Kalabahi –
Keluarga Pasien SL yang meninggal di Rumah Sakit Daerah (RSD) Kalabahi pada Jumat (4/9/2020) malam, membantah hasil rekam medis Rapid Test, SL reaktif Covid-19.
Keluarga menyebut, pasien SL murni memiliki riwayat penyakit TBC dan Asma. Dia bukan sakit bergejala seperti penyakit virus corona (reaktif Covid-19) sesuai hasil Rapid Test yang dirilis Satgas Covid-19 Kabupaten Alor.
âBegini, saya punya adik itu dia punya sakit dengan penyakit yang sama selama berulang kali selama 3 tahun 8 bulan. Riwayat Penyakit sebelumnya itu napas sesak, batuk kering yang boleh dibilang Asma begitu lah. Itu sudah sakit lama 3 tahun 8 bulan. Jadi dia sakit sering kambuh-sering kambuh begitu sampai selama 3 tahun 8 bulan,â kata kakak Almarhum SL, Salmon M. Langmau, Senin (7/9/2020) dihubungi di kediamannya, Habeleng.
Ia mengatakan, SL sudah lama mengidap penyakit TBC dan Asma. Berbagai upaya keluarga mengobati almarhum sudah dilakukan berulang kali namun penyakit SL sering kambuh.
Menurut Salmon, tepat hari Jumat tanggal 4 September 2020 adiknya kebali jatuh sakit sehingga ia meminta keluarga membawanya ke Rumah Sakit siang itu untuk dirawat. Tepat sekitar pukul 19.00 wita, SL dinyatakan meninggal dunia di ruang IGD RSD Kalabahi.
Baca Juga: https://tribuanapos.net/2020/09/05/breaking-news-satu-pasien-reaktif-covid-19-meninggal-di-rsd-kalabahi/
Selain memiliki riwayat TBC dan Asma, Salmon menambahkan, almarhum juga jarang keluar rumah. Hari-hari pekerjaan yang digelutinya hanya mencetak batu merah untuk dijual guna menghidupi keluarganya. Tidak ada pekerjaan lain yang ia lakukan di luar rumah.
âLalu dia punya kerja itu kerja batu (bata) di rumah saja. Hari-hari dia hanya kerja batu saja,â katanya.
âPertanyaan kami keluarga adalah, kenapa seseorang yang selalu duduk di rumah kerja pekerjaan batu ini bisa dianggap sebagai orang Corona? Ataukah orang-orang yang merantau jalan-jalan di aspal itu yang kena Corona?â tanya Salmon heran atas hasil Rapid Test dari RSD.
Kemudian lanjut Salmon, SL juga diketahui belum pernah bepergian keluar daerah sejak pemerintah pusat dan daerah mengumumkan pandemi Covid-19 pada awal Maret lalu.
Salmon mengisahkan, adiknya itu pun jangankan keluar daerah, keluar jalan ke Kota Kalabahi saja belum pernah. Hari-hari almarhum hanya menyibukan diri dengan pekerjan mencetak batu merah di rumahnya.
âDia tidak pernah ke luar daerah. Jangan kan ke Kalabahi, turun antar anaknya ke sekolah (dekat sini) saja dia punya istri yang antar. Urusan keluarga juga dia pergi taruh dia punya sumbangan habis sudah pulang kerja batu. Apakah itu dikategorikan sebagai orang Corona?â kesalnya.
Baca Juga: https://tribuanapos.net/2020/09/05/satgas-covid-19-alor-pasien-yang-meninggal-di-rsd-belum-tes-swab/
âDi rumah juga dia tidak pernah kontak langsung dengan orang luar. Dia hanya kerja batu saja,â sambung Salmon yang masih aktif PNS dan bertugas di kantor Dinas Kesehatan Kabupaten Alor itu.
Salmon lalu mempertanyakan hasil rekam medis tim dokter RSD Kalabahi yang menyatakan bahwa pasien adiknya itu diketahui reaktif Covid-19 sesuai Rapid Test. Padahal, rekam jejak pasien tidak pernah bepergian keluar daerah, ke kota Kalabahi maupun tidak pernah kontak langsung dengan orang luar.
âBagaimana orang Pemda mau kategorikan itu orang (SL) Covid? Saya ini termasuk senior orang kesehatan ko bagaimana. Sekalipun saya bukan dokter ahli tapi saya medis yang sudah lama bekerja dan tinggal 1 tahun lagi saya pensiun,â ujarnya.
Salmon juga mengungkapkan Rapid Test yang dilakukan pihak rumah sakit tanpa pemberitahuan kepada pihak keluarga. Sehingga ia mempertanyakan kapan Rapid Test dilakukan? Apakah Rapid Test dilakukan setelah pasien meninggal dunia atau belum?
âJadi begini. Rapid Test itu makanya saya mau tanya dokter, apakah diambil itu sebelum dia putus napas atau sesudah? Kan tidak (masuk) logika saya to? Waktu belum mati kenapa dong tidak ambil Rapid Test, tidak ambil dia punya sputum? Saya tahu cara-cara itu. Ko sudah putus napas (baru) ambil dia punya sputum, kan lucu. Ada apa di balik itu? Makanya saya kurang setuju (hasil Rapid Test kalau adik saya reaktif Covid-19),â pungkasnya.
Baca Juga: https://tribuanapos.net/2020/09/05/tim-satgas-covid-19-alor-jemput-jenazah-di-rsd-kalabahi/
Salmon menyampaikan isi hati pihak keluarga yang sedih dan merasa kehilangan atas kepergian almarhum. Sebab mereka tidak diperkenankan melihat Jenazah SL di ruang Jenazah hingga dikuburkan. Mereka kecewa karena prosesi pemakaman juga tidak menggunakan adat dan kebiasaan orang Alor.
âWalaupun hati saya sakit karena adik saya jalan tanpa satu kesan. Jadi keluarga datang, semua penuh kesedihan, menangis. Keluarga Habeleng juga datang, malah mereka yang tahan oto (Ambulance). Kami juga bertanya, kelebihan apa adik saya ini? Tentu dia orang baik dalam kampung sini,â pungkasnya, terharu.
Diberitakan, Ketua Satgas Pencegahan dan Penanganan Covid-19 Kabupaten Alor Sony O. Alelang mengatakan ada seorang pasien meninggal di RSD Kalabahi pada Jumat, (4/9/2020) malam. Dari hasil Rapid Test, pasien diketahui reaktif Covid-19 sehingga acara pemakamannya pada Sabtu, (5/9) sore, semuanya menggunakan protokol kesehatan.
Sony menyebut, untuk membuktikan pasien positif Covid-19 atau tidak, tim dokter Satgas sudah mengambil sampel Swab dan dikirim ke Kupang untuk dianalisis di Laboratorium RSUD Prof. Johannes Kupang. (*dm).