Kalabahi- Yayasan Pingdoling Alor melaunching Re-Branding kebijakan pendidikan untuk sekolah-sekolah GMIT di Kabupaten Alor, NTT.
Acara penekanan tombol launching Re-branding pendidikan GMIT ini dilakukan Gubernur NTT melalui Asisten II Ganef Wurgiyanto, A.Pi, Senin (10/7) di Aula Pola Tribuana Kalabahi.
Ketua Yayasan Pingdoling Alor Dr. Fredik Abia Kande mengatakan, pendidikan Kristen di Alor ini dimulai dari tahun 1911, ditandai dengan berdirinya Volkschool atau sekolah rakyat di Kalabahi yang sekarang berubah nama menjadi SD GMIT 01 Kalabahi.
“Jadi tahun ini genap 112 tahun. Kita beri tepuk tangan untuk jasa sekolah GMIT di Alor,” kata Fredik ketika sambutan di acara pembukaan launching disambut applaus ratusan peserta.
Menurutnya, usia sekolah GMIT ini sama halnya dengan semua sekolah Kristen di Kabupaten Alor. Sekalipun begitu, kata Fredik, usia yang panjang itu tidak berbanding lurus dengan mutu yang dicapai oleh seluruh sekolah Kristen di Kabupaten Alor.
“Kita harus akui bahwa sekalipun usianya sudah 100 lebih tahun tapi dari segi SDM kita belum punya tenaga tetap yang bisa mengelola sekolah-sekolah Kristen,” ujarnya.
“Kita masih bergantung sepenuhnya terhadap tenaga aparatur sipil negara, baik itu PNS maupun yang terakhir dengan tenaga kontrak daerah, walaupun tenaga P3K kita tidak kebagian,” lanjut Mantan Rektor Untrib Kalabahi itu.
Namun demikian, lanjut Fredik, dari skema penempatan tenaga PNS dan kontrak daerah pada ratusan sekolah GMIT di Kabupaten Alor ini sangat menolong sekolah-sekolah GMIT dalam mendukung proses belajar mengajar.
“Walaupun skema ini agak sedikit melawan memang pemerintah pusat karena mungkin saja dari segi regulasi-regulasi pusat tidak terlalu menguntungkan kita tetapi karena keprihatinan yang luar biasa terhadap eksistensi sekolah-sekolah Kristen di Alor karena itu kita bisa mendapatkan manfaat dari pengangkatan guru tenaga kontrak daerah dan PNS,” katanya.
Dr. Fredik menambahkan, tahun ini juga sekolah-sekolah GMIT di bawah Yapenkris Pingdoling cukup dibuat cemas oleh karena akan ada kebijakan pusat yang akan merumahkan tenaga-tenaga kontrak daerah yang bekerja di sekolah-sekolah GMIT.
Karena itu kemarin di bulan Maret 2023 pengurus Yapenkris Pingdoling Alor sudah mengantisipasinya dengan mengangkat 46 guru misionaris GMIT yang bekerja tetap di 47 sekolah GMIT di lingkup Yapenkris Pingdoling Alor.
“Ada satu hal yang hampir tidak masuk akal. Di awal tahun 2023 ketika semua orang bicara tentang resesi, bahkan di mimbar-mimbar gereja juga para pelayan bicara tentang resesi, tentu membuat kita semua pesimis tapi kami mengajak 4 Klasis dan juga bapak/ibu pendeta mari kita berdoa dalam nama Tuhan Yesus kita angkat 46 guru misionaris GMIT di tahun ini dengan sumber pendanaan dari gereja,” ungkapnya.
“Ternyata gereja menyanggupi itu. Tentu ini belum seberapa tapi ini upaya langkah pertama kita untuk menyiapkan tenaga-tenaga untuk bekerja di sekolah-sekolah GMIT,” sambung Fredik disambut applaus.
Dr. Fredik memastikan bahwa Yapenkris Pingdoling bermimpi suatu saat 46 guru-guru ini merekalah yang akan memimpin bahkan menjadi Kepala sekolah di sekolah-sekolah GMIT di masa yang akan datang.
“Karena itu tahap kedua setelah rekrut adalah mereka harus ditraining sehingga kami mengadakan Dr. Pramudianto dari Atmajaya Jakarta dan Pak Yandri D.I Snae, S.Pd.M.Pd dari BPP Provinsi NTT untuk training. Jadi ini jalan panjang yang akan dilewati oleh guru-guru misionaris kita,” katanya.
Pada kesempatan itu, Dr. Fredik juga menyampaikan terima kasih kepada pemerintah kabupaten Alor, di mana di saat-saat Yayasan ini mengalami pasang surut, pada titik itu pemerintah hadir untuk menolong sekolah-sekolah GMIT.
“Mari kita beri tepuk tangan dulu kepada pemerintah kabupaten Alor,” ujarnya disambut applaus ratusan peserta.
Dr. Fredik kemudian memuji Bupati Alor Amon Djobo dan mengatakan bahwa ekosistem pemerintahan di Kabupaten Alor ini sangat-sangat memungkinkan bagi pertumbuhan sekolah-sekolah Kristen di Kabupaten Alor.
“Saya kira perhatian pemerintah ini yang paling bagus di GMIT. Kita beri tepuk tangan dulu,” lagi-lagi Fredik mengajak peserta dan undangan beri applaus menghormati jasa pemerintah daerah terhadap eksistensi sekolah GMIT sejak berabad-abad.
“Karena itu saya kira ini momentum yang sangat baik untuk kita kembali mengajak pemerintah daerah dan Jemaat-jemaat kita untuk melakukan hal-hal yang startegis bagi kesinambungan penyelenggaraan pendidikan di sekolah-sekolah GMIT,” lanjut dia.
10 Item Kebijakan Re-Branding Pendidikan GMIT
Dr. Fredik Abia Kande menyebut, ada 10 item kebijakan Re-Branding Pendidikan GMIT yang dilaunching hari ini. 10 item kebijakan Re-Branding tersebut dilakukan dalam rangka perubahan-perubahan di sekolah GMIT di bawah naungan Yapenkris Pingdoling Alor.
Salah satunya, akan dilaunching empat sekolah unggul Kristen di Alor, yaitu: SD GMIT 01 Kalabahi, SD GMIT 07 Kabola, SMA Kristen 1 Kalabahi dan SMA Kristen 2 Kalabahi.
“Sekolah-sekolah ini sudah dua periode berturut-turut mendapat akreditasi (dengan nilai) A. Karena itu sekolah-sekolah ini akan ditingkatkan keunggulan supaya semua Brandingnya bisa dipercayakan oleh masyarakat kabupaten Alor,” lanjut Fredik.
Dr. Fredik optimistis bahwa tentu semua visi besar kemajuan pendidikan GMIT yang dilaunching hari ini akan terlaksana baik jika ada berkat dukungan dari kita semua baik gereja, pemerintah daerah, jemaat dan masyarakat.
“Kami tetap mengharapkan dukungan dari pemerintah daerah kabupaten Alor, pemerintah provinsi, Bapak/Ibu Pendeta sehingga upaya-upaya Yayasan ini boleh betul-betul membawakan hasil yang baik bagi generasi kita,” ucapnya.
Gubernur Viktor Laiskodat melalui Asisten II Setda Provinsi NTT Ganef Wurgiyanto, A.Pi mengapresiasi Yapenkris Pingdoling yang melaunching Re-Branding Kebijakan Pendidikan GMIT hari ini. Menurutnya, apa yang dilaksanakan ini merupakan hal yang inovatif.
“Kenapa saya katakan inovatif karena tidak ada manusia yang beradab tanpa pendidikan. Tanpa pendidikan manusia itu belum tentu akan beradab. Oleh karena itu ini semua saya titip agar dilakukan dengan peningkatan moral dan disiplin termasuk untuk (pendidikan) ekonomi,” katanya.
Ganef juga menyampaikan terima kasih kepada Doktor Pramudianto, dosen Universitas Atmajaya Jakarta yang memberikan materi pelatihan kepada pendeta dan guru-guru Yapenkris Pingdoling selama beberapa hari ini.
Ganef bilang, kegiatan ini merupakan awal dari kemitraan untuk mengubah wajah pendidikan di Gereja.
“Ini akan mempunyai branding yang sangat bagus. Untuk itu dari Pemda Nusa Tenggara Timur saya mengajak untuk kita bersama-sama semua Yayasan-yayasan yang berhubungan dengan pendidikan haruslah berkolaborasi dengan pemerintah daerah kabupaten maupun provinsi,” ujarnya.
Ganef juga menambahkan bahwa pemerintah provinsi telah mengalokasikan anggaran yang disebut spesifik grand sebesar 51%. Ia meminta Gereja GMIT dan Yapenkris bisa bekerja sama agar memanfaatkan dana spesifik grand yang ada.
“Nah, ini Ketua Yayasan bisa melakukan konsolidasi. Memang pendidikan masih di bawah koordinasi Pak Asisten I tapi kami siap membantu demi kebaikan kita bersama,” katanya.
“Saya harap ini menjadi kemajuan bagus, dan akan bermanfaat juga bagi siswa-siswi yang nanti akan dilakukan selama pembelajaran,” tutup Ganef.
Sekretaris Yapenkris Pingdoling Alor Mando Kolimon, S.Pd membacakan SK Pengurus Yayasan Pingdoling Alor tentang dokumen kebijakan Re-Branding sekolah GMIT di lingkup Yapenkris Pingdoling Alor.
Untuk kop dan format surat sekolah, kop lama mencantumkan Pemerintah Kabupaten Alor, diganti yang baru mencantumkan Yayasan Pendidikan Kristen Pingdoling Alor.
Selain kop surat, logo dan stempel sekolah juga ikut berubah. Logo lama bertuliskan Yapenkris berganti menjadi Pingdoling dengan simbol salib di atas buku yang terbuka di tambah tulisan Matius 5:14 sebagai ciri khas sekolah Kristen.
Perubahan juga terjadi pada indeks surat dinas, di mana yang baru urutannya antara lain: Nomor urut/nomor kode/nomor kode sekolah/bulan dikeluarkan/tahun dikeluarkan. Contoh: 01/00/G1/IV/2023.
Papan nama sekolah juga ikut berubah dari yang lama tertulis pemerintah kabupaten Alor berubah menjadi Yayasan Pendidikan Kristen Pingdoling Alor.
Perubahan juga terjadi pada cat gedung sekolah di mana nantinya semua gedung sekolah GMIT akan berganti warna menjadi coklat dan kuning.
Selain itu, seragam sekolah juga mengalami perubahan. Sekolah akan menyiapkan rok Kulot yang dapat memberikan kenyamanan sekaligus memproteksi siswi dari berbagai resiko kekerasan seksual.
Program sertifikasi tanah milik sekolah juga merupakan salah satu program yang akan dilakukan.
Ke depan setiap pendeta GMIT juga akan dilibatkan sebagai tenaga penilik rohani di setiap sekolah GMIT.
Untuk memenuhi kebutuhan guru, Yayasan Pingdoling juga merekrut guru misionaris. Sudah ada 46 guru misionaris yang direkrut.
Selain itu, komitmen menjadikan sekolah unggul yang berkarakter Kristen. Ada empat sekolah yang akan ditetapkan menjadi sekolah unggul yaitu: SD GMIT 01 Kalabahi, SD GMIT 07 Kabola, SMA Kristen 01 Kalabahi dan SMA Kristen 02 Kalabahi.
Keempat sekolah tersebut akan dikembangkan menjadi sekolah unggul dari segi sains, bahasa inggris, dan pendidikan karakter Kristen.
Dalam rangka membangun sekolah model, Yayasan Pingdoling Alor bekerja sama dengan Yayasan Paideia di Jakarta yang rencananya akan mendampingi selama 3 tahun.
Kepala SMA Kristen 1 Kalabahi Seprianus Waang, S.Pd mengatakan, pada umumnya sekolah yang berada di bawah naungan Yayasan Pingdoling Alor sangat setuju dan sangat antusias untuk menyukseskan kegiatan ini.
“Karena kegiatan yang dirancang oleh Yapenkris Pingdoling Alor sangat-sangat mendukung sekolah-sekolah Kristen yang ada di bawah naungan Yapenkris Pingdoling Alor,” ujarnya.
Selain itu menurut Seprianus, kegiatan ini juga merupakan suatu cita-cita atau harapan bersama dari semua sekolah yang ada di bawah yayasan pendidikan Kristen Pingdoling Alor.
“Kita harap Yayasan Pingdoling siap bersaing dalam membangun generasi bangsa. Amin,” tutup Seprianus.
Acara tekan tombol launching dilakukan oleh Asisten II Setda NTT Ganef Wurgiyanto di dampingi Bupati Alor Amon Djobo, Ketua Yapenkris Pingdoling Alor Dr. Fredik A. Kande, Ketua BPP Sinode GMIT Pdt. Jahja A. Milu dan para Ketua-ketua Klasis di Tribuana Alor. (*dm).