Kalabahi –
Dua janda tua di Desa Alila Timur Kecamatan Kabola Kabupaten Alor, Nusa Tenggara Timur (NTT), sudah bertahun-tahun hidup di sebuah gubuk reyot. Kedua wanita tua yang hidup di bawah garis kemiskinan ini tidak pernah tersentuh bantuan perumahan apapun dari pemerintah.
Ia adalah Aizah Dursaha (75), warga RT 8 RW 4 Desa Alila Timur Kecamatan Kabola, Kabupaten Alor.
Aizah hidup serba berkekurangan. Saat ini ia tinggal bersama cucunya yang duduk di bangku kelas II SMP.
Rumah Aizah berdinding bambu, berlantai tanah dan beratap seng yang sudah bocor. Rumah itu berukuran sekitar 6×5 meter. Kondisi rumah sebagian dindingnya terlihat berlubang. Atapnya pun berlubang. Saat hujan datang percikan air menembus ke dalam rumah. Ruang tidurnya pun seadanya.
Rumah itu Aizah gunakan untuk tidur, masak dan melakukan aktifitas ekonominya; menganyam nyiru dan bakul untuk dijual di Pasar Kota Kalabahi. Nyiru dan bakul berukuran kecil ia jual seharga Rp 5 ribu/buah. Ukuran sedang dan besar dijual dengan kisaran harga Rp 10-25 ribu/buah.
Baca Juga: https://tribuanapos.net/2020/06/18/100-mahasiswa-baru-untrib-akan-dapat-beasiswa-gratis/
Aktivitas itu Aizah lakukan selama ini untuk menyambung hidup bersama cucunya yang Kelas II SMP.
Kendati Aizah hidup di bawah garis kemiskinan, nenek ini belum tersentuh bantuan rumah tak layak huni apapun dari pemerintah.
Ditemui wartawan, Rabu (17/6) Aizah mengaku, sudah sepuluh tahun ia hidup di rumah reyot tersebut. Sebelumnya ia tinggal bersama almarhum suaminya dan anak-anaknya.
“Sudah sepuluh tahun (saya tinggal di rumah ini). Dari dulu kita tinggal di sini,” katanya kepada tribuanapos.net di rumahnya.
Ia mengatakan, dirinya belum pernah di data untuk mendapatkan bantuan rumah tak layak huni dari pemerintah.
Aizah berharap ia bisa mendapatkan bantuan rumah tak layak huni dari pemerintah. Sebab ia ingin punya rumah baru.
“Mau (pengen punya rumah baru),” ungkapnya.
Selain itu, Aizah pun belum pernah mendapat bantuan sosial PKH dan BST dari pemerintah.
Ia mengaku, baru mendapat bantuan BLT Covid-19 dari Pemerintah Desa sebesar Rp 1.200.000,-. Ia juga baru mendapatkan bantuan Sembako Covid-19 dari Kapolres Alor AKBP Darmawan Marpaung, S.IK.,M.Si, pekan lalu.
Selain bantuan BLT, Aizah mengatakan, mendapat bantuan dari Masjid setempat. Bantuan Masjid dalam bentuk beras, diberikan setiap tahun.
Baca Juga: https://tribuanapos.net/2020/06/18/untrib-buka-pendaftaran-mahasiswa-baru-kelas-reguler-dan-sore-ini-syaratnya/
Aizah berharap, dirinya di data untuk mendapatkan bantuan Program Keluarga Harapan (PKH) dan Bantuan Sosial Tunai (BST).
Sementara janda lansia yang satunya bernama Sufia Tang (70). Rumahnya pun beratap seng yang sudah bocor, berlantai tanah, dan berdinding bambu.
Anak sepupu Sufia, Hamidah menuturkan, omanya sulah puluhan tahun hidup menyendiri di rumah reyot itu. Ia tak ingin tinggal bersama anak-anaknya.
Hamidah mengatakan, ibunya selama ini belum terdata mendapat bantuan rumah tak layak huni dari pemerintah. Selain bantuan rumah, oma Sufia juga tak pernah tersentuh bantuan PKH dan BST dari pemerintah maupun bantuan sosial lainnya dari pemerintah desa selama ini.
“Bantuan sosial PKH dengan BST mama tidak pernah dapat. Dari desa juga tidak ada,” katanya.
Hamidah menambahkan, ibunya baru mendapat bantuan Sembako Covid-19 dari Kapolres Alor AKBP Darmawan Marpaung, S.IK dan bantuan BLT dari Desa.
“(BLT) dari desa itu yang baru kemarin ambil. Mama ambil, jumlahnya 1.200.000,-. Tidak ada potongan. Bantuan dari Masjid Darul Falah juga tidak dapat,” ujarnya.
Hamidah berharap ada bantuan perumahan dari pemerintah kepada ibunya. Ia juga berharap ibunya mendapat bantuan PKH dan BST maupun bantuan sosial lainnya dari pemerintah desa.
Ketua RT 5 Desa Alila Timur, Lukman Halim menjelaskan, oma Aizah dan Sufia Tang memang selama ini belum terdata mendapatkan bantuan rumah tak layak huni dari pemerintah.
Baca Juga: https://tribuanapos.net/2020/06/15/begini-syarat-mudah-dapat-bantuan-rumah-di-alor-ntt/
Ada sekitar 4 hingga 5 rumah tak layak huni kini berada di wilayah Desa Alila Timur.
Lukman mengatakan, pemerintah Desa Alila Timur memang sudah memprogramkan batuan perumahan bagi warganya.
Untuk tahun 2019, ada sekitar 40 rumah yang sudah direnovasi dengan Dana Desa Alila Timur, namun rumah Aizah dan Sufia liput dari perhatian pemerintah desa.
“Tahun kemarin kita ada rehab ada sekitar 40 rumah lebih. Itu dari dana desa semua. (Rumah oma Aizah) ini yang belum terjangkau,” ungkapnya.
Meski begitu Ketua RT memastikan rumah Aizah dan Sufia akan diusulkan di dana desa untuk dibangun pada tahun anggaran berikutnya.
“Ya, nanti diusulkan,” pungkasnya.
Ia menambahkan, memang baru-baru ini ada petugas Dinas Perumahan Kabupaten Alor mendata rumah warga tak layak huni di desanya. Namun untuk rumah Aizah dan Sufia tidak didata petugas.
“Petugas Dinas Perumahan juga baru-baru ada turun survey tapi mama tua (Aizah dan Sufia)) punya rumah tidak terdata kemarin,” ujarnya.
Ketua RT berharap ada bantuan renovasi rumah Aizah dan Sufia agar mereka pun bisa merasakan bagaimana tinggal di rumah yang layak huni.
“Ya kita harap mama tua punya rumah ini bisa diperbaiki menjadi rumah yang layak huni supaya dia bisa merasakan bagaimana bisa tinggal di rumah begitu,” pungkasnya.
Kepada bapak/ibu, saudara/i yang ingin menyumbang untuk kebutuhan rumah Oma Aizah dan Sufia, harap bisa langsung ke Ketua RT 5 Bapak Lukman Halim. Bantuan juga bisa diantar langsung ke rumah mereka di Desa Alila Timur.
Bagi bapak/ibu, saudara/i yang ingin menyumbang tetapi kesulitan mengantarkannya ke lokasi maka harap bisa salurkan bantuannya melalui koordinator Kota untuk Renovasi Rumah Desa Alila Timur, saudara Imanuel Besituba, HP (WA) 081 338 105 061.
Bantuan anda bisa berupa kebutuhan perabot rumah tangga atau bahan bangunan yang akan digunakan untuk Renovasi Rumah oma Aizah dan oma Sufia. Tuhan memberkati. (*dm).