Sekretaris Majelis Sinode GMIT Pdt. Lay Abdi Karya Wenyi, M.Si, sambutan di acara penutupan Perayaan Bulan Pendidikan GMIT di Yapenkris Pingdoling Alor, Rabu (17/7) di Aula Gereja Pola Tribuana Kalabahi.
Kalabahi – Mejelis Sinode GMIT memberikan apresiasi yang setinggi-tingginya kepada pemerintah yang selama ini mendukung penuh penyelenggaraan pendidikan di sekolah Kristen di bawah naungan Yayasan-yayasan Pendidikan Kristen milik Sinode GMIT di Tribuana Alor.
Meski demikian, Sekretaris Majelis Sinode GMIT Pdt. Lay Abdi Karya Wenyi, M.Si mengakui bahwa, kini ada 596 sekolah GMIT yang tersebar di wilayah Provinsi NTT mengalami krisis guru akibat kebijakan pemerintah yang tidak menempatkan guru P3K di sekolah GMIT. Kondisi itu membuat nama P3K menjadi sesuatu momok yang menakutkan bagi gereja GMIT.
“Kita punya sejumlah persoalan dalam pengelolaan pendidikan; kesediaan guru yang kurang tapi juga kebijakan P3K hari ini di satu sisi menjadi berkat tapi di sisi lain menjadi sesuatu yang menakutkan bagi sekolah GMIT,” kata Pdt. Lay ketika sambutan menutup rangkaian acara perayaan bulan pendidikan GMIT di Yapenkris Pingdoling Alor, Rabu (17/7) di Aula Gereja Pola Tribuana, Kalabahi.
Berikut suara gembala Sekretaris Majelis Sinode GMIT:
Shalom.Â
Yang pertama saya ingin menyapa anak-anak saya yang hebat, yang luar biasa, baik yang menyanyi (paduan suara), baca puisi, teristimewa untuk dua orang hebat (siswa SD GMIT 001); Kevin dan Patricia yang membawa acara dalam bahasa Inggris.Â
(Mengawali sambutannya, Pdt. Lay menyapa seluruh pejabat dan undangan, dan meminta hadirin untuk mengikuti yel yel yang dibuatnya).
Yel-yelnya begini:
Pendidikan GMIT berkarakter Kristus, berhikmat, unggul dan berkualitas.
Bapak mama ikuti, bilang:
Amin. Yes yes yes.
(Yep yel pun diperagakan, diikuti hadirin).
Bapak ibu sekalian, kenapa saya harus memulai dengan yel yel begini, mungkin sebagian orang menilai bahwa dalam kondisi pendidikan GMIT yang demikian, pak Sekretaris Majelis Sinode GMIT masih bilang begitu. Di sisi lain, akan ada yang berpikir positif bahwa seorang pemimpin yang sejati harus bisa memberikan optimisme. Amin? Amin.
Setiap pemimpin sejati adalah orang yang harus mampu memberikan optimisme pada orang-orang yang dipimpin. Hanya orang-orang yang memiliki optimisme kepada orang-orang yang dipimpin yang disebut sebagai seorang yang layak disebut sebagai pemimpin.
Karena itu kita patut memberikan apresiasi yang tinggi kepada Ketua Yapenkris Pingdoling Alor (Dr. Fredrik Abia Kande) menjadi seorang pemimpin yang diberi optimisme yang besar di tengah-tengah kondisi persoalan-persoalan pendidikan yang di hadapi GMIT hari ini.
Orang pesimis itu biasanya tidak pernah melihat jalan keluar dalam setiap kebuntuan, tetapi sebaliknya orang optimis akan selalu menemukan jalan keluar dalam setiap kesulitan dan kebuntuan yang di hadapi.
Prinsip ini ternyata telah diimplementasikan dengan sangat baik oleh Yapenkris Pingdoling Alor. Ini adalah keberhasilan bersama organ yayasan; pembina, pengurus, pengawas, kepala sekolah, guru, komite, Majelis Klasis, Majelis Jemaat, yang menjadi bagian dari ekosistem yang mendukung Pingdoling.
Bapak ibu, di saat ada berita tentang sekolah GMIT yang dianggap tidak memadai, antipati yayasan untuk mengurus pendidikan, justru dari bumi Tribuana terkenal baik dan luar biasa di tengah-tengah bulan pendidikan GMIT. Terima kasih.
Bapak ibu, di tengah-tengah dunia ini hanya ada dua tipe manusia. Pertama, manusia yang pandai membuat pertanyaan. Itu adalah manusia level 1. Kedua, adalah manusia yang pandai membuat pertanyaan tapi selalu memiliki jawaban solusi bagi setiap pertanyaan. Itu adalah manusia level tingkat lanjut. Dan saya mendapati itu di Tribuana. Terima kasih. Manusia demikianlah yang dibutuhkan dunia hari ini.
Perayaan bulan pendidikan yang dilakukan di lingkungan Yapenkris Pingdoling dalam sejumlah kegiatan: pengembangan kapasitas guru dan tenaga kependidikan, pawai sekolah-sekolah GMIT, launching produk layanan sekolah GMIT, ibadah perayaan, bhakti jemaat untuk sekolah GMIT. Saya usul tahun depan perlu ada Expo sekolah-sekolah GMIT. Apa yang diexpokan? Karya-karya guru, siswa, supaya mereka juga diberi apresiasi. Jangan di dalam kelas saja tapi harus dibawa keluar.
Terima kasih, (paduan suara siswa/i SD 007 Kabola). Tadi saya mengunjungi sekolah SD GMIT 007 Kabola. Juga luar biasa buat anak-anak dari SD GMIT 01. Luar biasa semua energi yang dibagikan hari ini. (Katanya memuji dua MC cilik siswa SD 001 yang membawa acara dalam bahasa Inggris, dan satu siswa yang membaca puisi).
Bapak ibu semua, adalah teladan yang baik untuk bisa dibagikan kepada yayasan Kristen lainya. Karena ketika kita berupaya melakukan desentralisasi yang dulunya Yapenkris, sekarang menjadi Yapenkris.
Sebenarnya ide di balik itu adalah upaya untuk melakukan desentralisasi kewenangan yang dulunya berpusat di kantor Sinode, sekarang dibagikan kepada yayasan-yayasan yang ada, supaya memberi ruang gerak yang cukup, ruang pengembangan yang cukup, inovasi, kreativitas bagi sekolah-sekolah GMIT yang jumlahnya di GMIT ini raksasa.
Kita ada 204 PAUD, 300-an SD, 40-an SMP, 31 SMA, 8 SMK dan 8 SMTK. Total ada 596 sekolah. Ini tidak mudah kelola 596 sekolah di GMIT. Ini sesuatu yang mustahil. Itulah sebabnya kita melakukan desentralisasi. Yayasan-yayasan itu lebih dekat ke Klasis supaya ruang gerak dan inovasi itu bisa dilakukan.
Tapi di dalam perjalanan upaya desentralisasi itu belum dibarengi dengan praktek yang menyeluruh. Kita sudah desentralisasi tapi cara berpikir masih sentralistik. Itu terbukti dengan cara berpikir kita menanggapi semua persoalan, kita melihatnya secara sentralistik. Sedikit-sedikit Sinode GMIT bikin apa untuk pendidikan, padahal kita sudah lakukan desentralisasi.
Saya bilang begini untuk mau cuci tangan terhadap persoalan pendidikan, tidak, tapi supaya mengajak kita semua memahami secara baik, dan Pingdoling telah memahami itu dengan baik. Kita berharap bahwa spirit yang ada di Pingdoling itu juga menjadi spirit yang utuh di yayasan-yayasan kita yang lain.
Bapak ibu semua. Kita punya sejumlah persoalan dalam pengelolaan pendidikan; kesediaan guru yang kurang tapi juga kebijakan P3K hari ini di satu sisi menjadi berkat tapi di sisi lain menjadi sesuatu yang menakutkan bagi sekolah GMIT.
Baru-baru kita baru viral, kepala sekolah di satu sekolah GMIT lulus P3K, lalu kemudian dia kasih surat rekomendasi untuk anak-anak sekolah juga pindah sekolah. Saya telah bilang bahwa dia lupa bahwa dia telah menikmati berkat Tuhan di GMIT. Dia bisa lulus di P3K karena dia melayani di sekolah GMIT. Kita mesti mengajari orang yang memiliki karakter, dan menyadari darimana dia berasal.
Bapak mama dan saudara-saudara yang terkasih. Salah satu rekomendasi sidang sinode di Sabu adalah gereja-gereja kita harus menjadikan sekolah itu sebagai salah satu rayon pelayanan. Terima kasih (gereja) Pola telah melakukan itu, menjadi bagian yang mendukung gerak-gerak on fire. Saya berharap bapak mama klasis bisa juga melanjutkan itu ke Klasis-klasis kita yang lain.
Saya baru kembali dari Aimere, di sana mereka dalam membangun gereja, tapi anak-anak bikin paduan suara mencari dana untuk pembangunan kelas. Ini sesuatu yang luar biasa. Saya berharap di momentum bulan pendidikan dimulai dari Pola dan gereja lain, bisa anak-anak kita mereka mulai bernyanyi mencari dana untuk pendidikan.
Karena seringkali kita hanya mengirim orang untuk menyanyi paduan suara dan vocal grup cari dana untuk bangun gereja. Sekarang kita menyanyi untuk bantu pendidikan bangun sekolah. Teman-teman di Aimere melakukan itu dan bupatinya hadir juga memberikan surat kelulusan kepada angkatan pertama yang lulus di sekolah GMIT. Itu sangat-sangat menginspirasi. . Bapak ibu dan saudara-saudara. Kita perlu aksi-aksi dalam kolaborasi gereja, yayasan, sekolah untuk mendorong pemanfaatan aset sekolah, mengelola sekolah tapi juga unit-unit usaha. Kebijakan anggaran belanja di Jemaat juga harus memberi perhatian khusus bagi sekolah-sekolah GMIT.
Saya sadar betul bahwa kalau kepedulian terhadap pendidikan itu sudah terjadi dalam diri setiap pemimpin gereja, para pendeta, maka transfer energi ini pasti akan jalan dengan baik. Kita pasti akan tiba di negeri yang berlimpah susu dan madu.
Terima kasih sekali lagi untuk Yapenkris Pingdoling. Yapenkris Pingdoling hanyalah salah satu dari super hero pendidikan di Tribuana. Karena itu kolaborasi baik dengan pemerintah, jemaat, Klasis, sinode, komite sekolah, para orang tua, menjadi urgensi yang tidak bisa ditunda-tunda. Kita terus belajar dari para super hero. Saya ingat film Avengers: Endgame, yang pernah dipakai sebagai contoh oleh Pak Jokowi.
Untuk menciptakan perubahan maka dibutuhkan kemampuan Komunikasi, kolaborasi, critical thinking and problem solving, Creativity and innovation.
Akhirnya, selamat merayakan bulan pendidikan GMIT, karena pendidikan adalah dimensi utama yang ditekankan Yesus dalam amanat agung. Yesus tidak hanya menekankan tentang baptis, tapi Dia juga menekankan tentang mengajar. Bahkan Tuhan Yesus bilang ajarlah mereka untuk melakukannya. Ajarlah mereka itulah yang kita kenal sebagai pendidikan karakter, bukan hanya omong-omong tapi melakukannya.
Pendidikan GMIT haruslah menjadi pendidikan yang berkarakter. Infrastruktur bukan segala-galanya. Tapi karakter adalah segala-galanya. Kita mungkin akan sulit bersaing melalui infrastruktur, tapi kalau kita punya pendidikan yang berkarakter, saya pastikan orang tua akan memilih menyekolahkan anak-anaknya di sekolah memiliki karakter yang kuat.
Sekolah GMIT yang unggul, memiliki karakter yang berhikmat adalah dambaan kita semua. Dan pada hari ini atas nama Majelis Sinode GMIT saya menutup seluruh rangkaian perayaan bulan pendidikan GMIT di lingkup Yapenkris Pingdoling Alor ini dengan resmi di dalam nama Bapak, Anak dan roh Kudus. (Sambil memukul gong 3 kali). (*dm).