Tim SITH ITB Sosialisasi Penanganan Pasca Panen dan Valorisasi Kemiri di Alor

Tim SITH ITB foto bersama peserta usai kegiatan sosialisasi penanganan pasca panen dan valorisasi kemiri di Desa Kuneman, Jumat (18/8). (Foto: doc tribuanapos.net).
Tim SITH ITB foto bersama peserta usai kegiatan sosialisasi penanganan pasca panen dan valorisasi kemiri di Desa Kuneman, Jumat (18/8). (Foto: doc tribuanapos.net).
Kalabahi – Tim dari Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati (SITH), Institut Teknologi Bandung (ITB) menyelenggarakan sosialisasi terkait penanganan pasca panen dan valorisasi kemiri di Desa Kuneman, Kecamatan Alor Selatan, Kabupaten Alor, Nusa Tenggara Timur, Jumat 18 Agustus 2023.
Kegiatan tersebut merupakan bagian dari program pengabdian masyarakat 3T wilayah Indonesia Timur, khususnya kabupaten Alor, NTT, yang dilaksanakan pada rentang Juli – November 2023.
Tim pengabdian kepada masyarakat tersebut dipimpin Dr. Muhammad Yusuf Abduh sebagai ketua pelaksana dan beranggotakan tim dosen, yaitu Dr. Rijanti Rahaju Maulani, dan Dr. Lili Melani serta dua orang mahasiswa yaitu Anasya Rahmawati dan Muhammad Zaki Ar Razi.
Baca Juga: https://tribuanapos.net/2023/08/23/bupati-alor-harap-ketua-klasis-abal-yang-baru-bisa-merangkul-umat-lain/
Alasan tim memilih Desa Kuneman untuk melakukan sosialisasi ini karena kemiri merupakan salah satu komoditas utama yang banyak ditemukan di Kuneman sehingga menjadi sumber mata pencaharian warga setempat.
Namun karena berbagai hal, kemiri yang dihasilkan di Desa Kuneman belum maksimal kualitasnya sehingga daya jualnya melemah.
Permasalahan lainnya yaitu pemecahan biji kemiri juga masih dilakukan secara manual satu persatu dengan alat sederhana sehingga pekerjaan tersebut dirasa kurang efisien karena membutuhkan waktu yang lama dalam mengolah kemiri yang dipanen.
Baca Juga: https://tribuanapos.net/2023/08/23/bupati-alor-puji-kepemimpinan-ketua-klasis-abal-pdt-simon-petrus-amung/
Gambar: Pengalungan Kain Tenun Khas Alor, NTT dari Pihak Desa Kuneman ke Tim SITH.
Gambar: Pengalungan Kain Tenun Khas Alor, NTT dari Pihak Desa Kuneman ke Tim SITH.
Kegiatan sosialisasi ini dibuka oleh Kepala Desa Kuneman Kain Lauden, dihadiri warga Kuneman dan mahasiswa dari Universitas Tribuana Kalabahi.
Acara selanjutnya penyampaian materi oleh tim dari SITH ITB yang mencakup aspek penanganan pasca panen kemiri, penentuan kualitas biji kemiri, dan valorisasi buah kemiri.
Pada sesi pertama terkait pasca panen kemiri dijelaskan oleh Dr. Rijanti di mana proses pengolahan buah kemiri setelah dipanen meliputi berbagai proses yaitu pengupasan kulit buah, pengeringan biji, penyimpanan biji, sortasi biji, penyangraian, pemecahan tempurung biji, pengeringan daging biji, hingga sortasi dan pengemasan daging biji kemiri.
Baca Juga: https://tribuanapos.net/2023/08/23/bupati-alor-apresiasi-sumbangsih-umat-muslim-di-sidang-klasis-abal/
“Biji kemiri yang tidak dikeringkan dengan baik dan masih memiliki kadar air yang tinggi memiliki potensi mudah rusak ketika disimpan,” kata Dr. Rijanti melalui rilis pers yang diterima wartawan, Rabu (23/8) di Kalabahi, Alor.
Selanjutnya pada sesi kedua, penjelasan dengan topik kualitas biji kemiri dijelaskan oleh Dr. Lili. Pada sesi ini dijelaskan bahwa biji kemiri terdiri dari 3 jenis yaitu biji kemiri utuh, biji kemiri pecah, dan biji kemiri afkir.
“Biji kemiri utuh merupakan biji kemiri berkualitas baik dan dapat langsung dikemas untuk dipasarkan. Sedangkan biji kemiri pecah dan afkir adalah biji kemiri dengan kualitas kurang baik,” ujar Dr. Lili.
Baca Juga: https://tribuanapos.net/2023/08/19/sah-anggota-bawaslu-alor-dan-ntt-terpilih-periode-2023-2028-dilantik-hari-ini-di-jakarta/
Dr. Rijanti, Tim dari SITH ITB sementara memberikan materi kualitas kemiri.
Dr. Rijanti, Tim dari SITH ITB sementara memberikan materi kualitas kemiri.
Lebih lanjut ia menjelaskan bahwa biji kemiri pecah digambarkan dengan biji dengan bentuk yang tidak utuh lagi, sedangkan biji kemiri afkir adalah biji kemiri yang rusak karena berbagai faktor seperti biji yang berjamur, biji berserangga, biji berbau tengik, dan lainnya.
“Sehingga proses pasca panen kemiri perlu diperhatikan untuk menghindari banyaknya biji kemiri yang pecah maupun rusak,” katanya.
Pada sesi terakhir, materi terkait valorisasi buah kemiri disampaikan oleh Dr. Yusuf. Ia menjelaskan bahwa buah kemiri selain dijual bijinya secara langsung, produk sampingnya dapat dimanfaatkan dengan optimal sehingga memiliki nilai tambah.
Baca Juga: https://tribuanapos.net/2023/08/15/konser-justy-aldrin-tanggal-9-september-pindah-lokasi-di-lapangan-mini-kalabahi-buruan-beli-tiketnya/
“Beberapa jenis produk turunan dari kemiri yaitu briket cangkang kemiri sebagai bahan alternatif, sabun mandi padat dengan penambahan arang aktif cangkang kemiri, minyak dari biji kemiri, dan tepung kemiri sebagai alternatif pakan dari sisa ampas ekstraksi biji kemiri,” kata Dr. Yusuf.
Acara sosialisasi berjalan lancar dan disambut antusias oleh peserta sosialisasi ditunjukkan dengan sesi diskusi yang interaktif antara pemateri dan peserta.
Kemiri di Desa Kuneman.
Gambar: Kemiri di Desa Kuneman
Ketua Badan Permusyawaratan Desa (BPD) Desa Kuneman Melianus Landena, salah satu peserta pelatihan, menyampaikan harapan pada pertemuan selanjutnya acara dapat dilaksanakan dengan praktek langsung, baik pada proses pemecahan kemiri dengan alat yang tepat guna maupun proses pembuatan produk-produk samping dari biji kemiri.
Baca Juga: https://tribuanapos.net/2023/08/14/heboh-pria-di-alor-meninggal-gantung-diri-di-pohon-ulin/
Sementara Kepala Desa Kuneman Kain Lauden, mengapresiasi kegiatan sosialisasi oleh tim ITB karena disambut dengan sangat antusias oleh warganya. Ia mengatakan, acara sosialisasi ini sekaligus sebagai wadah dalam memperkenalkan teknologi terkini dalam pemecahan biji kemiri.
Kain juga menyampaikan harapannya, semoga kegiatan dari tim SITH ITB ini dapat berdampak besar nantinya khususnya pada peningkatan perekonomian petani kemiri di Desa Kuneman.
Selain itu, diharapkan juga kedatangan tim SITH kali ini juga menjadi pembuka jalan untuk tim-tim lainnya sehingga bisa melihat secara langsung Desa Kuneman yang sangat masih membutuhkan pengembangan khususnya pada akses jalan, air, dan fasilitas umum lainnya. (*tim/tp/dm).