Hidayat Kay; Bos Container Jakarta Utara dari Pelosok Alor

Hidayat Kay
Hidayat Kay

Oleh : Rahmad Nasir

Beberapa waktu lalu jelang akhir November 2018, saya berkesempatan mengunjungi Kota Jakarta dalam agenda pelantikan dan pembekalan Tim Seleksi Anggota KPU Provinsi dan Kabupaten Periode 2018-2023. Setelah selesai agenda tersebut saya menghubungi kakak Hidayat Kay yang kebetulan sudah sering berkomunikasi via facebook dan whatsapp dan pernah bertemu sekali di Pulau Ternate Alor saat beliau mengunjungi kampung ibunya di Pulau Ternate. Tanpa banyak tanya beliau dan paman saya langsung menjemput saya di hotel tempat saya menginap.

Saya lalu diantar keliling menikmati gemerlap keramaian Kota Jakarta, maklum ini kedua kalinya saya ke Jakarta sejak tahun 2010 waktu mengikuti kongres HMI. Saat jam makan maka kami singgah di restoran mewah dan santap sepuasnya, demikian juga malam itu beliau membatalkan tiket saya yang sudah saya bayar untuk rute Jakarta-Kupang-Alor dan menunda keberangkatan saya dengan memesan tiket yang baru bahkan memesan kamar hotel untuk saya. Saya memang telah mendengar nama “Hidayat Kay” adalah orang yang sukses di Ibu Kota dan saat itu saya memang membuktikan pembicaraan orang di kampung kami. Sadar bahwa orang yang sedang bersama saya adalah orang hebat maka saya memanfaatkan dengan baik untuk belajar dan mencuri ilmu dan inspirasi dari beliau.

Baca Juga: https://tribuanapos.net/2020/06/05/sekda-alor-beberkan-kesiapan-satgas-covid-19-hadapi-new-normal/

Hidayat Kay lahir di Nuhawala pada tanggal 08 Juli 1979 dan ayahnya berasal dari kampung Nule dan ibunya dari Umapura-Ternate. Sebagai anak kampung pasca lulus dari SMA Negeri 1 Kalabahi di tahun 1998, ia sempat bekerja di Koperasi simpan pinjam Darmala Sakti di LIPA, dan sebagai buruh panggul Tambang Batu Hitam di Landau buraga. Nasib berkata lain yakni di tahun 1999 bulan November pemuda pemberani ini berhijrah ke Jakarta dengan pakaian seadanya di badan berdua bersama Pak Usman Haruna. Mereka berdua mulai bekerja sebagai satpam pada tahun 2000 di Borobudur departemen store. Hanya berselang satu tahun, tahun 2001 Dayat terpaksa harus keluar dari pekerjaan itu karna memiliki anak bayi, sementara istri yang bekerja. Kerasnya hidup di Ibu Kota Negara, membuatnya sambil menggendong anak bayinya, beliau bekerja sebagai tukang parkir di daerah Depok untuk kebutuhan membeli susu anaknya serta kebutuhan lainnya. Menjelang tahun 2002, tidak mau kehilangan akal, ia diterima bekerja sebagai satpam di PT. Gema Nawagraha Sejati setelah anak bayinya dititip di neneknya di solo. Tiga tahun kemudia (2005), berkat ketekunannya ia diangkat sebagai Staf Quality Control Export. Kari di perusahaan ini rupanya semakin baik dengan karirnya yang terus menanjak berturut-turut, staf administrasi Equipment Control export dan Import (2008), kepala bagian Equipment Control (2011) dan banyak jabatan lain sempat diemban disana yaitu sebagai assiten manager customer support, assiten manager operasional, dan terakhir menjabat sebagai staf marketing umum perusahaan (2016).

Baca Juga: https://tribuanapos.net/2020/06/03/dr-fredrik-kande-sebut-apbd-ntt-untuk-pendidikan-hanya-7/

Bukan namanya pemuda rantauan dari Alor, kalau tidak berfikir keras untuk keluar dari zona nyaman. Dayat menemukan ide untuk membuka usaha sampingan yang dirintis perlahan sejak tahun 2006 yakni dalam urusan jual beli Container. Dayat lantas mendirikan PT Eka Andalan Niaga di tahun 2015 setahun sebelum berhenti sebagai karyawan. Di PT Eka Andalan Niaga, Dayat bertindak sebagai Komisaris Utama (Owner). Upaya pengembangan perusahaan dengan mendirikan lagi CV. Taufiq di Alor (2018) dan CV. Haji Kay dibuka di Jakarta Utara. Nama “Haji Kay” semakin melambung di kalangan pengusaha Container di Jakarta Utara karena daya jelajah produk perusahaannya sudah sampai ke mancanegara. Kini produk container sudah dijual dalam bentuk rumah, kos-kosan, toko, café dan lain sebagainya dengan dilengkapi AC sehingga makin diminati pelanggan.
Memang benar, siapa yang bersungguh-sungguh akan mendapatkan apa yang diusahakannya. Sebagai anak kampung yang tak pernah membayangkan untuk ke luar negeri, Dayat bisa jalan-jalan ke beberapa negara seperti Singapura, Malaysia dan Thailand serta Arab Saudi saat pergi umroh. Bermodalkan ijazah SMA di Alor, ia mampu mempekerjakan karyawan sebanyak 43 karyawan yang hampir semuanya berasal dari anak-anak jalanan yang umumnya berasal dari kampung halamannya. Mereka-mereka yang kini menjadi karyawan dan orang kepercayaannya datang meminta kerja tanpa persyaratan apa pun. Semua karyawannya berawal dari nol, jadi Dayat tidak mengandalkan pengalaman kerja dari tempat lain atau istilahnya pengalaman sebelumnya berapa lama. Konsepnya adalah memiliki kemauan, kesetiaan dan mau bekerja keras. Bisa dibayangkan dengan jumlah karyawan yang begitu banyak, berapa banyak anggota keluarga yang bisa dinafkahi secara tidak langsung. Tentu ini menjadi bagian dari upaya seorang anak kampung untuk membantu negara mengurangi angka pengangguran di negeri ini.

Baca Juga: https://tribuanapos.net/2020/06/01/sumbang-450-paket-sembako-di-alor-ntt-ketum-pkb-ini-solidaritas-partai-untuk-bangsa/

Jika anda bertemu dengannya kesannya tidak berbeda seperti orang di kampung, tahu dan paham bahasa daerah secara aktif (Alor maupun Nule/Pantar), berpenampilan bukan layaknya orang sukses serta selera humorisnya sangat tinggi.

Saat berkunjung ke kantornya nilai transaksi dalam sehari bisa mencapai ratusan juta dengan kolega atau rekan bisnis mecakup di dalam dan luar negeri. Aset dan kekayaan perusahaan semakin hari semakin meningkat. Pantas saja beliau sudah memiliki mobil dan rumah mewah berlantai tiga untuk ukuran di Jakarta. Dalam diskusi dengan saya, saya lalu menyarankan kepada beliau untuk mulai berfikir untuk investasi akhirat melalui kerja-kerja sosial terutama dalam urusan dakwah di kampung halamannya. Untuk itulah maka beliau sangat setuju dan sebenarnya sudah ada dalam benaknya beberapa tahun belakangan ini. Sebenarnya untuk urusan sosial sudah dilakoninya dengan membantu orang-orang yang layak ditolong, ia pernah membayar biaya rumah sakit hingga penguburan beberapa jenazah keluarga dari Alor tanpa BPJS sehingga nominalnya mencapai angka ratusan juta. Namun ini mungkin sudah menjadi satu rahasia bagi para pengusaha sukses bahwa rajinlah memberi secara ikhlas karena ada saja keberkahan yang datang secara tiba-tiba dan dari arah yang tak disangka-sangka.

Baca juga: https://tribuanapos.net/2020/06/02/dony-mooy-pidanakan-ketua-dprd-dan-eks-ketua-psi-alor/

Dalam dirinya memang ada keterpaduan antara ke-nekat-an dan keberanian ditambah dengan kecerdasan dalam manajemen. Betapa tidak, saat awal-awal menjadi karyawan ia ditanyai oleh Bos/pimpinan tentang kemampuan bahasa Inggrisnya. Ia tanpa banyak fikir mengatakan bahwa ia mahir berbahasa Inggris, padahal sebenarnya belum tahu apa-apa tentang bahasa Inggris. Dalam beberapa bulan saja tekat untuk mahir bahasa Inggris terlaksana berkat latihan secara terus-menerus. Demikian juga kemampuan mengoperasikan komputer pun didapatkan secara otodidak.

Hidayat Kay adalah satu dari sekian anak muda Nusa Kenari (Alor) yang telah sukses di Jakarta dan saya berencana untuk mengundangnya untuk berdiskusi dengan generasi muda Alor tentang semangat berwirausaha dalam menciptakan enterpreuner-enterpreuner muda Nusa Kenari. Tentu dalam rangka ikut mendidik dan menginspirasi generasi muda, menekan angka pengangguran serta memperbaiki tingkat ekonomi dalam menjawab era Indutri 4.0 menuju 5.0 yang semakin familiar di telinga kita. (*).

*Penulis adalah dosen STIKIP Muhamadyah Kalabahi. Tinggal di Kalabahi.