Tentang Vaksin Covid-19

Dr HANDRAWAN NADESUL
Dr HANDRAWAN NADESUL

Oleh: Dr HANDRAWAN NADESUL

Andalan yang lebih bisa dipercaya agar tubuh lebih terlindung terhadap Covid-19, setelah protokol kesehatan, tentu kita bertumpu kepada hadirnya vaksin Covid-19. Proses menuju hadirnya vaksin kini sudah hampir tiba pada pemanfaatannya.

Agar tidak keliru persepsi, mari kita bahas bagaimana seluk-beluk vaksin, sebagai cara pamungkas dan ikhtiar manusia mengalahkan Covid-19 supaya kisah tentang Covid bukan dianggap sebagai fiksi belaka, melainkan nyata hadir. Bahwa sejatinya virus Covid-19 nyata hadir, itu maka kita memungkinkan membuat vaksinnya.

Vaksin apa pun dibuat untuk membangkitkan antibodi dalam tubuh. Tentu antibodi terhadap suatu infeksi, dalam hal ini terhadap Covid-19, dan bukan antibodi terhadap semua infeksi.

Tubuh bisa kebal alami terhadap infeksi yang ada di alam, baik sebab pernah ada riwayat pernah jatuh sakit, atau hanya dimasuki bibit penyakit tanpa menjadikannya jatuh sakit.

Baca juga: https://tribuanapos.net/2020/10/06/meluruskan-persepsi-keliru-soal-covid/

Ada puluhan bahkan ratusan bibit penyakit yang bisa bikin kebal tubuh, baik sebagai akibat pernah infeksi, misal cacar, maka kebal terhadap cacar, atau polio, maka kebal terhadap polio. Vaksinasi terhadap polio di negara yang masih belum terlalu higienis, sebagian anak sudah kebal alami setelah umur 7 tahun, maka imunisasi polio tak perlu diulangi. Demikian pula kekebalan alami terhadap bibit penyakit lain berasal dari alam. Bahwa betul tubuh yang sedikit tidak steril, yang sedikit jorok, bisa saja kebal secara alami, tanpa perlu jatuh sakit, asal bibit penyakitnya bukan jenis yang ganas, dan dosisnya tidak banyak. Kemampuan kekebalan alami tubuh ada batasnya, ada ambangnya. Namun demikian, kekebalan tubuh terhadap bibit penyakit sehari-hari, bukan berarti otomatis, belum tentu kebal pula terhadap Covid-19, karena virus ini baru pernah hadir.

Ilustrasi: Alur vaksin Covid-19.
Ilustrasi: Alur vaksin Covid-19.

Untuk pembuatan vaksin bisa dibuat dari beberapa bahan yang berasal dari bibit penyakitnya. Dalam hal bibit penyakitnya golongan virus, bisa memilih virus yang sudah dilemahkan (live attenuated), atau virus yang sudah mati, atau dari bagian virusnya, dalam hal Covid-19 diambil protein dari jonjotnya (Spike protein), cara ini yang kita sebut recombinant, atau bisa juga dari unsur DNA atau mRNA (messenger-RNA) virusnya. Kita tahu ada virus DNA, ada juga virus RNA.

Baca Juga: https://tribuanapos.net/2020/10/02/potong-kebun-jadi-alasan-bupati-percepat-tutup-expo-alor/

Oleh karena yang dipilih untuk vaksin Covid-19 cara recombinant, itu maka vaksinasi Covid-19 dengan cara ini vaksinasinya perlu diulang dua kali. Untuk populasi Indonesia yang perlu divaksinasi butuh dua kali jumlah populasinya.

Setelah lewat 3 fase uji, dan kini sudah fase-3, vaksin baru dinyatakan sahih untuk mendapatkan izin dipakai, dengan pertimbangan, betul membangkitkan antibodi memadai terhadap Covid-19, selain aman bagi tubuh. Bahwa dalam pemakaiannya nanti vaksin tidak memberi efek, bisa saja terjadi. Yaitu apabila virus yang hendak dilawan bukan jenis (strain) virus yang dipakai untuk membuat vaksinnya. Misal, virus ganas yang bulan Juli lali muncul di Malaysia, strain baru Covid-19 D614G. Atau virusnya bersesuaian (compatible) dengan bahan vaksinnya, namun terjadi penyimpangan (immunopathology) dalam proses pembentukan antibodi dalam tubuh yang divaksinasi. Terjadi respons imun yang tidak diinginkan, yakni apa yang disebut sebagai antibody-dependent enhancement (ADE). Tubuh gagal membentuk antibodi yang diminta. Ini kegagalan T-cell, sel kekebalan tubuh pemegang peran penting dalam pembentukan antibodi.

Baca Juga: https://tribuanapos.net/2020/10/01/viral-ratusan-massa-membludak-di-expo-alor/

Begitu suntikan vaksin memasuki tubuh, T-cell dan B-cell, dua pasukan sistem kekebalan tubuh teraktivasi lalu terbentuk dua jenis T-cell. Yang satu untuk mengeliminasi virus Covid-19 yang memasuki tubuh, dan T-cell jenis satunya mengaktifkan B-cell pasukan kerabatnya untuk menyimpan memori terhadap Covid-19. Ini dimaksudkan apabila kelak ada Covid-19 strain yang sama memasuki tubuh lagi, B-cell akan mengingatnya, lalu dengan bersegera memberi tahu kepada T-cell untuk bergerak mengeliminasi Covid-19 yang memasuki tubuh tersebut. Demikian yang terjadi pada tubuh yang sudah divaksinasi, sisitem kekebalan spesifik terhadap Covid-19 sudah terbentuk, dan hal apa lainnya yang dilakukan sistem kekebalan bila Covid-19 memasuki tubuh.

Salam sehat. (*).

*Penulis, dokter senior dan motivator kesehatan sekaligus penulis buku kesehatan. Ia tinggal di Jakarta.