketupat, moko dari Alor semakin menjadi pusat perhatian. Alor yang eksotik dari sisi geografis semakin dipercantik dengan tenunan yang tersandang di tubuh dan pajangan.
Baca Juga: https://tribuanapos.net/2022/05/15/prodi-pendidikan-teologi-untrib-terima-pendaftaran-gratis-bagi-calon-mahasiswa-baru-tahun-2022/
Sobat wisata yang saya banggakan,
Saya pernah membaca sebuah ungkapan filsuf Thomas Jefferson berbunyi ‘dalam hal gaya, berenanglah mengikuti arus; soal prinsip, berdirilah seperti batu karang.’ Kita boleh mengikuti perkembangan zaman tetapi tetap tidak meninggalkan budaya dan kecintaan kita terhadap potensi lokal. Banyak hal tentang tenunan yang wajib kita kenali dan kita perkenalkan pada dunia. Keberagaman yang dimiliki oleh motif tenunan Alor dapat kita maknai sebagai simbol keberagaman budaya, simbol keberagaman ras, suku, agama yang dipadukan dalam Taramiti Tominuku. Kisah tenunan Alor yang bernilai tinggi mari kita maknai sebagai spirit meningkatkan kebanggaan menyandang tenunan dan mensakralkannya. Jaga apa yang seharusnya kita jaga dan lanjutkan perjuangan leluhur kita untuk melestarikan tenunan Alor yang membuat kita merefleksikan siapa kita, dimana kita pernah berada dengan membiarkan sejumlah motif mekar dan seratus aliran pemikiran bersaing untuk mempromosikan tenunan Alor ke kancah dunia. Maju Wisata Budaya Alor dan Salam Mahensa!
*Penulis adalah Siswa Kelas XI MIA 1 SMA Negeri 1 Kalabahi. Tinggal di Kota Kalabahi, Alor. Cerita ini membawa penulis Juara I lomba Cerita Pariwisata dalam ajang Festival Dugong yang digelar Pemkab Alor, tanggal 18-19 Mei 2022 di Taman Wisata Mali, Alor.