Populasi Hiu Tikus di Alor Terancam Punah

Hiu Tikus, ditemukan peneliti Thresher Shark Project Indonesia di Perairan Alor. Benarkah populasinya kini terancam punah?

Hiu Tikus, ditemukan peneliti Thresher Shark Project Indonesia di Perairan Alor. Populasinya kini terancam punah? (Foto: Doc Thresher Shark Project Indonesia).
Hiu Tikus, ditemukan peneliti Thresher Shark Project Indonesia di Perairan Alor. Populasinya kini terancam punah? (Foto: Doc Thresher Shark Project Indonesia).

Kalabahi, Tribuanapos.net – Peneliti Thresher Shark Project Indonesia menyebut saat ini populasi Hiu Tikus di perairan kepulauan Alor, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) rentan terhadap kepunahan.

Penyebabnya, aktivitas penangkapan nelayan cenderung tinggi setiap tahun dan juga maraknya pengeboman ikan.

“Hiu Tikus di Alor ini statusnya rentan terhadapa kepunahan. Di Alor banyak nelayan mancing Hiu untuk keperluan konsumsi dan siripnya dikomersil,” ujar Peneliti Thresher Shark Project Indonesia Dewi Sari dan Rafid Shidqi, Rabu (5/9) di Kalabahi.

50 Ekor Hiu Tikus Ditangkap Dalam Setahun

Menurut mereka, data yang berhasil terhimpun, setahun nelayan di Desa Ampera dan Lewalu menangkap Hiu Tikus sebanyak kurang lebih 50 ekor.

“Setahun bisa 50 ekor. Jumlah itu baru yang kami berhasil catat dan tidak semuanya tercatat. Ada yang bunting,” kata Dewi dan Rafid.

Mayoritas nelayan melakukan penangkapan terbanyak di perairan Selat Pantar, sekitaran Pulau Pura dan Pulau Kepa.

Daerah tersebut merupakan jalur migrasi Hiu Tikus menuju ke utara dan balik lagi ke selatan menuju ke selat Pantar.

Hiu Tikus biasanya muncul mencari makan di perairan Alor Kecil. Sebab, wilayah itu pada musim bulan September terjadi perpaduan arus dingin yang menyebabkan kematian ikan-ikan halus dan cumi-cumi.

Para peneliti yang sudah setahun melakukan riset di kepulauan Alor itu menghimbau kepada masyarakat agar tidak lagi menangkap Hiu Tikus.

“Hiu Tikus beranak rata-rata 2 ekor per tahun. Yang betina siklus reproduksinya 10 tahun baru bisa beranak. Dia tergolong lambat. Jadi kalau terus ditangkap ya suatu saat punah. Karena Hiu Tikus ini rentan terhadap kepunahan,” kata Rafid.

Dewi dan Rafid berharap ada perhatian bersama dari pemerintah, masyarakat dan pemerhati lingkungan untuk merumuskan pelestarian Hiu Tikus.

“Kita ingin masyarakat tidak lagi menangkap Hiu Tikus dan beralih ke mata pencarian lain. Kalau beralih ya bagaimana solusinya, tentu harus dipikirkan bersama oleh semua pihak. Kita tidak bisa membebankan permasalahan ini kepada nelayan, karena mereka memang tidak paham dan tidak mampu mencari solusi sendiri,” pungkas Dewi.

Reporter: Demas Mautuka