
Kalabahi –
Tanggal 8 dan 9 Maret diperingati sebagai Hari Perempuan Internasional dan Hari Perempuan Nasional. Khusus di tahun 2021 ini, United Nations Women mengambil Tema, “Women in leadership: Achieving an equal future in a COVID-19 world.”
Tema ini sangat relevan untuk mengingatkan kita pada perjuangan luar biasa para perempuan di seluruh dunia dalam membentuk masa depan yang lebih setara dan pemulihan dari pandemi Covid-19.
Martha Lotang (55), salah satu perempuan hebat asal Kabupaten Alor Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) ini berhasil menunjukkan prestasinya di mata perempuan Internasional dalam isu konservasi Mangrove untuk lingkungan pesisir kelautan yang lebih baik.
Kiprahnya dalam isu konservasi Mangrove tersebut berhasil membuatnya meraih penghargaan dari Duta Besar Amerika Serikat pada tahun 2014 di Manado, Provinsi Sulawesi Utara.
Baca Juga: https://tribuanapos.net/2021/03/13/lantik-8-pac-ketua-hanura-alor-tegaskan-tak-ada-dualisme-di-partainya/
Martha mendapatkan penghargaan karena sukses konsen pada isu konservasi Mangrove melalui kelompok yang dibentuknya semenjak tanggal 27 Januari 2008.
Martha Lotang membentuk kelompoknya bernama Kelompok Cinta Persahabatan Buyungta. Kelompok tersebut beralamat di Buyungta Kelurahan Kabola Kecamatan Kabola Kabupaten Alor Provinsi NTT. Jumlah anggota sebanyak 12 orang, 3 di antaranya laki-laki.

Pada tahun 2008 hingga 2011, Kelompok Martha Lotang fokus pada usaha dana kelompok untuk pekerjaan pembersihan halaman dan kebun warga, juga jualan ikan. Usaha itu mereka geluti setiap hari untuk menghidupi keluarga dan biaya pendidikan anak-anak.
Namun di tahun itu, mereka dikunjungi LSM WWF atau World Wide Fund for Nature Indonesia Kabupaten Alor untuk mengajak bekerja sama dalam isu konservasi Mangrove.
Baca Juga: https://tribuanapos.net/2021/03/11/dpk-prima-sikka-disambut-hangat-kesbangpol-dan-kpud/
WWF sendiri adalah sebuah organisasi non-pemerintah internasional yang menangani masalah-masalah tentang konservasi, penelitian dan restorasi lingkungan. Dulunya bernama World Wildlife Fund.
Saat ini, sebagian besar tugas WWF terfokus pada konservasi tiga bioma yang berisikan sebagian besar keragaman hayati dunia, yaitu hutan, ekosistem air tawar, samudera dan pantai. Selain itu, WWF juga menangani masalah spesies terancam punah, polusi dan perubahan iklim.
“Tahun 2011 WWF Solor Alor masuk ajak dampingi kami. Mereka memberikan pemahaman kepada kami untuk bekerja sama dengan mereka dan pemerintah melalui penanaman Mangrove,” kata Martha Lotang, Senin (8/3/21) di kebun pembibitan Mangrove, Buyungta, Kabola.
Baca Juga: https://tribuanapos.net/2021/03/11/bentrok-aksi-fakk-di-mapolres-alor-tuntut-proses-hukum-ketua-dprd/
Kelompok Martha kemudian tertarik dengan tawaran kerja sama WWF dan mulai beralih fokus pada pembibitan dan penanaman Mangrove.

Martha mengatakan, kelompoknya menyambut baik tawaran WWF karena ia juga melihat langsung kerusakan Mangrove di perairan Kabola. Banyak pohon Mangrove mulai tua dan mati, tidak ada penanaman baru yang dilakukan manusia.
WWF lalu memberikan pembinaan dan pelatihan budidaya tanaman Mangrove hingga pembibitan dan penanaman di sepanjang pesisir pantai Kabola.
Ada sekitar 8.500 anakan Mangrove yang berhasil dilakukan pada tahap pertama pembibitan. Tahap kedua ada sekitar 13 ribu pohon. Tahap ketiga 15 ribu dan tahap keempat 12 ribu pohon.
Semua bibit tersebut sudah ditanam di sepanjang pesisir pantai Kabola, atas pendampingan WWF Solor Alor. Namun sebagiannya mati karena tantangannya dipukul ombak. Meski demikian banyak juga yang tumbuh, kini berjejer di sepanjang pantai Kabola.
Baca Juga: https://tribuanapos.net/2021/03/11/ricuh-tuntut-enny-anggrek-mundur-aktivis-hampir-segel-gedung-dprd-alor/
Penamaan tersebut juga melibatkan para siswa SD, SMP, masyarakat, kelompok pemuda KNPI Alor, GAMKI, GMKI, GMNI dan tim penggerak PKK Kabupaten yang diketuai Ibu Bupati Alor Ny. Dra. Beth Isdiani Djobo.

Selain itu, kelompok Martha Lotang juga diminta bersama WWF melakukan sosialisasi dan edukasi tanaman Mangrove kepada siswa SD di Kecamatan Kabola. Sejumlah SD sudah ia sosialisasi Mangrove di dampingi WWF.
Kemudian, Martha pun diminta mendampingi kelompok Mangrove di Desa Aimoli Kecamatan Alor Barat Laut yang dibentuk WWF. Martha pada waktu itu juga berhasil membentuk satu kelompok Mangrove yang baru di Kecamatan Kabola.
Aktivitas itu ia lakukan bersama kelompoknya di dampingi WWF sejak tahun 2011. Pada 2012, Martha kemudian diundang WWF mengikuti kegiatan pertukaran informasi tentang konservasi Mangrove di Kota Tual Provinsi Maluku.
Baca Juga: https://tribuanapos.net/2021/03/10/sembuh-dari-covid-19-anggota-dprd-ntt-rocky-winaryo-kini-disuntik-vaksin-corona/
Tahun 2014, kegiatan serupa ia ikut di Kota Manado Provinsi Sulawesi Utara. Di Manado inilah Martha Lotang mendapat penghargaan dari Duta Besar Amerika Serikat karena kelompoknya berhasil keluar sebagai juara dalam upaya konservasi Mangrove yang dilakukan di kepulauan Alor Provinsi Nusa Tenggara Timur.

“Jadi dorang (MC) panggil; kami panggil, atas nama Bangsa Indonesia, ibu Martha Lotang dari tingkat Provinsi Nusa Tenggara Timur, dipanggil untuk naik ke atas pentas menerima piagam penghargaan yang diserahkan oleh Duta Luar Negeri Amerika Serikat,” kata Martha meniru panggilan MC, Putri Indonesia.
“Saya terharu sekali dan saya sedih juga. Saya sedih karena yang duduk ini bukan saya punya orang semua. Orang lain semua, berpangkat, orang bertitel tinggi semua. Saya ini orang bodok, tapi saya bilang (dalam hati), Tuhan kasih kuat saya agar saya bisa menerima piagam penghargaan ini,” ungkapnya sembari menangis dan menghapus air matanya.
Baca Juga: https://tribuanapos.net/2021/03/09/yulius-djobo-dan-nonce-kalla-pimpin-pappri-alor-periode-2020-2025/
Kemudian pada tahun 2014, Martha diundang lagi mengikuti kegiatan yang sama di Kota Dili Timor Leste. Di Timor Leste, Martha kembali mendapat penghargaan sebagai peserta terbaik dan diberikan Sertifikat.
Lanjut di tahun 2015, Martha mengikuti kegiatan konservasi Mangrove di Merauke, Provinsi Papua. Lalu, tahun 2017, Martha menghadiri kegiatan yang sama di Kabupaten Tabanan Provinsi Bali. Ia pun mendapat penghargaan yang sama di sana.

Seluruh kegiatan tersebut difasilitasi oleh WWF Internasional yang diikuti sejumlah kabupaten/kota di Indonesia. Selain itu peserta juga berasal dari 5 Negara yakni, Amerika Serikat, Timor Leste, Kolombia, Filipina dan Malaysia. Negara-negara tersebut menjadi pusat pendampingan WWF Internasional dalam isu konservasi kelautan.
Baca Juga: https://tribuanapos.net/2021/03/07/reses-anggota-dpr-ri-julie-sutrisno-laiskodat-bantu-sembako-di-dapil-alor/
Rindu Jumpa Presiden Jokowi
Martha Lotang tidak menyangka bisa mendapat penghargaan dari Duta Besar Amerika Serikat di Manado karena berperan aktif dalam pengelolaan kawasan konservasi perairan Selat Pantar dan Laut sekitarnya di Kabupaten Alor, Provinsi NTT.
Perempuan yang baru menyandang status janda karena suaminya Daniel Belmo baru saja meninggal dunia Februari 2021 lalu ini, rindu sekali ingin bertemu Presiden Joko Widodo.
Martha mengatakan, dia rindu bertemu Presiden Jokowi karena pada tahun 2015 lalu ia dijanjikan Bupati Alor Drs. Amon Djobo bahwa akan mengantarnya ke Istana Negara untuk menemui Presiden Jokowi.
Niat Bupati Alor ingin mengantarkan perempuan yang kini memiliki 6 anak dan 11 cucu ini ke Istana Presiden dengan maksud supaya Presiden Jokowi bisa memberikan langsung penghargaan padanya. Sebab, Presiden Jokowi merupakan sosok pemimpin yang sangat menghargai prestasi anak bangsa di tingkat Nasional maupun Internasional.
Baca Juga: https://tribuanapos.net/2021/03/05/bocah-11-tahun-di-alor-tewas-tenggelam-di-embung/

“Tahun 2015 itu Bapak Bupati Alor Amon Djobo pernah janji saya di Mali kalau mau antar saya bertemu Bapak Presiden di Istana. Katanya Bapak Presiden mau kasih Kalpataru ke saya, tapi setelah itu belum. Mungkin karena pandemi Covid-19 ini yang belum,” ungkapnya.
“Saya rindu bertemu Bapak Presiden dan sampaikan kalau kami ibu-ibu di kampung yang tidak sekolah ini juga sudah berbuat untuk bangsa dan negara Indonesia. Kenapa bangsa lain bisa kasih kami penghargaan ko kita punya bangsa sendiri belum. Itu yang membuat saya terharu dan ingin sekali bertemu bapak Presiden di Jakarta. Kalau saya diundang pasti saya ke Jakarta,” kata Martha sembari menunduk dan menangis.
Martha Lotang berharap, ke depan ada perhatian pemerintah terhadap kelompoknya agar bisa tetap eksis mengembangkan pembibitan dan penanaman Mangrove di sejumlah daerah di Kabupaten Alor.
Baca Juga: https://tribuanapos.net/2021/03/05/lagi-2-bocah-4-tahun-di-alor-tewas-tenggelam-di-embung-balai-besar-wilayah-sungai-ntt/
Tahun 2020 Martha Lotang dan kelompoknya melakukan pembibitan Mangrove sebanyak 8 ribu pohon. Namun karena pandemi Covid-19 ini ada pembatasan kerumunan orang sehingga kelompoknya tidak beraktivitas selama setahun.

Pantauan wartawan di pusat pembibitan Mangrove Martha Lotang di Buyungta Kabola, nampak ribuan pohon Mangrove sudah mati karena aktivitas kelompok dihentikan selama pandemi Covid-19. Meski demikian, ada sekitar 1000 anakan yang masih bertahan hidup dan siap tanam.
Ia juga mengatakan, tidak mendapatkan bantuan Covid-19 dari pemerintah selama pandemi meskipun sudah ia usul ke Dinas Koperasi. Selain itu, dinamo air bantuan WWF pada kelompoknya yang biasanya dipakai menyedot air untuk kepentingan pembibitan, juga sudah rusak.
Martha berpesan kepada masyarakat Alor agar bersama menjaga lingkungan pesisir dan kelautan. Caranya, masyarakat diminta untuk tidak membuang sampah ke laut dan tidak memotong pohon Mangrove secara sembarangan.
Dia juga mengucapkan terima kasih kepada WWF Solor Alor-Indonesia dan Pemerintah Kabupaten Alor yang berperan aktif mengantarnya keliling dunia hingga mengharumkan nama Bangsa Indonesia di kanca Internasional.
Akhirnya, ia menyampaikan selamat Hari Perempuan Internasional dan Nasional tahun 2021 kepada segenap perempuan di Indonesia, khususnya kepada perempuan NTT dan Alor. “Mari bersama kita jaga lingkungan kelautan, demi anak cucu kita,” pungkasnya.
Klik dan tonton kisah Martha Lotang di sini:
(*dm).