Lagi, 2 Bocah 4 Tahun di Alor Tewas Tenggelam di Embung Balai Besar Wilayah Sungai NTT

Warga Desa Kaerah evakuasi korban tewas di embung milik Balai Besar Wilayah Sungai Provinsi NTT, Jumat (5/3/2021) siang.
Warga Desa Kaerah evakuasi korban tewas di embung milik Balai Besar Wilayah Sungai Provinsi NTT, Jumat (5/3/2021) siang.

Kalabahi –

Dua bocah berusia 4 tahun di Desa Kaerah Kecamatan Pantar Timur Kabupaten Alor, tewas tenggelam di kolam embung-embung Balai Besar Wilayah Sungai Provinsi NTT, pada hari Jumat (5/3/2021).

Kedua bocah tersebut masing-masing bernama Cris Amoreja Dollu Serang (4) dan Rey Kamson Klaping (4).

Kedua korban itu tewas tenggelam ketika berenang di kolam embung-embung berukuran dalam sekitar 5 meter pada Jumat pagi sekitar pukul 08.00 WITA.

Kronologi

Kepala Desa Kaerah Ariston Illu menjelaskan, kedua korban tersebut tadi pagi sekitar pukul 08.00 WITA pergi mandi di kolam embung-embung bersama tiga rekannya. Embung tersebut jaraknya sekitar 500 meter dari pemukiman penduduk.

Baca Juga: https://tribuanapos.net/2021/03/05/bocah-11-tahun-di-alor-tewas-tenggelam-di-embung/

“Tadi pagi sekitar jam 8 pagi mereka ada lima orang baku ajak pergi mandi di Embung. Nah, sampai di sana, dua anak ini masuk berenang terus tidak kembali. Tenggelam,” kata Kades Ariston dihubungi, Jumat (5/3) di Kalabahi.

Melihat kedua korban tidak berada di embung, ketiga rekan korban lalu panik dan berlari menuju perkampungan dengan maksud meminta bantuan penduduk.

Tiba di perkampungan, lanjut Kades, ketiga rekannya yang juga anak kecil tersebut tidak langsung melaporkan masyarakat setempat karena diduga mereka takut.

“Nanti sekitar jam 11 siang dulu baru dong sampaikan ke tetangga di situ. Masyarakat yang dengar ini langsung ke lokasi cari korban,” ujarnya.

Baca Juga: https://tribuanapos.net/2021/03/05/anggota-dprd-ntt-rocky-winaryo-pantau-proyek-ruas-jalan-provinsi-di-alor/

Ariston menerangkan, ketika masyarakat tiba di lokasi, satu korban sementara terapung di tengah embung. Korban itu lalu dievakuasi warga dan membawa ke perkampungan dengan maksud menolong. Namun upaya tersebut tidak berhasil. Korban tewas dua jam kemudian.

“Korban yang terapung itu dibawa lari masyarakat menuju kampung dan berusaha kasih keluar air dalam perut tapi tidak tertolong. Tidak sempat bawa ke medis karena Pustu kita juga kosong, tidak ada petugas di sana,” jelasnya.

Sementara korban yang satunya tidak terlihat terapung di embung dan masih tenggelam di dasar embung. Warga pun kemudian beramai-ramai mencari korban di embung dan menemukan korban sudah tidak sadarkan diri. Proses pencarian korban cukup memakan waktu karena kolam embung berlumpur.

Baca Juga: https://tribuanapos.net/2021/03/04/pedagang-dan-nelayan-di-alor-keluhkan-larangan-beli-bbm-gunakan-jirigen/

 

“Dapat korban ini dia ada di dasar embung yang berlumpur dan korban sepertinya sudah tidak bernyawa lagi. Keluarga berupaya tolong tapi tidak bisa karena dia tenggelam di dasar kolam yang dalamnya sekitar 5 meter,” lanjut dia.

Kades Ariston mengatakan, kedua korban tersebut rencananya akan dimakamkan pada besok Sabtu (6/3) di Desa Kaerah.

Himbau Warga Jaga Anak di Musim Hujan

Warga Desa Kaerah sementara mencari korban anak yang tewas tenggelam di embung Balai Besar Wilayah Sungai Provinsi NTT, Jumat (5/3/2021) siang.
Warga Desa Kaerah Kecamatan Pantar Timur sementara mencari korban anak yang tewas tenggelam di embung Balai Besar Wilayah Sungai Provinsi NTT, Jumat (5/3/2021) siang.

Kades Kaerah Ariston Illu mengatakan pihaknya sudah menginformasikan masyarakat desa agar waspada mengawasi anak untuk tidak bermain di embung, kali dan laut.

Sebab saat ini sedang musim hujan yang berpotensi terjadi bencana banjir, angin kencang, longsor, hujan badai dan ombak besar. Kades Ariston mengakui kedua bocah tersebut tenggelam di embung karena luput dari perhatian orang tua.

Baca Juga: https://tribuanapos.net/2021/03/04/pengusaha-spbu-denny-lalitan-minta-pemda-alor-buka-sub-penyalur-bbm/

“Imbauan sudah kita sampaikan ke masyarakat bahwa sekarang musim hujan badai, banjir, longsor jadi semua harus waspada terutama awasi anak-anak bermain jangan jauh di pinggir kali dan mandi air dan ombak sana,” ujarnya.

“Kita sudah imbau tapi memang ini karena kurangnya pengawasan orang tua. Anak-anak begitu seharusnya dapat pengawasan ketat dari kita orang tua. Hak-hak anak itu kita harus perhatikan,” lanjut dia.

Kades menegaskan ia akan mengeluarkan larangan desa kepada semua masyarakat khususnya anak-anak untuk tidak lagi bermain di embung. Sebab embung-embung tersebut pada musim hujan kedalamannya bisa capai 10 meter.

“Nanti saya keluarkan aturan pelarangan, kita imbau supaya anak-anak jangan pergi mandi di situ. Masyarakat juga yang tidak berkepentingan nanti tidak boleh pergi. Kalau mau ke sana harus ada izin dari kita,” pungkasnya.

Baca Juga: https://tribuanapos.net/2021/03/05/dprd-alor-minta-pemda-dan-pertamina-selesaikan-masalah-beli-bbm-dengan-jirigen/

Balai Besar Wilayah Sungai NTT Bangun 7 Unit Embung di Desa Kaerah

Embung di Desa Kaerah Kecamatan Pantar Timur yang menjadi lokasi korban tenggelam pada Jumat (5/3/2021) pagi.
Embung di Desa Kaerah Kecamatan Pantar Timur yang menjadi lokasi korban tenggelam pada Jumat (5/3/2021) pagi.

Kepala Desa Kaerah Ariston Illu menyebutkan, Balai Besar Wilayah Sungai Provinsi NTT pada tahun 2016 membangun tujuh proyek embung di Desa Kaerah Kecamatan Pantar Timur. Satu embung lainnya dibangun oleh Dinas Pertanian Kabupaten Alor. Totalnya 8 unit.

Proyek embung tersebut dibangun tujuannya menampung air hujan di musim hujan lalu digunakan petani untuk mengairi lahan di musim kemarau.

Akan tetapi, menurut Kades, dari 8 unit embung yang dibangun pemerintah, 1  unit embung berukuran 100×100 meter persegi yang ada airnya pada musim hujan dan kemarau. Sedangkan 7 embung lainnya kering di musim kemarau dan ada air saat musim hujan.

“Jadi yang kering itu tidak ada yang digunakan masyarakat untuk pertanian,” katanya.

Baca Juga: https://tribuanapos.net/2021/03/01/tersangka-kasus-ite-lomboan-djahamou-diperiksa-polisi-4-jam/

Sementara itu, embung yang menjadi TKP korban tenggelam, berada di RT 6 RW 3 Dusun 2, seluas 50×50 meter persegi. Jaraknya sekitar 500 meter dari pemukiman penduduk.

Kades mengatakan dirinya akan surati Kepala Balai Besar Wilayah Sungai NTT dan Dinas Pertanian Alor supaya memanfaatkan embung yang ada di desanya untuk tujuan pertanian. Selain itu Kades juga akan meminta membangun pagar embung agar antisipasi bahaya bagi anak-anak di kemudian hari.

“Nanti saya laporkan supaya kalau bisa ini dimanfaatkan untuk pertanian. Kalau bisa kita minta buat pagar juga supaya jangan ada korban lagi,” pinta Ariston yang baru menjabat Kades itu.

Berikut Proyek Embung Balai Besar Wilayah Sungai NTT

Balai Besar Wilayah Sungai Provinsi NTT membangun 7 unit embung di Desa Kaerah. Adapun jumlah itu tersebar di beberapa wilayah desa, di antaranya:

Baca Juga: https://tribuanapos.net/2021/03/01/tersangka-ite-lomboan-djahamou-saya-kritik-ketua-dprd-alor-tidak-bermaskud-menghina/
  • 1 unit embung berukuran 50×50 meter persegi berada di RT 1 RW 1 Dusun 1 Desa Kaerah
  • 1 unit 100×100 meter persegi di wilayah RT.02 RW 01 dusun 1
  • 1 unit 50 x 50 meter persegi berada di RT 3 RW 2 Dusun 1
  • 1 unit 50 x 50 meter persegi dibangun di RT 5 RW 3 Dusun 2
  • 3 unit 50 x 50 meter persegi dibangun di RT 6 RW 3 Dusun 2
  • 1 unit 50×50 meter persegi dibangun Dinas Pertanian Kabupaten Alor pada tahun 2006.

“7 proyek embung tidak dimanfatkan. Hanya satu saja yang dimanfaatkan untuk pertanian. Semua embung tidak ada pagar keliling,” ungkap Ariston.

Sebelumnya, Atira Pandu Sula, anak perempuan berusia 11 tahun tewas tenggelam juga di kolam embung-embung di Pulau Pantar. Korban sempat dilarikan ke Puskesmas Maliang namun nyawanya tidak tertolong.

Kejadian tersebut terjadi pada Senin 1 Maret 2021 sekitar pukul 14.00 WITA di kampung Kakamauta Desa Mauta Kecamatan Pantar Tengah Kabupaten Alor Provinsi NTT.

Tonton videonya:

(*dm).