Banjir, Sejumlah Akses Jalan di Alor Terputus, PUPR Provinsi NTT Pastikan Bangun Jembatan Pailelang

Jembatan Pailelang terputus akibat banjir bandang pada Selasa (4/1/2022) sore. Foto ini diambil Dandim 1622/Alor Letkol Inf Supyan Munawar, S.Ag, setelah bersama Kapolres Alor AKBP Agustinus Chrismas, S.IK, memantau situasi Jembatan Pailelang yang roboh pada hari Selasa petang.
Jembatan Pailelang terputus akibat banjir bandang pada Selasa (4/1/2022) sore. Foto ini diambil Dandim 1622/Alor Letkol Inf Supyan Munawar, S.Ag, setelah bersama Kapolres Alor AKBP Agustinus Chrismas, S.IK, memantau situasi Jembatan Pailelang yang roboh pada hari Selasa petang.
Kalabahi –
Bencana Banjir kembali melanda sejumlah wilayah di Kabupaten Alor, Provinsi NTT sejak Selasa 4 Januari hingga Rabu 5 Januari 2022. Bencana banjir bandang tersebut mengakibatkan sejumlah akses jalan ruas Kabupaten, Provinsi dan Negara terputus total.
Untuk ruas jalan Provinsi, kerusakan terjadi pada Jembatan Pailelang Kecamatan Teluk Mutiara. Jembatan itu roboh akibat banjir yang mengikis tanah pada ujung jembatan sehingga jembatan yang berusia sekitar tiga puluh tahun tersebut terputus dan roboh.
Kewenangan untuk membangun jembatan Pailelang adalah Pemerintah Provinsi NTT.
Pemprov melalui Dinas PUPR Provinsi NTT dipastikan akan membangun Jembatan Pailelang di Kabupaten Alor yang roboh dilanda bencana Banjir pada, Selasa 4 Januari 2022.
Kepastian pembangunan Jembatan Pailelang itu disampaikan Kepala Bidang Bina Marga Dinas PUPR Provinsi NTT Ady Mboeik, saat dihubungi tribuanapos.net, Rabu (5/1/2022) di Kupang.
Menurut Ady, untuk membuka jalur alternatif, pihaknya sudah berkoordinasi dengan Kepala Dinas PUPR Alor Melianus Atacay agar menurunkan alat berat (excavator) membuka jalur jalan baru di wilayah itu.
“Kita Koordinasi dengan PUPR Alor. Kita usahakan penanganan darurat untuk fungsional dulu,” katanya.
Buka Jalur Alternatif
Dandim 1622/Alor Letkol Inf Supyan Munawar, S.Ag dan Kapolres Alor AKBP Agustinus Chrismas, S.IK, memantau langsung situasi bencana banjir yang menyebabkan Jembatan Pailelang roboh. Laporan dari kepolisian menyebutkan bahwa tidak ada korban jiwa di wilayah itu.
Dandim 1622/Alor Letkol Inf Supyan Munawar, S.Ag dan Kapolres Alor AKBP Agustinus Chrismas, S.IK, memantau langsung situasi bencana banjir yang menyebabkan Jembatan di Desa Pailelang roboh. Laporan dari kepolisian menyebutkan bahwa tidak ada korban jiwa akibat bencana banjir di wilayah itu.
Kepala Dinas PUPR Alor Melianus Atacay membenarkan Jembatan Pailelang yang merupakan jembatan ruas jalan Provinsi itu roboh akibat banjir bandang pada Selasa sore hingga Rabu malam.
Melianus dan tim teknis PUPR Alor langsung melakukan survei di lokasi Jembatan Pailelang dan sejumlah titik yang terendam genangan air, untuk membuka jalur jalan alternatif.
Hasil survey ditemukan bahwa robohnya Jembatan Pailelang menyebabkan akses jalan dari dan menuju Kalabahi Kota Kecamatan Teluk Mutiara ke Kecamatan ABAD dan ABAD Selatan terputus total.
Untuk itu pihaknya sudah berkoordinasi dengan Bupati Alor Drs. Amon Djobo dan Dinas PUPR Provinsi NTT, membuka jalan alternatif sehingga arus lalu lintas sementara bisa normal kembali.
“Jembatan Pailelang itu ruas jalan provinsi. Kita sudah koordinasi, tetap kita buka akses alternatif dulu,” ujarnya.
Jembatan Pailelang di Desa Pailelang merupakan jembatan yang dibangun sekitar tahun 1990an. Usianya kini sekitar tiga puluhan tahun.
Jembatan tersebut menghubungkan akses dari dan menuju Kota Kalabahi Kecamatan Teluk Mutiara dengan Kecamatan Alor Barat Daya (ABAD) dan Alor Barat Daya (ABAD) Selatan.
Banjir membuat akses jalan Negara di kali Padang Panjang, terputus. Untuk diketahui, Jembatan Padang Panjang juga masih dikerjakan Balai Jalan Negara Wilayah Alor pasca bencana Seroja April lalu. (Foto: Dandim 1622/Alor Letkol Inf Supyan Munawar, S.Ag).
Banjir membuat akses jalan Negara di kali Padang Panjang, terputus. Untuk diketahui, Jembatan Padang Panjang ini juga masih dikerjakan Balai Jalan Negara Wilayah Alor pasca bencana Seroja April lalu. (Foto: Dandim 1622/Alor Letkol Inf Supyan Munawar, S.Ag).
Selain Jembatan Pailelang, Kadis Melianus menyatakan, Jembatan Fanating juga roboh sehingga air meluap masuk ke rumah penduduk dan kebun warga.
“(Jembatan) Fanating kita akan buka jalan alternatif dari bawah. Itu butuh alat berat kasih kering bibir sungai,” terang Kadis PUPR Alor.
Melianus menyebut, hasil survey tim PUPR Alor juga menemukan, ada tiga titik lokasi yang tergenang luapan air akibat bencana banjir di wilayah Kelurahan Welay Barat dan Fanating Kecamatan Teluk Mutiara.
“Kita baru (survey) dari lokasi. Ada tiga titik perbaikan yaitu satu titik di depan SD Welay, satu di depan Puskesmas Ruilak dan satunya lagi di Jembatan Fanating,” ungkapnya.
Kadis PUPR Alor sudah memerintahkan stafnya untuk membawa alat berat excavator membuka akses jalan alternatif di wilayah itu.
Sementara ini alat berat sedang beroperasi membuka akses jalan alternatif.
Warga desa setempat dibantu aparat TNI-POLRI juga gotong royong membuat jembatan alternatif dengan papan dan balok sehingga saat ini jembatan Pailelang bisa dilewati oleh hanya kenderaan roda dua, setelah terputus sehari.
Akses Kalabahi – Alor Timur Terputus
Warga sedang gotong sepeda motor melewati kali Iraori, setelah excavator PT Pembangunan Perumahan mengeruk kalinya. (Foto: Dandim 1622/Alor).
Warga sedang gotong sepeda motor melewati kali Iraori yang menjadi ruas jalan Negara Kalabahi-Maritaing, setelah excavator PT Pembangunan Perumahan mengeruk kalinya. Jembatan kali Iraori masih dikerjakan PT. Pembangunan Perumahan, pasca rusak akibat Seroja pada April lalu. (Foto: Dandim 1622/Alor Letkol Inf Supyan Munawar, S.Ag).
Kepala Dinas PUPR Alor Melianus Atacay juga mendapat laporan bahwa bencana banjir juga menghambat jalur jalan ruas jalan Negara, Kalabahi – Alor Timur.
Kadis PUPR Alor menyebutkan, ruas yang terdampak banjir terparah itu berada titik Jembatan Kali Iraori dan Jembatan Padang Panjang.
Meski demikian, Kadis Merianus memastikan bahwa ada alat berat (Excavator) dari Balai Jalan Nasional Provinsi NTT Wilayah Alor dan kontraktor PT Pembangunan Perumahan, sementara mengeruk kali agar bisa dilewati kenderaan.
“Jembatan Iraori memang masih dikerjakan, sama (jembatan) Padang Panjang. Di Iraori itu PT Pembangunan Perumahan yang kerja. Mereka ada alat berat yang buka akses kali. Mudah-mudahan debit air banjir bisa meredah supaya mereka bisa buka akses,” katanya.
Laporan bencana juga datang dari Desa Langkuru Kecamatan Pureman. Sejumlah gedung sekolah SMP dan SMA, Mes Guru, rumah penduduk, juga dilaporkan terendam air akibat banjir yang meluap dari kali Mademang.
Selain itu, banjir tersebut juga menyebabkan akses dari dan menuju Dusun 2 Desa Langkuru tepatnya di Kampung Belekuru, terputus total.
“Kali Belekuru meluap karena banjir. Masyarakat tidak bisa lewat ke kampung itu. Akses benar-benar terputus total. Banjir buat kebun-kebun masyarakat juga habis dibawa banjir,” kata Kepala Dusun 2 Desa Langkuru, Napoleon Maulet.
Banjir di kali Mademang meluap masuk ke rumah penduduk, Sekolah dan Mes Guru di SMA dan SMP Langkuru di Mademang.
Banjir di kali Mademang meluap masuk dan merendam rumah penduduk, Sekolah dan Mes Guru SMA dan SMP Langkuru.
Laporan bencana lainnya datang dari Desa Kaleb Kecamatan Pantar Timur. Hujan deras sejak Selasa sore hingga Rabu malam menyebabkan banjir di kali Tamalabang meluap.
Banjir tersebut meluap masuk dan merendam rumah-rumah penduduk dan kebun warga.
Informasi yang dihimpun media ini, luapan banjir di kali Tamalang membuat sejumlah penduduk mengungsi. Namun situasi kembali kondusif setelah intensitas hujan mereda pada Rabu malam.
Kondisi sungai di sejumlah wilayah Alor pasca Seroja memang belum pulih karena masih penuh dengan sedimentasi dan alur sungai yang berubah akibat siklon tropis Seroja, April lalu.
Inilah yang menyebabkan hujan lebat dengan intensitas tinggi bisa langsung menyebabkan banjir, limpasan dan/atau genangan.
Tanpa upaya naturalisasi sungai dan mengeruk sisa sedimentasi, maka kejadian banjir akan lebih sering kita dengar.
Sejauh ini BPBD Alor belum merilis mengenai total korban, kerusakan fasilitas umum, rumah penduduk dan kebun warga yang terdampak banjir bandang pada Selasa hingga Rabu kemarin.
Sementara itu BMKG Nusa Tenggara Timur, masih keluarkan status peringatan dini sejak tanggal 4-7 Januari 2022.
Untuk tanggal 07 Januari, BMKG merilis waspada potensi hujan yang dapat disertai petir dan angin kencang berdurasi singkat di wilayah Manggarai Barat, Manggarai, Manggarai Timur, Ngada, Nagekeo.
Kemudian, di Kabupaten Ende, Sikka, Flores Timur, Lembata, Alor, Belu, Malaka, TTS, TTU, Kota Kupang, Kabupaten Kupang, Rote dan Sumba Barat Daya, Sumba Barat, Sumba Tengah, Sumba Timur dan Sabu Raijua.
Masyarakat NTT diminta waspada bila bepergian atau beraktivitas pada siang dan malam hari. (*dm).