CD Bethesda Gelar Pelatihan Cegah Kekerasan Terhadap Perempuan dan Anak di Alor

Kegiatan KTPA secara daring yang disenggarakan CD Bethesda, Rabu (27/10) di Aula Kampus Untrib Kalabahi.
Kegiatan KTPA secara daring yang disenggarakan CD Bethesda, Rabu (27/10) di Aula Kampus Untrib Kalabahi.
Kalabahi –
CD Bethesda menggelar pelatihan penanganan kekerasan terhadap perempuan dan anak (KTPA) di Kabupaten Alor Provinsi NTT. Kegiatan yang dilakukan secara daring dan tatap muka itu dimaksudkan untuk mencegah angka kasus KTPA yang kian marak di pulau julukan Nusa Kenari ini.
Area Manager CD Bethesda Alor, Otto Nodi Adyanto menjelaskan, pelatihan penanganan kekerasan terhadap perempuan dan anak ini diselenggarakan atas kerja sama CD Bethesda Yakkum dengan Sanggar Suara Perempuan TTS, melibatkan Jejaring pemerhati KTPA di Kabupaten Alor.
Baca Juga: https://tribuanapos.net/2021/10/29/perayaan-sumpah-pemuda-unik-di-alor-ntt/
“Kegiatan dilaksanakan di Kampus Universitas Tribuana Kalabahi pada tanggal 27 Oktober sebagai kelanjutan dari pelatihan sesi pertama di bulan September yang lalu,” kata Otto, Jumat (29/10/2021) di Kalabahi.
Adapun kegiatan pelatihan daring KTPA seri 2 ini menghadirkan narasumber yang berkompoten, di antaranya; Ir. Rambu Atanau Mella selaku Direktur Sanggar Suara Perempuan Provinsi NTT. Topik materinya; Apa itu Gender?
Kemudian, Nasumber lainnya: Sarci Maukari selaku Koordinator Divisi Pendampingan dan pemberdayaan perempuan dan anak korban kekerasan. Topik materinya tentang kekerasan terhadap perempuan dan anak. Kegiatan dipandu Moderator: Dewi Utari dan Ir. Filpin Taneo.
Baca Juga: https://tribuanapos.net/2021/10/28/polda-ntt-otopsi-jenazah-siswa-smp-di-alor/
Otto menyebut, pelatihan ini diikuti tidak kurang dari 25 peserta yang berasal dari  kalangan perguruan tinggi, gereja, pemerhati, pegiat media, dan pekerja social yang tergabung dalam jejaring KTPA.
“Kita harap kegiatan ini ada kesadaran masyarakat intelektual untuk memperjuangkan keselamatan Perempuan dan Anak di Kabupaten Alor dari tindakan kekerasan dalam bentuk apapun,” ungkapnya.
Baca Juga: https://tribuanapos.net/2021/10/28/video-guru-di-ntt-diduga-aniaya-siswanya-hingga-tewas/
Ia menjelaskan, upaya penyuaraan dan pendampingan terhadap korban kekerasan perlu menjadi kesadaran dan komitmen semua kalangan baik yang hadir dari perkotaan maupun pedesaan di Kabupaten Alor.
Sebab tingginya angka tindak kekerasan yang berujung pada trauma hingga kematian menjadi keprihatinan yang mendalam.
“Lebih spesifik lagi bahwa tindakan kekerasan terhadap perempuan dan anak memiliki korelasi erat dengan persoalan kegagalan tumbuh generasi di Indonesia khususnya di Kabupaten Alor yang saat ini juga sedang diupayakan ditekan oleh pemerintah,” ujarnya.
Baca Juga: https://tribuanapos.net/2021/10/26/pria-di-alor-aniaya-anak-hingga-9-jahitan-pelaku-belum-ditangkap-polisi/
Narasumber dan Moderator Kegiatan KTPA.
Narasumber dan Moderator Kegiatan KTPA.
Pelatihan penanganan KTPA ini selanjutnya akan diteruskan dalam bentuk pemagangan calon pekerja social yang diharapkan mampu melakukan upaya-upaya menggerakkan multi pihak untuk bekerjasama melakukan edukasi di masyarakat, mengelola informasi dan melakukan pendampingan korban kasus kekerasan di Alor.
“Semoga pelatihan sebagai upaya awal ini dapat memberi pencerahan tentang persoalan kekerasan terhadap perempuan dan anak serta membawa harapan bagi kehidupan yang lebih bermartabat bagi masyarakat di Pulau Kenari,” ungkapnya.
Baca Juga: https://tribuanapos.net/2021/10/26/siswa-smp-di-alor-tewas-diduga-dianiaya-gurunya/
Salsabila Sogo, salah satu peserta kegiatan daring seri 2, mengatakan ia sangat terkesan dengan kegiatan KTPA yang diselenggarakan CD Bethesda secara daring di Alor.
Aktivis GMNI Alor itu berpendapat bahwa kegiatan tersebut dapat memberikan manfaat baginya, utamanya mengenai bagaimana bisa memahami praktek gender dalam kehidupan sehari-hari.
“Artinya kesetaran gender itu harus kita mulai dari diri kita dan dari rumah. Kalau orang tua na harus bisa bagi tugas yang adil pada anak perempuan dan laki-laki. Kita harus ajar anak-anak tanggungjawab tanpa deskriminasi jenis kelamin,” ungkapnya.
Selain itu, Salsabila mengungkapkan bahwa kegiatan tersebut membuat dia juga paham tentang bagaimana bisa menjaga diri agar tidak terjerumus dalam kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak.
Baca Juga: https://tribuanapos.net/2021/10/26/pria-di-alor-aniaya-anak-hingga-9-jahitan-pelaku-belum-ditangkap-polisi/
“Saya kira ini juga harus dimulai dari dalam rumah. Contoh, pendidikan sex dini itu orang tua harus bisa ajar anaknya di rumah. Ada pengetahuan bagian-bagian tubuh tertentu yang tidak boleh disentuh kecuali orang tua ya mama. Ini mama harus ajar anak supaya mereka paham dan bisa jaga diri,” terang dia.
Salsabila yang selalu konsiten pada isu KTPA di Alor ini mengucapkan terima kasih dan apresiasi pada CD Bethesda atas terselenggaranya kegiatan pelatihan daring KTPA.
Ia harap ke depan isu KTPA ini tidak hanya menjadi konsen CD Bethesda saja namun juga menjadi perhatian pemerintah, lembaga-lembaga agama, organisasi sosial, akademisi dan masyarakat.
“Kita semua harus kampanye isu ini di masyarakat agar dapat menekan angka kasus KTPA di Alor,” tutup Salsa, sapaannya. (*dm).