Sejumlah warga masyarakat di Kelurahan Mutiara mengaku tidak keberatan El Asamau membuka warung Babi di wilayah itu. Mereka bahkan terkejut, tidak tahu entah siapa warga yang mengadukan keberatan itu kepada RT dan RW setempat agar meminta El menutup warungnya.
Siti (samaran), tetangga EL Asamau mengatakan, dia tidak tahu tadi malam ada RT dan RW yang mengajukan keberatan kepada El Asamau agar menutup usaha warung Babi.
“Kami tidak tahu kejadian tadi malam itu. Biasa saja di sini,” kata Siti, ditemui tribuanapos.net, Kamis (23/6) di Kelurahan Mutiara.
Siti mengatakan, ia dan suaminya sama sekali tidak keberatan El Asamau membuka warung Babi di lingkungan mereka. Ia malah katakan mendukung usaha tersebut karena itu sumber mata pencaharian dari El Asamau.
“Kita tidak keberatan. Toh itu usahanya ko untuk menghidupi keluarganya,” ujarnya.
Wanita muslimah yang cukup ramah itu mengaku terkejut ada keluhan warga yang mengadu kepada RT dan RW setempat untuk meminta El Asamau menutup warung Babinya. Dia juga membantah keras tidak ikut mengajukan keberatan itu kepada RT RW atau pemerintah setempat.
“Kami tidak tahu. Biasa aja di sini. Kami hidup baik-baik saja di sini. Entah siapa (yang mengadukan keberatan), kami tidak tahu,” ungkapnya.
Tetangga lainnya, Umar (samaran) juga mengatakan tidak tahu menahu soal insiden desakan penutupan warung Babi milik El Asamau. Ia katakan mendukung usaha El karena itu merupakan salah satu peluang usaha.
Disinggung mengenai apakah ada asap dari bakaran daging Babi yang membuatnya terganggu? Umar mengatakan: “Kalau asap sih ia ada ke sini. Kalau bisa dibakar pakai alat khusus supaya asapnya corong ke pantai begitu, atau bakarnya di tempat lain saja. Kita sih tidak masalah, hanya mungkin warga lain yang merasa terganggu.”
Haminah (samaran), warga lainnya juga mengatakan tidak tahu ada RT dan RW mengajukan keberatan pada El Asamau supaya menutup warung Babinya.
Ia pada prinsipnya mendukung usaha El namun karena usahanya dibuka di pinggir badan jalan umum sehingga mungkin aroma kas daging Babi bakar membuat para pengguna jalan khususnya kaum muslimin terganggu.
“Sebetulnya kita tidak masalah, hanya warungnya di pinggir jalan jadi mungkin ada warga muslim yang keberatan. Kalau bisa bakarnya di tempat lain baru jual di sini kan tidak apa-apa,” saran Haminah.
Lukas (samaran) juga mendukung usaha warung Babi El Asamau. Meski demikian, dia sarankan pada El agar usahanya itu dipikirkan kembali supaya tidak menjadi sumber masalah yang menodai toleransi umat beragama di Alor yang sudah terjaga baik ini hingga mendapat penghargaan daerah toleran dari pemerintah pusat.
“Semua usaha boleh-boleh saja termasuk warung Babi Pak El ini. Hanya kita harus jaga dan menghormati basudara kita yang lain, yang muslim. Kita Alor ini daerah toleransinya kuat. Agama masuk belakangan ini tapi adat budaya kita kan sudah terbina baik sejak dulu sampai sekarang. Ini kita harus rawat. Intinya kita saling hormatilah dengan sesama kita umat muslim,” katanya.
Lukas memastikan bahwa insiden penutupan warung Babi El Asamau ini murni pertimbangan religius ketimbang masalah persaingan dagang. Sebab pantauan wartawan juga tak ada warung Babi lain yang dibuka di wilayah Kelurahan Mutiara, dekat warung El Asamau.
Informasi yang dihimpun tribuanapos.net dari sumber terpercaya menyebutkan bahwa desakan penutupan warung Babi milik El Asamau tersebut diduga datang dari dua pejabat public di Alor.
Keduanya saat ini menjabat Anggota DPRD Alor aktif Periode 2019-2024. Selain dua Anggota DPRD, penolakan itu juga diisukan datang dari mantan pejabat pada Dinas Pendidikan Alor yang saat ini berdomisi di luar pulau Alor.
“Itu yang tolak itu dua Anggota DPRD dan satu mantan pejabat ASN yang sekarang tinggal di luar Alor. Diduga mereka aktor di belakang penutupan warung Babi milik Pak El itu,” kata sumber tersebut sambil meminta namanya dirahasiakan.
Lurah Mutiara Jermias Imanuel Maitia, membantah sosok dua anggota DPRD Alor yang diduga diisukan menyuruh RT dan RW-nya menutup warung Babi El Asamau. Meski demikian, Jermias tetap tidak ingin membuka siapa warga yang menolak warung Babi El Asamau.
“Kalau yang itu saya tidak tahu. Nanti besok kami mediasi untuk selesaikan masalah ini,” kata Jermias, ditemui di kantornya, Kamis (23/6) siang.
Sebelumnya diberitakan, viral, dua orang pria yang mengaku Ketua RT dan RW di Kelurahan Mutiara Kecamatan Teluk Mutiara Kabupaten Alor, NTT, datang memaksa pemilik warung Babi, El Asamau untuk menutup usahanya. Pengaduan itu membuat El Asamau geram. Ia kemudian memosting di akun media sosialnya sehingga menjadi viral.
Kedua oknum tersebut awalnya datang malam-malam di lokasi warung dan memaksa El Asamau menutup warungnya dengan alasan ada keberatan dari warga sekitar. Namun belum diketahui apakah pengaduan tersebut alasan religius atau persaingan dagang?
“Warung Babi kami diminta tutup. Kami tidak mau. Kami akan tetap buka,” kata El Asamau, Rabu (22/6) di Kalabahi.
Lurah Mutiara Jermias Imanuel Maitia membenarkan dua sosok pria yang datang meminta El Asamau menutup warung Babinya, adalah Ketua RT II, Selfanus E. Molina dan Ketua RW I, Dominggus Frare. Jermias membantah ada perintah penutupan dari RT dan RW.
“Ketua RT dan RW ini tidak meminta tutup warung Babi Pak El Asamau. Mereka datang sampaikan baik-baik kalau ada keberatan dari warga,” kata Lurah Jermias sambil mengaku belum mendapat laporan dari RT dan RW, siapa warga yang keberatan.
Jermias menjelaskan bahwa aksi tersebut dilakukan kedua aparaturnya itu secara spontanitas dan tanpa berkoordinasi dengannya selaku atasan. Untuk itu Jermias meminta maaf pada El Asamau dan masyarakat Alor yang sudah merasa terganggu.
“Saya meminta maaf atas insiden ini. Saya juga kaget setelah nonton video live dari Pak El Asamau tadi malam. Besok kami undang semua pihak duduk bahas masalah ini bersama Camat Teluk Mutiara. Kita cari solusi yang terbaik,” katanya, Kamis (23/6) di kantornya.