Kecamatan ATU Siap Terapkan Inovasi Desa

Inovasi Desa
Inovasi Desa Alor

Kalabahi, Tribuanapos.net – Camat Alor Tengah Utara (ATU) Simon Atalo, S.Sos, beri apresiasi atas terselenggaranya kegiatan Bursa Inovasi Desa Tahun 2019 di Aula Kantor Camat ATU, Rabu (31/7).

Ia memastikan akan berkoordinasi dengan desa-desa di wilayahnya guna menerapkan inovasi desa di tahun anggaran 2020 untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

“Atas nama pemerintah kecamatan, saya ucapkan terima kasih kepada Kadis PMD Alor, Tim Inovasi Desa tingkat kabupaten dan TPID 3 di kecamatan atas terselenggaranya kegiatan Bursa Inovasi Desa Tahun 2019. Kami bangga kegiatan ini bisa diletakan di wilayah kami,” ujarnya.

Camat Simon mengatakan pihaknya bersama seluruh masyarakat dan pemerintah desa siap menerapkan inovasi desa di tahun 2020. Sebab, pertukaran inovasi desa dinilai penting diterapkan di desa-desa lingkup wilayah ATU yang kaya potensi sumber daya alam.

“Dengan kegiatan pertukaran bursa inovasi desa ini akan menjadi pengangan bagi kami seluruh masyarakat dan desa-desa untuk kembali ke desa dan merencanakan apa yang kami lakukan dengan dana desa di tahun 2020 nanti,” katanya.

Kadis PMD Apresiasi Kegiatan Bursa Inovasi Desa

Sementara Kadis PMD Kabupaten Alor Provinsi NTT, Muhamad Bere bilang bursa inovasi desa biasanya dilakukan di tingkat kabupaten. Namun di tahun 2019, kegiatan tersebut telah bergeser ke kecamatan dan tidak menutup kemungkinan ke depannya akan dilakukan di tingkat desa.

Kadis Muhamad menyebutkan, bursa inovasi desa yang diselenggarakan di ATU hari ini menjadi klaster ke IV. Klaster keempat terdiri dari tiga kecamatan yakni, Kecamatan Teluk Mutiara, Kabola dan ATU.

“Klaster pertama kita lakukan di Kecamatan Pantar Barat Laut, Pantar Barat dan Pantar. Klaster kedua itu di Pantar Tengah dan Pantar Timur. Klaster ketiga, kita sudah lakukan di Alor Timur dan Pureman. ATU, Teluk Mutiara dan Kabola masuk klaster keempat,” jelasnya.

Muhamad menjelaskan, tahun 2020 kucuran dana desa dari pemerintah pusat akan bertambah. Khusus tahun 2019 jumlah dana desa yang dikucurkan sebesar Rp.163 Miliar lebih yang beredar di 158 desa.

“Dana Desa itu satu desa saja ada Rp. 1,1 Miliar, ada juga 1,3 Miliar dan ada yang sampai Rp 1,4 Miliar. Ada 158 desa (di Alor) tahun ini (total dananya) ada Rp.163 Miliar lebih. Tahun depan yang jelas akan tambah naik lagi,” ungkap Muhamad.

Menurutnya, dari data itu pemerintah pusat selama kurun waktu empat tahun ini terus melakukan evaluasi dan kajian terhadap pemanfaatan dana desa. Ternyata, perkembangan desa, 60-75% masih difokuskan pada pembangunan infrastuktur.

“Selama empat tahun masuk tahun kelima ini desa-desa masih fokus bangun instrastruktur. Sekitar 60-75% fokus infrastruktur. Apakah infrastruktur di desa itu hanya fokus bangun setapak, penahan abrasi, bangun jalan dari dusun A ke dusun B dan infrastruktur lain? Apakah tiap tahun begitu saja? Nah ini perlu dilihat kembali,” tutur Muhamad.

Oleh sebab itu dia meminta kepada masyarakat, pemerintah desa dan pendamping desa agar mengkaji kembali program pemanfaatan dana desa supaya bisa mendorong pertumbuhan ekonomi masyarakat.

“Dana Desa ini bapak/ibu pemerintah desa perlu merancang sedemikian rupa sehingga kesejahteraan masyarakat desa itu menjadi hal yang penting. Karena dana desa ini penyandang disabilitas juga berhak menikmati,” imbuh Kadis PMD.

Program Padat Karya Tunai Perlu Ditingkatkan

Selain itu dirinya meminta aparatur desa agar program padat karya tunai di desa perlu ditingkatkan. Sebab, regulasi menghendaki program padat karya tunai sebesar 30% dari total dana desa.

“Dua tahun lalu BPK uji petik. Ada 11 desa yang saya anggap baik yang kami rekomendasikan uji petik. Hasilnya ditemukan program padat karya tunai baru berkisar 12%. Padahal regulasinya capai 30%. Masalahnya apa? Ya dana desa ini belum dinikmati oleh masyarakat desa. Belum dimanfatakan secara baik,” pungkasnya.

Karena itu Muhamad menghimbau kepada pemerintah desa agar perlu melibatkan seluruh masyarakat desa dalam musyawarah pembangunan desa.

Dirinya pun meminta agar program inovasi desa ini dapat diterapkan di seluruh desa guna mendorong peningkatan ekonomi masyarakat.

Ketua Panitia, Frits L. Y. Kafolamau, menyatakan, kegiatan bursa inovasi desa ini bertujuan untuk:

Pertama; meningkatkan efektifitas penggunaan dana di desa melalui proses pengelolaan pengetahuan secara sistematis, terencana, partisipatif dan lebih inovatif yang peka terhadap masyarakat desa.

Kedua; memberikan contoh-contoh kegiatan inovatif untuk direlokasi oleh desa dan dianggarkan melalui APBDes tahun 2020.

Ketiga; berkomitmen untuk mendorong produktivitas dan pertumbuhan ekonomi guna meningkatkan kesejahteraan sosial ekonomi masyarakat dan kemandirian desa.

“Bursa inovasi ini bukan merupakan pameran barang tetapi pameran gagasan/ide-ide inovatif. Kegiatan ini terbukti telah mendorong pembangunan dan kemajuan desa secara masif dan berkelamjutan,” kata Frits.

Dikatakan bahwa ada tiga jendela dalam proses pertukaran inovasi desa, yaitu: Jendela pertama; jendela ruang pleno penjelasan tentang konsep materi, proses dan tujuan dilaksanakannya bursa ini.

“Jendela kedua yakni, jendela peserta diarahkan untuk melakukan pengamatan, berkonsultasi, tanya jawab terhadap menu bursa yang ditampilkan panitia dalam bentuk capturing, brosur, dll. Ada tiga menu; bidang infrastruktur, ekonomi dan pengembangan SDM,” pungkas Frits dalam laporannya.

Jendela ketiga; peserta menandatangani kartu komitmen dan menyerahkannya kepada panitia bursa.

Kegiatan berlangsung selama satu hari yakni, tanggal 31 Juli 2019 di Aula Kantor Camat ATU. Pesertanya dari unsur pemerintah kecamatan Teluk Mutiara, Kabola, ATU, serta jajaran pemerintah desa di tiga wilayah itu.

Usai acara pembukaan dilanjutkan dengan materi sistem pengawasan pembangunan instrastruktur dari Kadis PUPR Ir. Yoseph Malaikosa dan materi desa dari Ahli Desa Machris Mau, SP. (*dm).