
Kalabahi –
Sekitar 40 mahasiswa Alor ketahuan pulang Alor menggunakan jalur transportasi gelap. Mereka datang dari daerah zona merah virus corona seperti Kupang, Bali dan Makasar. Para pelaku perjalanan itu kemudian diangkut menggunakan perahu motor salah seorang nelayan Pulau Buaya dari Kupang menuju pulau Alor pada 30 Maret lalu.
Ketua Gugus Tugas Covid-19 Desa Pulau Buaya, Kecamatan Alor Barat Laut (ABAL) Kasim Anwar kesal terhadap prilaku 40 mahasiswa yang pulang kampung di saat pemerintah sedang memberlakukan kebijakan pembatasan angkutan orang melalui jalur Bandara dan Pelabuhan.
Kasim menyebut, selaku mahasiswa yang memiliki predikat Maha seharusnya mereka memberikan contoh yang baik kepada masyarakat. Contoh yang baik adalah tidak pulang kampung sebagai bentuk kepatuhan pada kebijakan pemerintah menangani virus corona di tanah air.
“Makanya kemarin dalam arahan kepada mahasiswa, saya bilang kamu ini maha itu pintar, tahu,” kata Kasim menyindir 13 Mahasiswa Pulau Buaya yang ikut diangkut bersama rekan-rekannya menggunakan perahu nelayan asal Pulau Buaya dari Kupang menuju Alor pada Kamis (30/4) lalu.
Baca Juga: https://tribuanapos.net/2020/05/02/40-mahasiswa-alor-tertangkap-datang-dari-zona-merah-covid-19-gunakan-jalur-gelap/
Kades mengatakan, dirinya memahami kerinduan para mahasiswa untuk bergabung dengan keluarganya mengikuti ibadah sholat Idul Fitri. Namun selaku pucuk pimpinan desa ia khawatir para mahasiswa tanpa sadar ada di antara mereka yang kemungkinan terlengket virus corona ketika dalam perjalanan menuju pulau Alor.
“Kalau menurut saya, ada dua harapan saya, yang pertama harapan ade-ade itu adalah bagaimana bergabung dengan keluarga untuk menunaikan sholat Idul Fitri. Tetapi kekhawatiran saya selaku pucuk pimpinan bahwa ade-ade datang ini semoga tidak ada virus yang melengket pada ade-ade. Karena prinsip saya bahwa yang datang dari zona merah, satu orang bisa membunuh 1000 orang. Itu adalah kekhawatiran saya,” katanya dihubungi wartawan, Sabtu (2/5).
Kades meminta para mahasiswa yang kini sedang berada di luar Alor untuk tetap menahan diri tidak pulang kampung sampai wabah ini berakhir. Ia juga meminta kepada 13 mahasiswa yang tiba di Pulau Buaya untuk tetap disiplin menjalankan karantina diri sesuai protocol covid-19. Hal itu dimaksudkan menjadi pembelajaran bagi warga desa.
Baca Juga: https://tribuanapos.net/2020/05/02/cavik-gmit-di-tribuana-bagi-sembako-dan-masker-kepada-pedagang-kaki-lima/
Kades tidak ingin mahasiswa yang pulang kampung tersebut memberikan contoh yang buruk di sekaligus menjadi provokator menghambat program-program pemerintah desa menangani covid-19. Mahasiswa diminta jadi guru yang baik menjalankan protocol covid-19 sesuai anjuran pemerintah.
“Saya himbau ade-ade, kamu-kamu ini yang sebagai guru untuk menyampaikan hal-hal ini kepada ade-ade kamu, kepada masyarakat yang masih awam ini. Begitu. Jangan masuk kampung sementara ini. Pemerintah desa untuk menegakkan (covid-19) ini, adik-adik jangan sebagai provokator untuk mau mendukung kejahatan. Itu saya tidak mau,” tegasnya.
“Kemarin saya himbauan, ade-ade sebagai motor penggerak, sebagai tulang punggung saya. Ade-ade ini sebagai guru kecil saya yang bisa memberikan hal-hal yang terbaik kepada kita punya orang-orang tua yang masih awam,” Kasim menambahkan.
Baca Juga: https://tribuanapos.net/2020/04/30/golkar-pkb-demokrat-pdip-aksi-cegah-covid-19-di-alor/
Kades kembali menghimbau kepada mahasiswa Alor di luar sana untuk tidak pulang kampung di tengah wabah virus corona. Sebab saat ini pemerintah sudah memberlakukan pembatasan akses transportasi orang dari dan menuju pulau Alor.
Kades Kasim juga sudah menghimbau kepada para nelayannya agar tidak mengangkut penumpang dari daerah terjangkit menuju pulau Alor. Ia mengakui keterbatasan informasi dan SDM yang membuat salah satu nelayannya terpaksa mengangkut 40 mahasiswa. Semua itu terjadi di luar jangkauannya.
“Sementara ini lautan untuk Selat Ombay, Selat Alor masih ditutup selama masa lockdown ini. Tetapi namanya nelayan jadi (dia angkut 40 penumpang di luar kendali saya). Orang tua bilang binatang 1000 ekor satu orang bisa jaga, manusia satu 1000 orang tidak bisa jaga,” pungkasnya.
Kades mengakui para mahasiswanya datang dari zona merah menggunakan jalur transportasi gelap. Karena dia sendiri tidak mengetahui ada penjemputan di Kupang. Meski demikian dia mengatakan 13 mahasiswanya sudah diperiksa kesehatannya dan menjalani karantina mandiri di rumah masing-masing.
Baca Juga: https://tribuanapos.net/2020/05/02/satgas-covid-19-alor-jemput-odp-di-rumahnya/
Karantina akan berlangsung selama 14 hari ke depan. Apabila ada di antara mereka sakit bergejala covid-19 maka Kades akan berkoordinasi dengan Puskesmas untuk penanganan medis. Sementara ini ketigabelas mahasiswa dalam pengawasan tim Satgas Covid-19 Desa Pulau Buaya dibantu aparat TNI-Polri.
Diberitakan, sekitar 40 Mahasiswa Alor yang sementara studi di luar daerah tiba di Kabupaten Alor menggunakan perahu motor nelayan. Mereka tiba pada Kamis (30/4) tengah malam di saat pemerintah memberlakukan kebijakan pembatasan orang melalui jalur transportasi udara dan laut. Mereka diamankan aparat covid-19 Desa karena datang dari daerah zona merah virus corona (covid-19).
Keempat puluh mahasiswa itu; 13 orang diturunkan di pelabuhan Desa Pulau Buaya, 15 orang di Pelabuhan Bakalang Pantar Timur dan 12 orang lainnya diturunkan di pelabuhan Alor Besar, ABAL.
Sejauh ini Satgas Penanganan dan Pencegahan Covid-19 Kabupaten Alor belum mengumumkan cara penanganan puluhan mahasiswa terpelajar yang datang melalui jalur gelap itu. (*dm).