Keluarga Protes, Pasien Meninggal Dunia Usai Cuci Darah di RSUD Kalabahi

Foto: Ilustrasi pengobatan pasien cuci darah. (Sumber: kpcdi.org)
Foto: Ilustrasi pengobatan pasien cuci darah. (Sumber: kpcdi.org)
Kalabahi –
Purmawati Takalapeta (32) meninggal dunia di RSUD Kalabahi pada Senin (13/9/2021) petang sesaat setelah menjalani perawatan cuci darah di rumah sakit itu.
Kakak kandung almarhuma Purnawati, Rudi Takalapeta kemudian melayangkan protes pada Manajemen RSUD Kalabahi karena diduga ada kelalaian protab dalam penanganan cuci darah sehingga menyebabkan adiknya meninggal dunia.
“Adek saya itu meninggal setelah cuci darah. Sebelum cuci darah itu ada harapan kami keluarga bahwa selesai cuci darah itu ada perubahan. Nah, terus tiba-tiba selesai cuci kita dengar meninggal. Ini keluarga bingung juga. Loh, cuci darah ko malah meninggal? Wong dia sebelum cuci itu masih bisa komunikasi ko. Nah ini yang kami tidak terima dengan cara rumah sakit ini,” kata Rudi via ponsel dari Surabaya, Senin (13/9/2021) sore.
Baca Juga: https://tribuanapos.net/2021/09/14/dicopot-dari-jabatan-kadis-kominfo-alor-tanpa-sebab-muaz-kamis-biarkanlah-saya-jadi-tumbal-untuk-daerah-ini/
Rudi menjelaskan, adiknya Purnawati sebelumnya jatuh sakit di kampungnya di Adagae Desa Air Mancur Kecamatan Alor Timur Laut. Ia lalu diantar masuk RSUD Kalabah pada sekitar dua Minggu yang lalu.
Masuk rumah sakit, lanjut Rudi, dokter vonis Purnawati gagal ginjal. Setelah itu menurut Rudi, dua jam kemudian adiknya itu belum diperiksa apa-apa oleh dokter tetapi sudah dinyatakan positif Covid-19 sehingga pasien rencananya akan dipindahkan ke ruangan isolasi Covid-19 akan tetapi keluarga memutuskan untuk ke luar rumah sakit.
“Akhirnya keluarga telepon saya, saya bilang kalau seperti itu dokter tidak ambil tindakan lalu dinyatakan dua penyakit yang berbeda (Civid-19 dan Gagal Ginjal) maka mendingan keluar saja karena tidak jelas. Jadi saya putuskan untuk keluarkan adek saya,” ujarnya.
Baca Juga: https://tribuanapos.net/2021/09/15/anggota-dprd-naboys-talo-beberkan-ricuh-dengan-bupati-alor-ketika-bahas-hibah-tanah-ke-pt-pertamina/
“Nah, setelah di rumah, tiga hari yang lalu saya hubungi mama Noi di Dinas Kesehatan Alor. Saya bilang ma, ade saya ini setelah di rumah sakit baru dinyatakan bilang Covid, padahal yang dia rasakan itu cuman di perut sakit sama di kaki saja. Kalau bilang dia divonis gagal ginjal saja ya tidak ada masalah tapi ko dia ini tidak merasakan (ada gejala Covid-19) ko dicovidkan, ini yang kami keluarga kurang sepakat,” ungkapnya.
“Saya minta mama Noi tolong cek ke rumah. Akhirnya mama Noi minta alamat semua, KTP saya kirimkan. Katanya mereka akan datang ke rumah, terus dicek dan dibawa ke rumah sakit,” lanjut Rudi.
Setelah tiba di Rumah Sakit, Rudi menambahkan, adiknya itu kemudian masuk ke ruangan Covid sendirian, namun begitu di test rapid antigennya, negatif. Pasien kemudian dikeluarkan ke ruangan umum. Lalu diputuskan bahwa pasien akan menjalani cuci darah namun masih kekurangan empat kantong darah yang harus ditambahkan.
Baca Juga: https://tribuanapos.net/2021/09/11/menakar-dimensi-kkn-dan-maladministrasi-dalam-penyerobotan-tanah-pembangunan-tpa-lembur-alor-ntt/
“Jadi keluarga sudah berusaha untuk dapat empat orang untuk donor darahnya. Terus semalam saya tanya, katanya sudah masuk katanya sudah siap untuk donor darahnya. Terus tadi lagi saya tanya, katanya ada tambahan darah lagi. Terus saya pikir Ok lah kalau sudah tambahan darah berarti ada proses sirkulasi walaupun meski harus cuci darah terus tapi sudah agak sedikit perubahan. Artinya dengan harapan kami keluarga bahwa cuci darah itu ada perubahan,” terang Rudi.
“Nah, terus tiba-tiba dengar meninggal. Ini keluarga bingung juga. Loh, cuci darah ko malah meninggal? Sebelum cuci darah kan dia itu masih baik-baik, bisa komunikasi dengan kita. Jelas ini kami keluarga tidak terima,” sambung Rudi, kesal.
Rudi menerangkan, sebelumnya ia mendapat informasi bahwa diduga ada keluhan dari dokter bahwa pasien adiknya ini tidak kooperatif dan tidak mau kerja sama dalam menjalani pengobatannya.
Baca Juga: https://tribuanapos.net/2021/09/11/ia-menolak/
Ia mengakui ada keluhan dokter tersebut karena selaku keluarga dia memang tidak terima adiknya divonis dokter mengalami sakit Covid-19 dan gagal ginjal sehingga sejak awal dia putuskan untuk keluarkan adiknya dari rumah sakit.
“Loh, ya memang kita keluarkan itu karena kau memvonis tidak berdasarkan pada pemeriksaan. Kalian memvonis awalnya bilang gagal ginjal, setelah itu kalian vonis lagi bilang Covid. Loh kita keluarga bingung, Covid atau gagal ginjal? Jangan mencari uang dengan cara membuat orang Covid seperti itu. Jujur kami keluarga kurang terima dengan cara begini,” kesalnya.
Rudi lalu meminta Manajemen RSUD Kalabahi menjelaskan secara medis tentang penyebab kematian adiknya usai menjalani perawatan cuci darah. Sebab menurutnya keluarganya masih bertanya-tanya apa penyebab yang sesungguhnya hingga diknya meninggal dunia.
Baca Juga: https://tribuanapos.net/2021/08/21/tuan-berpolitik-tanpa-tuhan/
“Jujur, setelah cuci darah itu dokter harus menjelaskan apa penyebabnya sehingga adek saya ini bisa meninggal. Jangan karena keluarga semua dari kampung terus mereka dengan seenaknya membodohi gitu,” kata Rudi sambil mendokan adiknya diterima di sisi Tuhan Yang Maha Kuasa.
Dokter Melakukan Cuci Darah Mengikuti Protab
Kepala RSUD Kalabahi dr. Ketut Indradjaja Prasetya, mengatakan, pihaknya belum mendapat laporan dari stafnya soal penyebab kematian Purnawati Takalapeta usai menjalani perawatan cuci darah.
Baca Juga: https://tribuanapos.net/2021/08/17/momentum-hut-ri-76-wakil-ketua-dprd-alor-beri-penghargaan-pada-nelayan-yang-melepas-penyu-ke-habitatnya/
Meski demikian, dr. Ketut mengatakan bahwa proses pengobatan cuci darah kepada semua pasien di RSUD Kalabahi biasanya dilakukan dokter sesuai Protab yang ada.
“Selama ini proses cuci darah biasa saja. Kalau ada masalah pasti dilaporkan ke saya. Ini saya belum dapat laporan. Nanti saya cek dulu ya om. Tapi kalau cuci darah ya biasanya semua dilakukan sesuai Protabnya. Kita ada protabnya itu. Tidak sembarang kita cuci darah. Nanti saya cek dulu ya om,” kata dr. Ketut via ponsel sambil ikut berduka atas meninggalnya almarhuma Purnawati Takalapeta.
Jenazah almarhuma Purnawati Takalapeta juga sudah diambil pihak keluarga di kamar jenazah RSUD Kalabahi dan diantar ke Adagae Desa Air Mancur untuk dimakamkan. (*dm).