Hiu Tikus Jadi Potensi Wisata Baru di Alor

Peneliti Thresher Shark Project Indonesia menemukan Hiu Tikus pada kedalaman laut sekitar 20 meter di Perairan Alor. Seperti apa bentuk Hiu Tikus Alor?

Hiu Tikus yang ditemukan Peneliti Thresher Shark Project Indonesia di Perairan Alor. (Foto: Doc. Thresher Shark Project Indonesia)
Hiu Tikus yang ditemukan Peneliti Thresher Shark Project Indonesia di Perairan Alor. (Foto: Doc. Thresher Shark Project Indonesia)

Kalabahi, Tribuanapos.net – Peneliti Thresher Shark Project Indonesia menemukan Hiu Tikus pada kedalaman laut sekitar 20 meter di Perairan Alor.

Menurut mereka penemuan Hiu Tikus tersebut menambah daftar kekayaan aset wisata bawah laut di kepulauan Alor, Provinsi Nusa Tenggara Timur. Sebab, di dunia ini Hiu Tikus jarang ditemukan di kedalaman laut sekitar 20 meter.

“Hiu Tikus ini aset wisata bawah laut di Alor karena dia mainnya di pinggir-pinggir pantai. Dangkal-dangkal. Sekitar 20 meter saja,” kata Peneliti Rafid Shidqi dan Dewi Sari, Rabu (5/9) di Kalabahi.

Para peneliti muda itu menjelaskan, Hiu Tikus jarang ditemukan di kedalaman laut sekitar 20 meter. Sebab Hiu Tikus hidupnya di laut bebas ke dalam antara 50 – 200 meter.

“Di Dunia ini, pariwisata Hiu Tikus yang sudah di kembangkan baru ada di Malapascua, Filipina. Dia naik di dekat-dekat pantai. Kalau di Indonesia, baru di Alor ini ditemukan Hiu Tikus yang main di laut dangkal,” ujar Rafid.

Wisatawan Tertarik pada Hiu Tikus Alor

Dewi dan Rafid yang sudah setahun meneliti Hiu Tikus di Alor itu mengatakan, wisatawan manca negara sangat tertarik dengan Hiu Tikus.

“Penyelam paling suka lihat Hiu Tikus. Mereka merasa sangat puas jika dapat melihatnya. Karena emang jarang sekali ditemui di kedalaman dangkal. Apalagi kalau sampai foto bersama. Unik memang. Bahkan di Filipina, omset wisata untuk Hiu Tikus saja mencapai Rp.130 Miliar per tahun,” tutur Rafid.

Ia menambahkan, sifat Hiu Tikus tidak buas dan membahayakan manusia. Itu sebabnya para penyelam dunia tertarik jika menemukan Hiu Tikus di bawah laut.

Dewi dan Rafid berharap penemuan Hiu Tikus ini dapat dilestarikan dan dikembangkan menjadi aset wisata baru di Kabupaten Alor.

“Kami terus melakukan sosialisasi kepada nelayan di Desa Ampera dan Lewalu. Kita berharap mereka tidak lagi menangkap. Karena Hiu Tikus ini dapat dijadikan aset wisata baru yang perlu dikembangkan untuk kesejahteraan masyarakat Alor,” pungkas Dewi dan Rafid.

Pengembangan pariwisata yang dimaksud adalah pariwisata yang berkelanjutan dan tetap mengutamakan kelestarian dan kealamian hewan dan ekosistem laut Alor yang sangat indah.

Reporter: Demas Mautuka