Laka Lena gendong Penderita stunting di TTU sambil berdiskusi dengan ibunya.
KEFAMENANU – Wakil Ketua Komisi IX DPR RI, Emanuel Melkiades Laka Lena menyambangi anak-anak penderita stunting di Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU), NTT. Tiba di sana, Laka Lena lalu menggendong mereka hingga menyuap makanan tambahan berupa kacang hijau kepada anak penderita Stunting, hingga memberikan makanan tambahan Balita dan Ibu Hamil.
Hal ini dilakukan Laka Lena di sela-sela kampanye penurunan stunting bersama mitra kerja Perwakilan BKKBN provinsi NTT di Desa Noepesu Kecamatan Mimafo Barat, Kabupaten TTU, Provinsi NTT, Selasa (26/4/2022) pagi.
Kehadiran Ketua Gokar NTT ini didampingi Bupati TTU Juandi David, Ketua Golkar TTU Kristo Efi, Wakil Ketua DPRD TTU Agustinus Tulasi, Anggota DPRD Klemens Anin, Sekretaris BKKBN NTT Margaretha Rumondor, serta rombongannya.
Mereka disambut dengan instrumen khas dari Mimafo Barat yaitu Veku (alat music seruling yang ditiup) dari sejumlah orang tua di depan pintu gerbang lokasi acara Aula Gereja Paroki Sta. Maria Diangkat Ke Surga, Eban.
Sekretaris Perwakilan BKKBN NTT, Margaretha Rumondor menjelaskan, saat ini Prevalensi Stunting Provinsi NTT masih berada pada urutan 1 dari 34 Provinsi se-Indonesia, namun mengalami penurunan sebesar 9,1%, penurunan yang signifikan dibandingkan dengan rata-rata angka penurunan stunting secara nasional.
Ia menambahkan, dari 22 kabupaten Kota se Provinsi NTT, Hasul Riskesdas tahun 2013 sampai dengan 2018, peningkatan stunting tertinggi yaitu di Kabupaten Timor Tengah Utara (16,9 %) dari 39,9 % menjadi 56,8 %.
Sementara itu kabupaten dengan penurunan stunting tertinggi yaitu Kabupaten Ngada sebesar 27,6% atau dari 62,2% turun menjadi 34,7%.
Adapun kabupaten yang tidak mengalami perubah prevalensi stunting yaitu Kabupaten Malaka (43,0 %) karena pada periode sebelumnya masih tergabung dengan Kabupaten Belu.
“Berdasarkan Riskesdas 2013 dan 2018 terdapat 18 Kabupaten/kota yang mengalami penurunan prevalensi stunting, Kabupaten Ngada mengalami penurunan prevalensi stunting terbesar yaitu sebesar 27,5% dan Kabupaten yang mengalami kenaikan prevalensi stunting terbesar adalah Kabupaten Timor Tengah Utara Sebesar 16,9%,” jelasnya.
Margaretha Rumondor juga menjelaskan bahwa stunting adalah masalah kurang gizi kronis yang disebabkan oleh kurangnya asupan gizi dalam waktu yang cukup lama, sehingga mengakibatkan gangguan pertumbuhan pada anak yakni tinggi badan anak lebih rendah atau pendek (kerdil) dari standar usianya.
Untuk itu ia mengingatkan agar pemenuhan gizi di 1000 HPK sangat penting, sebab jika tidak dipenuhi asupan nutrisinya, maka dampaknya pada perkembangan anak akan bersifat permanen.
“Pada masa dalam kandungan, seorang ibu harus memiliki status gizi yang baik sebelum atau selama mengandung, pastikan ibu juga tidak menderita anemia. Selama hamil ibu harus makan makanan bergizi seimbang, suplemen zat besi (Fe), asam folat dan vitamin C. Hal ini untuk mencegah anemia. Kontrol rutin selama hamil kehamilan diperlukan untuk memastikan keadaan ibu dan janin dalam keadaan sehat. Menjelang melahirkan ibu juga sudah harus mendapatkan informasi tentang menyusui dan pentingnya ASI,” katanya.
Bayi baru lahir, lanjut Margaretha, harus mendapat IMD (inisiasi menyusui dini) dan ASI Eksklusif. Pada umur 6 bulan selain ASI mulai diberi MPASI (Makanan pendamping ASI). Umur 8-24 bulan lanjutkan ASI dan beri makanan sesuai dengan kemampuan bayi. Makanan ini harus mengandung karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral. Sumber karbohidrat yaitu nasi, ubi, kentang, jagung, mie, roti. Sumber protein yaitu ikan, ayam, daging, telur, tahu, tempe, kacang-kacangan. Sumber lemak antara lain minyak goreng, margarin, mentega dan santa. Sedangkan sumber mineral dan vitamin adalah buah-buahan dan sayur-sayuran.
“Dengan terpenuhinya gizi seimbang sejak dalam kandungan maka stunting bisa dicegah sejak dini, lahir generasi penerus bangsa yang sehat dan berprestasi,” tutupnya. (*tim/tp/go).