PT Perusahaan Listrik Negara Unit Layanan Pelanggan (PLN ULP) Kalabahi memastikan, belum bisa membangun jaringan listrik di Kecamatan Pureman Kabupaten Alor, Provinsi NTT, akibat medan yang sulit.
Hal itu dikatakan Manager PT PLN ULP Kalabahi Melianus Tefu, yang diwakili Supervisor Pelayanan Pelanggan, Johan, menjawab tuntutan GMNI Alor yang meminta PLN segera membangun jaringan listrik di Pureman.
Johan, menerangkan, pihaknya belum bisa membangun jaringan listrik di desa-desa di Kecamatan Pureman yang wilayahnya berbatasan laut langsung dengan Negara Timor Leste, karena terkendala akses jalan yang buruk.
Dia mengakui PLN sudah menerima aspirasi mahasiswa dan masyarakat untuk pembangunan jaringan listrik di Kecamatan Pureman, namun karena terkendala akses jalan yang buruk sehingga sulit untuk proyek tersebut direalisasikan di sana.
“Pureman itu awal semester lalu sudah ada mahasiswa (SEMATA Kalabahi) yang datang (keluhkan) di Desa Purnama dan lain sebagainya (yang belum terang). Tapi Pureman itu terlalu susah untuk kita layani karena akses medannya (sulit),” kata Johan ketika dialog dengan aktivis GMNI, Rabu (12/10) di Kalabahi.
Johan meminta GMNI Alor, SEMATA Kalabahi dan masyarakat Pureman untuk menemui Pemkab Alor dan Pemprov NTT, meminta pembangunan ruas jalan aspal menuju Pureman. Hal itu perlu dilakukan sehingga bisa memudahkan akses pemasangan jaringan listrik di sana.
“Pureman susah sekali kita nyalakan. Di sana, jalannya masih susah diakses. Saya minta tolong teman-teman ke pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten, minta jalan yang bagus dulu. (Kalau jalan sudah bagus) kita bisa usahakan secepatnya,” ujarnya.
Johan juga mengakui bahwa PLN baru memasang PLTS di Desa Langkuru, itu pun belum semua wilayah desa itu menyala. Sementara tiga desa lainnya, seperti; Desa Purnama, Langkuru Utara dan Kailesa, belum dialiri listrik sama sekali.
“Pureman itu Desa Langkuru yang sudah kita nyalakan dengan PLTS,” katanya.
PLN Siap Tarik Listrik ke Pureman
Sebelumnya, Serikat Mahasiswa TATAKATA bersama Kepala Desa Langkuru Utara, tanggal 18 Maret 202 datang membawa pernyataan sikap tuntutan kepada Manager PLN ULP Kalabahi, Melianus Tefu, untuk membangun jaringan listrik di Kecamatan Pureman. Sebab wilayah itu masih gelap.
“Kami datang membawa aspirasi supaya PLN bisa bangun jaringan listrik di kampung kami Kecamatan Pureman. Karena kami ini tinggal berbatasan laut dengan Timor Leste tapi negeri kami ini masih gelap sejak Indonesia ini merdeka,” kata Ketua SEMATA Cabang Kalabahi, Yanse Dian Keden ketika berdialog dengan Manager PLN Kalabahi, Tefu di kantor PLN, Kalabahi Kota.
Manager PLN ULP Kalabahi Melianus Tefu, mengapresiasi langkah mahasiswa SEMATA Kalabahi yang datang bersilaturahmi dengannya meminta perhatian pembangunan listrik di Kecamatan Pureman.
Melianus mengatakan bahwa PLN siap dan akan membangun listrik di Kecamatan Pureman karena grand design PLN untuk listrik di empat Desa di Kecamatan Pureman, sudah ada di PLN.
“Grand design listrik di Pureman memang sudah ada pada data kami di PLN. Sekarang kami menunggu Acc anggaran dari (PLN) pusat maka sudah bisa kita bangun. Usulan pembangunannya sudah masuk bersama sekitar 28 Desa untuk dikerjakan di tahun 2022 ini atau nanti di tahun 2023. Kita menunggu Acc anggaran dari pusat. Kalau sudah Acc maka kita sudah bisa langsung kerjakan,” katanya.
Melianus juga menerangkan kendalanya bahwa PLN selama ini tidak bisa menarik listrik ke Pureman karena data yang ada di PLN menyebutkan bahwa desa-desa di wilayah Pureman sudah menggunakan listrik non PLN, yaitu PLTA, PLTS dan macam-macam sumber listrik pengadaan dari Dana Desa.
Untuk memastikan bahwa listrik di Pureman saat ini belum ada, maka Manager PLN ULP Kalabahi Melianus Tefu meminta SEMATA berkoordinasi dengan kepala-kepala desa di Pureman supaya membuat pernyataan tertulis bahwa desanya belum ada listrik. Surat itu penting menjadi syarat pembangunan listrik PLN di Pureman.
Surat pernyataan itupun perlu menyatakan bahwa masyarakat bersedia menggunakan jasa listrik dari PLN dan tidak menggunakan jasa listrik dari sumber lain. Melianus meminta surat pernyataan tersebut segera dibuat untuk dimasukkan di kantor PLN Kalabahi agar tidak menghambat pembangunan listrik di Pureman nanti.
Selain itu, Melianus juga meminta masyarakat Pureman supaya bila listrik mulai dikerjakan di Pureman maka para kepala-kepala desa dan masyarakat harus berperan aktif mendukungnya. Ia tidak ingin ada masyarakat yang protes tanamannya ditebang untuk kepentingan pemasangan jaringan listrik.
“Kita tidak ingin ribut-ribut soal itu. Kita baru potong pisang saja ributnya minta ampun. Saya minta tolong bapak Desa kalau bisa jangan ada yang protes kalau tim teknis mulai pasang listrik di sana,” kata Melianus sambil menatap wajah Kepala Desa Langkuru Utara Leonardus Mautorin yang turut hadir bersama SEMATA dalam dialog itu.
Kepala Desa Langkuru Utara Leonardus Mautorin, menyatakan kesanggupannya bahwa dia dan masyarakatnya akan mendukung penuh PLN jika nanti membangun jaringan listrik di desanya dalam tahun ini dan/atau tahun depan.
Leonardus juga bergerak cepat bersama Ketua SEMATA Yanse Dian Keden berkoordinasi dengan Kepala Desa Kailesa Jefrinase Sailana dan Kepala Desa Purnama Melkisedek Lukuaka untuk membuat surat pernyataan kesanggupannya menerima dan menggunakan jasa listrik PLN.
Surat kesediaan dari Desa Langkuru Utara, Desa Kailesa, Desa Purnama itu sudah dimasukkan ke kantor PLN ULP Kalabahi pada Senin 21 Maret 2022 sekitar pukul 13.00 WITA.
“Kami sudah antar surat pernyataan dan surat permohonan pembangunan listrik di tiga desa ke kantor PLN. Surat diterima Satpam dan staf PLN. Kita harap sudah tidak ada lagi kendala bangun listrik di Pureman. Kami mahasiswa akan terus kawal,” kata Ketua SEMATA Yanse Dian Keden.
Pureman memang Kecamatan yang belum sama sekali ada aspal dan listrik di 3 desa selama 9 tahun putra asli Pureman, Drs. Amon Djobo menjabat Bupati Alor.
Masyarakat Pureman berharap, di sisa waktu periode Bupati Amon Djobo yang akan berakhir di tahun 2023 ini bisa menganggarkan pembangunan jalan menuju Pureman.
Karena jika pembangunan jalan tersebut terealisasi maka itu sebagai bentuk legacy atau warisan politik yang ia tinggalkan dan sebagai bentuk penghargaannya pada suara masyarakat Pureman yang bulat mendukungnya menjadi Bupati Alor dua periode. (*dm).