Laka Lena: Perlu Kolaborasi Semua Pihak Atasi Stunting

Laka Lena ketika menghadiri acara kampanye percepatan stunting di Kelurahan Oeba Kecamatan Kota Lama Kota Kupang, Sabtu pagi. (Foto: Leader Ismail).

KUPANG – Wakil Ketua Komisi IX DPR RI, Emanuel Melkiades Laka Lena terus menggencar sosialisasi percepatan penurunan angka stunting di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT). Kali ini, pria yang akrab disapa Melki Laka Lena ini menggelar kegiatan tersebut di wilayah Kelurahan Oeba, Kecamatan Kota Lama, Kota Kupang, Sabtu (23/04/2022), pagi.

Sosialisasi bertajuk kampanye percepatan penurunan angka stunting tersebut dilakukan bersama mitra kerja dari Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Provinsi NTT.

Melki Laka Lena menyampaikan, angka prevalensi stunting di Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS), Provinsi NTT mencapai 48,3 persen. Angka ini paling tinggi di NTT, bahkan di Indonesia. Laka Lena menyampaikan untuk menekan angka ini tentu dibutuhkan kolaborasi semua pihak dan membutuhkan dukungan dan partisipasi masyarakat yang tangguh untuk mengatasi masalah stunting tersebut.

“Mengatasi masalah Stunting ini membutuhkan dukungan dan partisipasi masyarakat, tidak akan bisa berhasil kalau dukungan dan partisipasi aktif dari masyarakat itu tidak ada, karena ini ujung (hulu) semua ada di bapak mama (masyarakat), ada di keluarga-keluarga kita yang harus tangguh menghadapi persoalan stunting ini,” katanya.

Kegiatan tersebut, kata dia, sebagai sebuah langkah kongkret yang diperlukan untuk mempercepat penurunan angka stunting yakni dengan melibatkan mitra kerja untuk memperluas jangkauan intervensi sesuai dengan kebutuhan sasaran dan potensi yang dimiliki mitra kerja untuk mencapai target prevelensi stunting 14% di tahun 2024.

“Dibutuhkan rata-rata penurunan prevelensi stunting setiap tahunnya sebesar 2,7 % dalam 5 tahun. Untuk bisa mencapai target prevelensi 14% dibutuhkan stranas penanganan stunting yang lebih agresif serta kerja keras pemerintah pusat dan daerah,” tandas Legislator Golkar ini.

Pencegahan Stunting Melalui Pendekatan Siklus Kehidupan

Laka Lena ketika menghadiri acara kampanye percepatan stunting di Kelurahan Oeba Kecamatan Kota Lama Kota Kupang, Sabtu pagi.
Laka Lena ketika menghadiri acara kampanye percepatan stunting di Kelurahan Oeba Kecamatan Kota Lama Kota Kupang, Sabtu pagi.

Sementara itu, Sub Koordinator Bidang Apin pada perwakilan BKKBN Provinsi NTT, Yasni Saudila dalam kesempatan tersebut menjelaskan program pencegahan stunting melalui pendekatan siklus kehidupan, utamanya pada 1000 hari pertama kehidupan (HPK).

Lebih lanjut Yasni, upaya pencegahan fokus pada1000 HPK yang bisa dilakukan yakni, ibu hamil wajib memeriksakan kehamilannya minimal 4 kali di tenaga kesehatan, sampai melahirkan bayi kemudian menjaga status gizi anak tetap baik dan menghindari penyakit infeksi sehingga anak dapat tumbuh dan berkembang menjadi anak dan remaja.

“Khusus anak remaja putri sesuai dengan program pemerintah kini mendapatkan tablet tambah darah 1 kali setiap minggu untuk mencegah anemia. Stunting bisa dicegah dengan memastikan kesehatan yang baik dan gizi yang cukup, Ibu hamil sudah harus memperhatikan kecukupan gizi sejak awal kehamilan,” tandasnya.

Dia menambahkan, 1000 HPK merupakan fase kehidupan yang dimulai sejak terbentuknya janin pada saat kehamilan (270 hari) sampai dengan anak berusia 2 tahun (730 hari). Pada periode inilah organ-organ vital seperti; otak, hati, jantung, ginjal, tulang, tangan atau lengan, kaki dan organ tubuh lainnya mulai terbentuk dan terus berkembang.

“Hari pertama kehidupan biasanya disebut periode emas, karena pada periode ini terjadi perkembangan yang sangat cepat sel-sel otak dan terjadi pertumbuhan serabut-serabut saraf dan cabang-cabangnya sehingga terbentuk jaringan saraf dan otak yang kompleks. Perkembangan otak ini hampir sempurna yaitu mencapai 80%, sehingga akan menentukan kualitas manusia dimasa depan,” pungkas Yasni. *(Leader).