
Kalabahi –
Sinode GMIT dan Jaringan Komunitas Kristen Penanggulangan Bencana Indonesia (Jakomkris PBI) Yogyakarta menggelar pelatihan Fasilitator Gereja Tangguh Bencana di Kabupaten Alor, Provinsi NTT.
Kegiatan itu digelar selama tiga hari mulai tanggal 27-29 April 2022 di Gereja GMIT Anaimfar Klasis Alor Barat Laut.
Adapun peserta kegiatan berjumlah 68 orang yang terdiri dari 23 peserta dari Gereja-gereja se Klasis Abal ditambah 7 peserta dari Gereja-gereja Klasis tamu di Luar Klasis Abal.
Narasumbernya dari Sinode GMIT Pdt. Niko Lumbakana, S.Th dan Pdt. Paoina Bara Pa, S.Th. Sementara Narasumber dari Jakomkris Yogyakarta, Pdt. Sarlinda Kise, S.Th, Jefri Hingmo dan Ince Mau.
Baca Juga: https://tribuanapos.net/2022/05/17/pemkab-alor-gelar-festival-dugong-tanggal-18-19-mei-2022-berikut-rangkaian-acaranya/
Pdt. Paoina Bara Pa menjelaskan, kegiatan pelatihan Fasilitator Gereja Tangguh Bencana ini digelar atas kerja sama Jakomkris dan Sinode GMIT.
Kesepakatan jaringan kerja sama ini ditetapkan dalam persidangan Majelis Sinode pada akhir Februari tahun 2022 di GMIT Center Kota Kupang.
Menurut Paoina, awalnya Gereja Tangguh Bencana ini sebenarnya tema yang digagas oleh Jakomkris. Setelah itu Jakomkris meminta GMIT untuk mengutus Pendeta yang akan dilatih sebagai Fasilitator di Yogyakarta.
Angkatan pertama yang diutus ini Pdt. Dr. Linda Kise. Angkatan kedua ada tiga orang dari GMIT, yaitu Pdt Paoina Bara, yang kini menjabat sebagai Ketua Unit Tanggap Bencana Alam Sinode GMIT dan dua orang peserta dari Alor, yaitu Jefry Hingmo dan Ince Mau.
Baca Juga: https://tribuanapos.net/2022/05/17/bobby-kilaka-terpilih-pimpin-pengurus-alumni-fakultas-hukum-untrib-dekan-pesan-bangun-kolaborasi/
“Jadi di GMIT sekarang kami memiliki Fasilitator Gereja Tangguh Bencana itu ada empat orang. Kami dilatih di Jakomkris Yogyakarta pada akhir Oktober 2021,” katanya di sela pelatihan beberapa pekan lalu.
Setelah pelatihan di Yogyakarta, Pdt Paoina diminta untuk menindaklanjuti dengan membuat rencana tindak lanjut (RTL) Gereja Tangguh Bencana di GMIT.
Ia menerangkan, jauh sebelumnya itu, GMIT sendiri sudah punya Unit Bencana untuk Sinodal yang dibentuk MJ Sinode Periode 2015-2019 sebagai terjemahan dari Mandat Sidang Sinode di Rote Ndao.
Keputusan itu bahwa GMIT sudah harus punya struktur kebencanaan dalam dirinya sendiri. Sejak itu Pdt Paoina dipercayakan menjadi Ketua Unit.
Baca Juga: https://tribuanapos.net/2022/05/15/prodi-pendidikan-teologi-untrib-terima-pendaftaran-gratis-bagi-calon-mahasiswa-baru-tahun-2022/
“GMIT selain memiliki Tata Gereja, Haluan Kebijaksanaan Umum Pelayanan (HKUP) yang periodenya empat tahun. Dari HKUP itu kemudian diterjemahkan dalam program tahunan.
Kata Paoina, perintah HKUP di bidang eukonomia untuk penataan oikos rumah sebagai tempat berdiam segenap ciptaan.
“Ada perintah untuk unit tanggap bencana alam Sinode antara lain, pertama: mempersiapkan SOP-SOP. SOP yang sudah dihasilkan dari periode ini adalah, SOP Darurat Bencana. Ini juga akan disimulasikan dalam pelatihan Fasilitator di Alor sini,” ujarnya.
Selain itu, unit tanggap bencana alam sinode juga sudah mensimulasikan bagaimana untuk TPPO Korban Perdagangan Orang. Dan SOP pada korban kekerasan terhadap perempuan dan anak, berbasis Gender, juga ada SOP HIV/AIDS.
Baca Juga: https://tribuanapos.net/2022/05/15/alvonso-gorang-launching-aplikasi-kajek-alor-layanan-transportasi-publik-berbasis-digital-perdana-di-alor/
Ada juga perintah untuk kebencanaan untuk memperkuat kapasitas warga GMIT untuk menghadapi bencana. Poin inilah yang disambungkan dengan kegiatan Jakomkris untuk pelatihan Fasilitator Gereja Tangguh Bencana.
“Kebetulan di GMIT sendiri struktur Gereja Tangguh Bencana itu belum merata. Ada yang sudah bentuk, ada yang belum karena menganggap bencana itu urusan pihak luar dan macam-macam. Tetapi hikmah dari badai Seroja kemarin membuat banyak jemaat-jemaat dan Klasis-Klasis merasa membutuhkan ada wadah/unit kebencanaan yang memang mesti menolong Majelis Jemaat untuk mendesain kesiapan baik darurat maupun pemulihan bencana,” jelasnya.
Baca Juga: https://tribuanapos.net/2022/05/07/kesal-sekda-tidak-menjawab-surat-ganti-sekwan-ketua-dprd-alor-sebut-ada-upaya-deskriminasi-kinerja-dprd/
“Jadi ketika saya mengusulkan pelatihan Fasilitator Gereja Tangguh Bencana pada tahun ini, oleh persidangan Majelis Sinode pada akhir Februari itu kita diterima. Setelah diterima, Klasis-Klasis yang merespon kegiatan pelatihan seperti ini adalah Klasis-Klasis di Tribuana. Mereka sepakat bikin di Klasis ABAL. Kedua itu Rote, ketiga itu Klasis di Sabu Raijua, dari total 53 Klasis di GMIT,” ungkapnya.
Pelatihan pertama dilakukan di Sabu Raijua dari tanggal 20-22 April 2022. Alor sementara ini dari tanggal 27-29 April dan di Rote nanti akhir Mei 2022.
“Jadi Seroja kemarin itu memang meluluhlantakkan semua. Ada banyak korban jiwa. Tapi di satu pihak Badai Seroja juga mendorong kita untuk segera cepat sudah, tidak boleh main-main lagi untuk persiapan. Kebutuhan kita saat ini adalah di Klasis-Klasis kalau bisa segera melatih mereka, memperkenalkan isu bencana dengan mempersiapkan sumber daya pelatihan kebencanaan,” ujarnya.
Baca Juga: https://tribuanapos.net/2022/04/30/dianggap-tidak-mendukung-tugas-dprd-ketua-dprd-alor-surati-bupati-tarik-daud-dolpaly-dari-jabatan-sekwan/
