Petinju NTT Patris Liukhoto Kandas Rebut Gelar WBC Asia di Thailand

Petinju Nasional Indonesia Patris Liukhoto (kanan) dan Petinju Thailand Nawaphon Kainkanha.
Petinju Nasional Indonesia Patris Liukhoto (kanan) dan Petinju Thailand Nawaphon Kainkanha.

Thailand

Petinju Nasional kelahiran Kefamenanu Nusa Tenggara Timur (NTT) Patris Liukhoto, kandas merebut juara WBC Asia di Thailand. Patris kalah bertarung melawan Petinju Thailand, Nawaphon Kainkanha.

Demikian dikatakan Pelatih Patris Liukhoto, Albertd Elisius Tubulau saat dihubungi tribuanapos.net via ponsel usai mendampingi Patris bermain di Thailand, Sabtu, (21/9/2019), malam.

“Patris kalah dengan petinju Thailand Nawaphon Kainkanha, dalam perebutan gelar juara WBC di Thailand. Pertandingan baru saja selesai tadi,” kata Albertd.

Coach Albertd menjelaskan, petandingan berlangsung sengit antara Patris dan Nawaphon Kainkanha. Pada ronde pertama hingga ketujuh, keduanya saling adu pukulan.

Patris bermain dengan teknik yang luar biasa bagus. Namun kemenangan tidak berpihak padanya karena di ronde ketujuh dari sepuluh ronde yang ditentukan, wasit terpaksa menghentikan pertandingan. Patris kalah TKO.

“Patris main bagus. Ronde 1 sampai 7 keduanya saling adu pukulan. Menarik memang. Tapi di ronde 7 kami sepakat hentikan pertandingan. Patris kelelahan. Otot tangannya lemas,” jelasnya.

Fisik Patris Kurang Stabil

Menurut Albertd, kekalahan anak asuhnya itu disebabkan kondisi fisiknya yang tidak stabil seperti biasanya. Karena jadwal pertandingan yang disampaikan ke manajemen Albertd (Mathin Daniel Boxing) di Jakarta hanya seminggu sebelum waktu bertanding di Thailand.

“Kekalahan ini faktor kondisi fisik Patris yang lemah. Skilnya bagus. Hanya sampai ronde ketujuh dia kelelahan. Itu disebabkan waktu latihannya yang tidak maksimal karena jadwal yang disodorkan ke kami di Jakarta hanya seminggu saja,” tutur Albertd.

Dia menambahkan, lawannya Patris, Nawaphon Kainkanha adalah petinju yang kini memegang sabuk gelar juara WBC Champion Asia Pasifik. Faktor itu juga membuat Patris sulit mengimbangi pukulannya.

“Lawannya Patris termasuk petinju profesional yang memiliki rekor bertanding yang bagus. Dia 10 kali bertanding, baru 1 kali kalah. Saat ini dia memegang rekor sabuk gelar juara WBC Champion Asia Pasific,” ujar Pria asal Kolana, Kabupaten Alor itu.

Kendati demikian, Albertd mengakui kekalahan Patris tersebut dan akan terus melatih anak asuhnya itu untuk merebut juara dunia ke depan.

“Pertandingan ini menjadi evaluasi yang baik bagi kami, terutama Patris ya. Karena dia baru perdana ikut bertanding bawa nama Indonesia ke luar negeri. Saya yakin banyak hal dia pelajari dari kekalahan ini. Ke depan Patris pasti tampil lebih baik untuk merebut gelar Asia maupun dunia,” pungkasnya sambil mengaku sudah membina Patris selama 4 tahun.

Coach Albertd mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah mendukung Patris sukses bermain di Thailand membawa nama Indonesia.

Ia pun meminta dukungan masyarakat Indonesia dan Pemerintah Nusa Tenggara Timur untuk mendukung pertandingan Patris dan rekan-rekannya ke depan.

“Secara pribadi dan tim, saya ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang sudah dukung Patris bermain di Thailand. Kami juga berharap dukungan masyarakat Alor, masyarakat NTT dan Indonesia untuk tim kami agar ke depan bisa tampil terbaik bawa nama daerah di luar negeri,” tutup Albertd.

Patris Bangga Harumkan Nama Indonesia

Petinju Nasional Patris Liukhoto mengaku bangga bisa dipercayakan mewakili Indonesia bermain di Thailand.

Menurut dia, bermain di Thailand adalah suatu kebanggaan meskipun harus menelan kekalahan.

“Saya bangga bisa mewakili NTT dan Indonesia bermain di Thailand. Kekalan ini pelajaran berharga bagi saya karena baru pertama kali saya main di luar negeri,” tutur Patris yang sudah bertanding 10 kali; 1 kali seri, 2 kali menang angka dan 7 kali menang TKO di Indonesia itu.

Minggu (22/9) besok Patris dan coach Albertd akan pulang ke Indonesia dan terus fokus latihan merebut sabuk juara Asia dan bahkan dunia pada pertandingan selanjutnya.

“Saya akan pulang ke Indonesia dan terus latihan supaya ke depan bisa tampil lebih baik lagi bawa nama Indonesia,” tutup pria kelahiran Kefamenanu 6 Desember 1993 yang saat ini memegang sabuk juara Nasional Versi KTPI.

Reporter: Demas Mautuka