Tangerang – Ketua Yayasan Pendidikan Kristen (Yapenkris) Pingdoling Alor, NTT, Dr. Fredrik Abia Kande menghadiri acara konferensi pendidikan Kristen dan Gereja yang berlangsung di Universitas Pelita Harapan, Lipo Karawaci Tangerang, Selasa (23/7).
Konferensi itu dihadiri lebih dari 700 peserta di seluruh Indonesia, di antaranya; Lembaga Aras Nasional, Pimpinan Gereja/Pengurus Sinode, Yayasan Sekolah Kristen, Direktur dan Operasional Sekolah Kristen, Utusan Universitas Kristen, Sekolah Tinggi Teologi, Dunia Usaha/Industri dan Lembaga Pelayanan Kristen.
Dr. Fredrik menyebut, konferensi tahun ini mengusung tema; ‘kolaborasi nyata untuk sekolah Kristen.” Konferensi ini membahas sejumlah isu penting terkait problematika yang di hadapi pendidikan Kristen dan Gereja, dan membahas bagaimana cara mengatasinya. Rekomendasi dan hasil-hasil konferensi yang dibahas antara lain:
Pertama; Strategi 5 tahun untuk mengatasi kekurangan guru di sekolah Kristen berbasis supply dan demand dengan pendekatan 4 pilar yakni: LPTK Kristen, STT, Gereja, dan Yayasan/Sekolah Kristen.
“Termasuk bagaimana meningkatkan minat generasi muda menjadi guru serta menjangkau lulusan SMA dan para jemaat dewasa di gereja yang terpanggil menjadi guru,” kata Dr. Fredrik melalui rilis pers yang diterima tribuanapos.net, Sabtu (27/7) di Kalabahi, Alor.
Kedua; Strategi bangkit dari keterpurukan yakni bagaimana mengembangkan model sekolah agama, sekolah misi, sekolah adopsi dan sekolah afiliasi dengan melibatkan 3 pilar yakni: gereja, yayasan/sekolah Kristen, dan pilar pemerintah.
Ketiga; Guru pahlawan tanpa tanda jasa. Ini membahas bagaimana fokus pada kesejahteraan dan apresiasi guru yang terabaikan, dan siapa yang bertanggung jawab. Strategi ini akan melibatkan 5 pilar yakni: Gereja, Yayasan/Sekolah Kristen Diberkati, Dunia Usaha, LPTK Kristen, dan STT.
Keempat; Sekolah Kristen didirikan namun diabaikan. Berkaitan dengan refleksi dan evaluasi pembenahan manajemen sekolah Kristen hasil temuan Task Force Daerah/Sekolah Terpuruk, Tertinggal, Terlupakan. Melibatkan 5 pilar yakni: Yayasan/Sekolah Kristen diberkati, gereja, dunia usaha, LPTK Kristen, dan STT.
Kelima; Diberkati untuk menjadi berkat. Hal ini membahas tentang bagaimana kiprah dunia usaha dalam pendidikan Kristen dengan melibatkan 2 pilar yakni: Yayasan Kristen yang memiliki SMK dan Pilar Dunia Industri.
Keenam; Pemerintah baru harapan baru bagi Sekolah Kristen, di mana akan ada perjuangan pada kebijakan pemerintah yang berpihak bagi sekolah Kristen dengan melibatkan 3 pilar yakni: MPK dan MPKW, Yayasan Kristen, dan Pemerintah.
“Bagaimana audiensi berkala dengan pemerintahan dalam memperjuangkan hak-hak Sekolah Kristen dalam penerimaan BOS dan BOP, beasiswa PIP, akses beasiswa LPDP, beasiswa microdential bagi guru di Sekolah Kristen, penerimaan tunjangan fungsional, sertifikasi, kebijakan guru yang lolos program P3K untuk dikembalikan kepada Yayasan/Sekolah asal, dan terkait Plat Form Merdeka Mengajar (PMM) yang aware terhadap guru PNS yang melayani di Sekolah Kristen,” ujar Fredrik.
Ketujuh; Tantangan menjadi kesempatan berbuah Lebat, yakni eksistensi SPK dan Sekolah Kristen Unggul di tengah kompetisi dengan Sekolah Negeri dan Sekolah Swasta non Kristen dengan melibatkan direktur pelaksana atau kepala sekolah Kristen Diberkati dan SPK. Di mana, antara sekolah Kristen Diberkati, Yayasan yang memiliki sekolah SPK dengan ACSI untuk mengikuti proses akreditasi ACSI dengan program kolaborasi untuk meningkatkan kualitas pendidikan di sekolah Kristen yang Diberkati.
Dr. Fredrik menjelaskan, Yapenkris Pingdoling Alor juga mendapat kesempatan untuk menjadi target dTask Force 3T MPK di tahun 2025 nanti dan ada dua sekolah yang telah diusulkan untuk di assessment yakni: SD GMIT 03 Kalabahi dan SMP Kristen 1 Kalabahi.
“Untuk penandatanganan MoU akan dilaksanakan antara MPK dan Ketua MS GMIT. Kemarin dalam pembicaraan awal dengan MPK Pusat, Ketua Sinode GMIT mengundang Ketua Umum MPK Pusat hadir di Kupang untuk berbicara tentang agenda-agenda transformasi dan kolaborasi nyata bagi sekolah Kristen. Bila tidak ada aral maka akan dilaksanakan pada akhir Agustus mendatang. Kami melihat MPK di bawah kepemimpinan Bapak Handi Irawan akan berbuat banyak dan dapat berkontribusi besar bagi sekolah-sekolah Kristen Indonesia,” ujarnya.
Sementara, Ketua Umum Majelis Pendidikan Kristen (MPK) Handi Irawan meminta kepada pemerintahan baru Prabowo-Gibran dapat membuat aturan baru agar dana Corporate Social Responsibility (CSR) dilakukan secara tunai seperti yang dilakukan di banyak negara-negara maju, salah satunya Amerika.
Handi juga mendorong pemerintah membuat satu aturan jika dana yang disetorkan (CSR) bisa digunakan sebagai pengurang pajak sama seperti di negara maju. Bukan hanya itu, ia juga menyoroti dana CSR yang dibatasi maksimum 5% dari Laba bersih Pendapatan Total atau Net Profit.
Sementara di banyak negara maju tidak ada batasan seperti itu, ia berharap nilai CSR nantinya dapat diperbesar hingga 10%, mengingat sektor pendidikan yang sangat penting.
“Saya berharap di pemerintahan baru ini dari 5% bisa naik menjadi 10% dan itu cukup diatur di peraturan mentri saja,” kata Hadi dilansir dari majalahreformasi.com.
Pendiri Top Brand Award ini juga mengakui bahwa 20% dari APBN telah dialokasikan kepada dunia pendidikan melalui Kemendikbudristek, di mana angka tersebut pada tahun 2024 mencapai Rp 665 Triliun. Namun, jika dibandingkan dengan GDP (Gross Domestic Product) atau PDB (Produk Domestik Bruto), angka tersebut hanya sebesar 3%.
Artinya, cara menghitung yang benar bukanlah 20% terhadap APBN, melainkan menghitung berapa persentase dari total GDP. Negara maju seperti Swiss dan Jerman memiliki ekosistem pendidikan yang sudah sangat baik. Selain alokasi 20% dari APBN, total dana dalam ekosistem pendidikan mereka mencapai 10% dari GDP.
“Jadi bukan hanya 20% dari jumlah APBN-nya tetapi diperhatikan juga berapa persen dari total GDP-nya. Saya berharap dari CSR ke dunia pendidikan memperbesar total persentasi kepada GDP sehingga menjadi ekosistem pendidikan yang baik sama seperti negara maju,” ujar CEO & Founder Frontier ini.
Seperti diketahui acara Konferensi Nasional Pendidikan dan Gereja 2024 berlangsung selama dua hari, 23 hingga 24 Juli 2024 di Universitas Pelita Harapan, Fakultas Kedokteran, Lippo Karawaci, Tangerang.
Acara ini dihadiri lebih dari 700 peserta di antaranya; Lembaga Aras Nasional, Pimpinan Gereja/Pengurus Sinode, Yayasan Sekolah Kristen, Direktur dan Operasional Sekolah Kristen, Utusan Universitas-universitas Kristen, Sekolah Tinggi Teologi, Dunia Usaha/Industri dan Lembaga Pelayanan Kristen. (*dm).