Setelah unjuk rasa di Polres Alor, puluhan aktivis GMNI Alor melanjutkan aksinya di kantor PLN Unit Layanan Pelanggan (ULP) Kalabahi, Rabu (12/10). Mereka diterima Manager PLN ULP Kalabahi, Tefu yang diwakili Supervisor Pelayanan Pelanggan, Johan.
Aksi itu GMNI mendesak PLN segera memperbaiki layanan listrik pintar kepada masyarakat yang dianggapnya masih buruk. GMNI juga mendesak PLN segera membangun jaringan listrik di Desa Margeta dan desa-desa di Kecamatan Pureman yang berbatasan laut dengan Negara Timor Leste namun hingga kini masih gelap.
Sekretaris GMNI Cabang Alor Cornelis Banabera dalam orasinya mengatakan, GMNI menuntut PLN memperbaiki layanan listrik pintar dan berbagai proyek listrik yang mangkrak di Desa Halerman dan Margeta Kecamatan ABAD Selatan.
Menurutnya, untuk layanan listrik pintar ini pihaknya telah mendapat aduan masyarakat soal meteran yang sudah habis pulsa token namun lampunya tidak padam tetapi PLN malah memberikan denda kepada masyarakat.
“Kami dengar ada pengeluhan dari masyarakat bahwa ada masyarakat yang punya Meteran, ketika mereka pakai aliran di Token listrik itu sampai selesai tapi lampunya tidak mati tapi tetap menyala. Mereka sudah laporkan ke PLN tetapi PLN tidak lakukan pengawasan dan pengecekan. Mereka biarkan saja nanti sudah berbulan-bulan baru turun pemeriksaan sekaligus kasih denda. Nah ini jadi persoalan,” kata Cornelis.
“Sehingga PLN perlu lakukan evaluasi. Tolong tegur petugas-petugas yang turun periksa meteran listrik sehingga kalau ada temuan seperti itu ya jangan merugikan masyarakat dengan bayar denda. Listrik pintar apa yang kita pakai, pulsa listrik habis tapi kita masyarakat masih bayar denda. Ini jadi soal. Lebih baik kita kembali pada kemarin yang tidak perlu pakai meteran pulsa. Ini harus jadi PR besar bapak mama semua di PLN,” lanjut Cornelis.
Selain itu, Cornelis juga menuntut PLN ULP Kalabahi memasang jaringan listrik di Desa Halerman dan Margeta Kecamatan ABAD Selatan. Sebab menurutnya, ia mendapat aduan bahwa kedua desa itu wilayahnya belum semua terpasang aliran listrik pintar.
“Banyak sekali proyek PLN yang mangkarak di mana-mana. Salah satunya proyek listrik di Desa Halerman dan Margeta. Bapak ibu perlu tahu bahwa tiang listrik ini mereka sudah tanam, kemudian proyek berikut turun, mereka tanam lagi tetapi listrik tidak pernah menyala di sana. Ini kan persoalan. Apa tindakan PLN Kalabahi? Bapak dorang tidak boleh main-main terhadap persoalan ini. Alor ini harus terang. Masyarakat Alor harus sejahtera. Kalaupun proyek turun, harus kerja sampai tuntas, tidak boleh kerja setengah-setengah begitu,” kesalnya.
“Bapak dorang silahkan turun dan cek di Desa Halerman dan Margeta. Itu tiang listrik sudah jadi apa, tapi listrik belum menyala. Masalah-masalah seperti ini harus diselesaikan. Jangan dibiarkan,” lanjut Cornelis.
Sementara, Ketua GMNI Cabang Alor Gilamo Turwin meminta PLN memasang listrik di beberapa RT di Desa Halerman yang belum dialiri listrik.
Gilamo mengakui bahwa banyak warga di Desa Halerman yang kesulitan memasang listrik karena biaya pengadaan meteran yang cukup mahal mencapai Rp 1,4 juta/meteran 900 KWH.
“Biaya ini sangat mahal bagi masyarakat sehingga meskipun listrik di Desa Halerman itu kabelnya sudah masuk di beberapa dusun tetapi masyarakat kesulitan beli meteran untuk pasang,” katanya.
Selain itu, Gilamo juga meminta PLN segera menyambung jaringan listrik ke Desa Margeta karena desa tersebut belum dialiri listrik. “Kita minta supaya PLN harus pasang sampai ke Margeta supaya masyarakat di sana bisa terlayani,” ungkapnya.
Gilamo juga mengimbau masyarakat Desa Margeta agar membebaskan lahannya untuk pemasangan tiang jaringan listrik. Ia tidak ingin ada penolakan masyarakat gara-gara lahannya tidak dibebaskan untuk pemasangan jaringan listrik PLN di desa itu.
GMNI Minta PLN Kalabahi Pasang Listrik di Pureman
Selain tuntutan pemasangan jaringan listrik di Desa Halerman dan Margeta, Sekretaris GMNI Cabang Alor Cornelis Banabera juga meminta PLN segera memasang jaringan listrik di 4 desa di Kecamatan Pureman. Sebab sejak Indonesia merdeka ini listrik belum menyala di Pureman yang merupakan wilayah perbatasan laut langsung dengan Negara Timor Leste.
“Silahkan cek di kecamatan Pureman. Itu kecamatan yang hari ini listrik belum masuk sama sekali. Ini menjadi tugas besar bagi PLN. PLN tolong usulkan sehingga proyek pembangunan listrik di Pureman ini bisa jalan,” katanya.
“Masyarakat di Pureman sana sangat butuh aliran listrik. Kita sudah berada pada era listrik pintar. Era ini kenapa masyarakat di desa-desa belum menikmati aliran listrik. Ini jadi soal. Bapak dorang di PLN perlu tahu itu kalau kita punya masyarakat di pedesaan itu sangat membutuhkan aliran listrik. Jadi bapak dorang harus turun cek, desa-desa mana yang listrik belum masuk. Itu perlu diperhatikan sehingga masyarakat bisa sejahtera,” kata Cornelis.
PLN: Halerman Sudah Terang
Manager PLN ULP Kalabahi, Tefu yang diwakili Supervisor Pelayanan Pelanggan, Johan, mengatakan, pihaknya sudah memasang jaringan listrik di Desa Halerman. Pemasangan jaringan listrik itu dilakukan pada tanggal 20 Juli 2022.
“Halerman itu sudah nyala pada tanggal 20 Juli 2022 kemarin. Kebetulan kami yang nyalakan. Halerman itu termasuk proyek yang progresnya lumayan cepat. Jadi saya klarifikasi ya, kalau Halerman itu udah menyala,” kata Johan di hadapan puluhan masa GMNI dan tokoh masyarakat, Lomboan Djahamou.
Johan menerangkan bahwa pihaknya sudah memasang jaringan listrik di Desa Haleman namun seluruh dusun atau RT di desa itu belum sepenuhnya terang karena masyarakatnya ada yang belum memasang meteran listrik. Johan meminta masyarakat desa segera memasang meteran listrik dengan biaya sebesar Rp 1,4 juta/meteran 900 KWH.
“Saya kasitahu kalian semua bahwa biaya meteran Rp 1,4 juta untuk 900 (KWH) itu sudah terlalu murah,” ujar Johan menjawab tuntutan demonstran.
Selain itu, Johan mengakui bahwa memang masih ada RT yang belum menyala karena PLN masih sedang dalam proses memperluas jaringan listrik ke wilayah RT-RT di Haleman. “Pasang listrik itu semua butuh proses ya,” jelasnya.
Sementara untuk pemasangan jaringan listrik di Desa Margeta, Johan mengatakan pihaknya masih dalam proses pemasangan di Halerman. Ia memastikan bahwa setelah proyek jaringan listrik di Halerman selesai maka tahun depan PLN akan pasang di Desa Margeta.
“Yang belum memang Margeta, tapi kita itu kasih nyala listrik itu gak seperti kita kasih tumbuh pohon, tidak. Kita itu listrik tarik kabelnya ke Halerman baru lanjut ke bawah, Margeta. Semuanya butuh proses. Tapi Margeta dalam proses pekerjaan, tahun depan sudah bisa dinyalakan,” terang Johan.
Belum Ada Jalan Aspal Jadi Kendala PLN Bangun Listrik di Pureman
Supervisor Pelayanan Pelanggan PLN ULP Kalabahi, Johan, juga menjawab tuntutan GMNI soal pemasangan jaringan listrik di Kecamatan Pureman. Ia menerangkan, pihaknya belum bisa membangun jaringan listrik di desa-desa di Kecamatan Pureman karena terkendala akses jalan yang belum memadai.
Johan mengakui aspirasi membangun jaringan listrik di Pureman ini cukup banyak yang ia terima. Karena selain dari GMNI, sebelumnya sudah ada aspirasi Mahasiswa SEMATA Cabang Kalabahi yang datang meminta PLN membangun jaringan listrik di Pureman.
Meski demikian, karena terkendala akses jalan yang buruk sehingga membuat PLN sulit mobilisasi peralatan untuk pemasangan jaringan listrik di Pureman.
“Pureman itu awal semester lalu sudah ada mahasiswa (SEMATA Kalabahi) yang datang (keluhkan) di Desa Purnama dan lain sebagainya (yang belum terang). Tapi Pureman itu terlalu susah untuk kita layani karena akses medannya (sulit),” kata Johan menjawab tuntutan GMNI.
Johan meminta GMNI Alor, SEMATA Kalabahi dan masyarakat Pureman untuk menemui Pemkab Alor dan Pemprov NTT, meminta pembangunan jalan aspal menuju Pureman. Hal itu perlu dilakukan sehingga bisa memudahkan akses mobilisasi alat untuk pemasangan jaringan listrik di sana.
Sebab jika jalannya masih buruk maka tentu PLN belum bisa membangun jaringan listrik masuk wilayah desa-desa di Kecamatan Pureman.
“Pureman susah sekali kita nyalakan. Di sana, jalannya masih susah diakses. Saya minta tolong teman-teman ke pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten, minta jalan yang bagus dulu. (Kalau jalan sudah bagus) kita bisa usahakan secepatnya (membangun jaringan listrik),” ujarnya.
Ia juga mengakui bahwa PLN baru memasang PLTS di Desa Langkuru, sementara tiga desa lainnya; Desa Purnama, Langkuru Utara dan Kailesa belum dialiri listrik akibat medan jalan yang buruk. “Pureman itu Desa Langkuru yang sudah kita nyalakan dengan PLTS, lainnya belum karena jalannya buruk,” kata Johan. (*dm).