Kecamatan Pureman Kabupaten Alor Provinsi NTT ini merupakan salah satu kecamatan yang berbatasan laut langsung antara NKRI – RDTL.
Kecamatan ini merupakan kampung Bupati Alor Drs. Amon Djobo dan Mantan Bupati Alor Drs. Jack Djobo yang selama ini luput dari perhatian pembangunan infrastruktur.
Bayangkan, kecamatan yang sudah berdiri sejak Maret tahun 2006 ini kesulitan akses transportasi dari dan menuju Kota Kalabahi Ibu Kota Kabupaten Alor meski kampung tersebut lahir dua putra terbaik menjadi Bupati Alor.
Padahal jarak tempuh melalui darat hanya sekitar 50-an km dari Kota Kalabahi namun infrastruktur sangat buruk menuju daerah itu di tengah besarnya APBD Alor setiap tahun sebesar Rp 1,3 Triliun.
Kesulitan transportasi ini tidak sekedar hanya pada akses transportasi jalan darat saja melainkan akses melalui jalur laut juga mengalami kesulitan.
Masih ingat kan di benak kita, pada Juni 2019 lalu KM Nusa Kenari II tujuan Kalabahi-Pureman tenggelam di laut Margeta.
Musibah itu dari 18 penumpang dan ABK, 10 orang ditemukan selamat dan 8 di antaranya dilaporkan meninggal dunia dan ada pula yang dinyatakan hilang.
Susahnya akses transportasi dari dan menuju Kecamatan Pureman ini membuat wilayah tersebut cukup sulit mengalami kemajuan dalam pembangunan daerah.
Angka kasus kematian ibu dan anak selama 10 tahun terakhir ini cukup signifikan terjadi di daerah itu akibat sulitnya transportasi angkut pasien ketika dirujuk ke Kota Kalabahi. Kematian pasien umum juga cukup meningkat setiap tahunnya.
Faktor lainnya, daerah tersebut juga lambat dalam pertumbuhan ekonomi dan harga-harga sembako dan barang lainnya mengalami lonjakan yang cukup besar. Daerah itu pun menjadi trend lokasi pembuangan atau mutasi ASN yang disebut-sebut menjadi lawan politik kekuasaan.
Kondisi ini terjadi bertahun-tahun lamanya, namun masyarakat di sana jarang memprotes hal ini karena mungkin takut dan malu faktor kampungnya dua Bupati Alor.
Mereka juga tidak memprotes itu seperti warga kecamatan lain yang aspalnya pecah sejengkal namun ributnya bertahun-tahun.
Meski demikian mereka tetap hidup tegak lurus mencintai dan menjaga wilayah NKRI dari gangguan pihak luar.
Pemerintah Kabupaten Alor baru mengganggarkan kelanjutan pekerjaan ruas Lantoka-Peitoko, Kecamatan Pureman sekitar tahun 2016 lalu.
Namun begitu ruas jalan tersebut pembangunannya tersendat-sendat atau setengah hati karena anggarannya kecil, Rp ratusan juta saja per tahun.
Kini ruas jalan tersebut masih tersisa sepanjang sekitar 6 km menuju Peitoko Ibu Kota Kecamatan Pureman.
Pemerintah baru menganggarkan Anggaran tersebut di APBD murni Kabupaten Alor T.A 2021 sebesar sekitar Rp 5,6 Miliar yang bersumber dari DAK Reguler APBN.
Meskipun Anggaran sudah ada namun proses pelelangan di Unit Layanan Pengadaan (ULP) gagal dilakukan.
Informasi pembatalan pelelangan proyek ruas jalan Lantoka-Peitoko ini dibenarkan Kepala ULP Kris Djahila, ST.
Ia mengatakan, proyek jalan tersebut gagal dilakukan pelelangan karena tidak ada satupun rekanan yang memasukan berkasnya di ULP. Kendati demikian Kris memastikan bahwa pihaknya akan tetap membuka lelang kembali.
“Karena tidak ada rekanan yang masukan dokumen penawaran sehingga gagal lelang dan tetap akan di lelang kembali adik (wartawan),” kata Kris Djahila dihubungi tribuanapos,net, Sabtu, (19/2/2022) di Kalabahi.
Kepala ULP meminta doa dari masyarakat supaya ada kontraktor yang mau memasukan berkas pelelangan di ULP untuk pekerjaan jalan dimaksud. “Kita doakan begitu biar pekerjaan bisa tahun ini dilaksanakan,” pungkasnya.
Masyarakat Pureman berharap, pemerintah dapat melanjutkan pekerjaan jalan Lantoka-Peitoko agar mereka pun turut merasakan nikmatnya bertransportasi di jalan Aspal seperti semua wilayah kecamatan di Kabupaten Alor.
Mereka juga berharap pemerintah membangun jalan tersebut karena Pureman adalah wajah jendela NKRI bagi Negara tetangga Repoblik Demokratic Timor Leste (RDTL) dan menjadi pusat salah satu kerajaan tua di Kabupaten Alor.
“Kita harap Bapak Bupati bisa peduli kampungnya sendiri menjelang akhir masa jabatannya di periode kedua ini. Itu harapan kita masyarakat Pureman,” kata salah satu warga Desa Purnama.
Wakil Ketua DPRD Alor Sulaiman Singh, SH mengatakan, DPRD akan segera mempertanyakan pada Bupati Amon, Kepala Dinas PUPR Melianus Atacay dan Kepala ULP Kris Djahila mengenai penyebab gagal lelangnya proyek ruas jalan Lantoka-Peitoko.
“Paketnya sudah ada dan pasti dikerjakan. Kalau hanya soal gagal lelang saja, bukan berarti tidak akan dilelang lagi. Lelang ini sangat tergantung pada pihak-pihak yang akan melakukan pekerjaan itu. Kalau sudah dianggarkan ya harus dikerjakan. Nanti kita minta penjelasan pemerintah,” kata Sulaiman dihubungi tribuanapos.net malam tadi.
Sulaiman memastikan bahwa DPRD akan mengawasi kinerja pemerintah agar proyek ruas jalan tersebut dapat segera dilelang kembali untuk dikerjakan.
“Dari dewan kita akan coba minta (pemerintah) supaya kalau bisa dilelang ulang segera supaya harapan masyarakat itu bisa segera terwujud. Kita akan konsen lakukan pengawasan itu,” pungkasnya.
Video; Jalan rusak, warga Desa Langkuru Kecamatan Pureman Kabupaten Alor, NTT, terpaksa gotong jenazah jalan kaki sepanjang 5 km: