Kekeringan Ancam Pertanian Desa Welai Selatan Kabupaten Alor

Zakarias Ahalapada sedang melihat bibit sayur kol yang disemaikan terancam mati semua.
Zakarias Ahalapada sedang melihat bibit sayur kol yang disemaikan terancam mati semua.

Kalabahi, Tribuanapos.net – Kekeringan panjang mengancam tanaman pertanian Desa di Kabupaten Alor Propinsi NTT. Salah satu Desa yang terparah adalah Desa Welai Selatan, Kecamatan Alor Tengah Utara. Sejumlah tanaman pertanian sudah terancam mati.

“Di sini kering. Bibit tanaman pada mati habis. Sawah-sawah kering. Kami kesulitan air minum dan air untuk pertanian,” ujar Petani Desa Zakarias Ahalapada, di Likutau RT.01 RW.01 Desa Welai Selatan, Jumat (18/10/2019).

Zakarias lalu mengajak tribuanapos.net melihat ribuan tanaman sayur kol yang ia semaikan di lahannya. Sebagian tanaman yang disemaikan di rak bambu mulai mengering, layu dan daunnya berguguran.

“Lihat semua (tanaman) ini kering. Karena kami sulit air. Sumur-sumur yang biasanya ada air, kering semua,” tutur anak kandung satu-satunya dari nenek Lodia Fanmabi itu.

Ia menjelaskan, kekeringan di kampungnya sudah terjadi sejak lama. Itu sebabnya sawah miliknya seluas 1 ha, hanya bisa dikelola pada musim hujan.

“Kalau hujan ya air cukup tersedia. Setelah hujan, kering saja di sini. Saya punya sawah 1 ha, biasa tanam padi dan sayur. Kalau musim kering begini kami hanya tanam sayur kol saja. Itu pun yang berhasil hidup dari yang kami semaikan,” jelasnya.

Bibit Kol Mati 

Sayur kol yang ia semaikan mencapai ribuan pohon. Ada empat rak bambu yang dijadikan lokasi persemaian. Satu rak yang diperlihatkan kepada media ini, mati semua. Rak yang satunya lagi bibitnya mulai mengering karena ketiadaan air. Tersisa dua rak, itupun diserang hama ulat.

“Satu rak ini jumlahnya ada 500 pohon. Ada empat rak semua mulai kering. Kami ambil air di Desa Petleng atau dari Mainang. Kami muat air dengan motor baru bawa datang siram tanaman. Kalau anak-anak (bawa motor) keluar ya saya sendiri jadi kadang-kadang jarang siram. Sisa yang dua rak ini kena hama ulat,” kata pria yang berhasil menyekolahkan 2 orang anaknya di kampus Untrib Kalabahi dari hasil pertanian.

Sudah lama usaha pertanian tanaman holtikultura sayur kol dan padi swah digeluti Zakarias dan istrinya Yuliana Yenmabi Ahalapada dalam suatu wadah Kelompok Tani Kabalmasang. Pasca produksi, istrinya menjual sayur kol itu di pasar Kadelang, Kota Kalabahi.

“Saya, istri dan keluarga yang kelola Kelompok Tani Kabalmasang. Sudah lama kami usaha. Kalau panen ya kami jual ke Pasar Kadelang, sisanya untuk makan. Sawi Krop kami jual Rp.10 ribu/buah. Yang ringan 3 buah 10 ribu. Kol kecil 3 buah harga 10 ribu,” tutur Zakarias.

Ditanya bantuan dari pemerintah desa maupun gereja, Zakarias sebenarnya enggan berkomentar. Namun dengan gelisah dia sebut, belum ada bantuan sama sekali dari pemerintah.

“Belum ada bantuan dari Desa dan Kabupaten. Di sini selain air, saya butuh bibit sayur, pupuk, obat-obatan, mesin potong rumput dan alat siram sayur. Bibit juga selama ini saya beli di toko saja. Kalau pemerintah dan gereja mau bantu ya itu baik,” katanya sembari menunduk.

“Selama ini kami baru dapat bantuan traktor 2 unit dari Partai Perindo. Bapak Kislon Obisuru (Ketua Partai Perindo Alor) yang bawa naik. Kami ucapkan terima kasih pada bapak Kislon. Ini sangat membantu,” tambah Zakarias.

Butuh Sumur Bor

Ditanya, apabila Bupati dan Wakil Bupati Alor berniat ingin membantu sumur bor untuk meningkatkan produksinya, Zakarias menyambut baik.

“Kalau sumur bor dan bak penampung air itu ada, mungkin kami bisa tanam kol, cabek dan sayur lain. Di sini air tanah tumbuh sendiri pas musim hujan jadi kalau sumur bor ya mungkin galinya tidak dalam. Kalau mata air di sini tidak ada. Kalau mau tarik dari Mainang, sekitar 10 km, tapi itu makan biaya besar. Kami berterima kasih sekali kalau pemerintah mau bantu,” pungkasnya.

Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Alor Yustus Dopong mengucapkan terima kasih atas informasi adanya serangan hama ulat pada bibit kol Zakarias Ahalapada. Ia memastikan, hari Senin (21/10) akan kirimkan petugas penyuluh untuk penanganan.

“Saya berteterima kasih atas info ini. Hari Senin saya kirim petugas untuk penanganan,” kata Kadis Yustus saat dihubungi wartawan, Sabtu (19/10) malam.

Pantauan wartawan, 1 ha sawah milik bapak Zakaria Ahalapada kering dan tidak berproduksi. Hanya beberapa bedeng yang terlihat masih ada tanaman kol yang usianya kira-kira 2 minggu. (*dm).