
Kalabahi –
Setelah unjuk rasa di Polres Alor, puluhan aktivis GMNI Alor melanjutkan aksinya di kantor PLN Unit Layanan Pelanggan (ULP) Kalabahi, Rabu (12/10). Mereka diterima Manager PLN ULP Kalabahi, Tefu yang diwakili Supervisor Pelayanan Pelanggan, Johan.
Aksi itu GMNI mendesak PLN segera memperbaiki layanan listrik pintar kepada masyarakat yang dianggapnya masih buruk. GMNI juga mendesak PLN segera membangun jaringan listrik di Desa Margeta dan desa-desa di Kecamatan Pureman yang berbatasan laut dengan Negara Timor Leste namun hingga kini masih gelap.
Sekretaris GMNI Cabang Alor Cornelis Banabera dalam orasinya mengatakan, GMNI menuntut PLN memperbaiki layanan listrik pintar dan berbagai proyek listrik yang mangkrak di Desa Halerman dan Margeta Kecamatan ABAD Selatan.
Baca Juga: https://tribuanapos.net/2022/10/17/lomboan-djahamou-duga-ada-pencurian-aliran-listrik-untuk-dipasang-di-rumah-pribadi-ketua-dprd-alor/
Menurutnya, untuk layanan listrik pintar ini pihaknya telah mendapat aduan masyarakat soal meteran yang sudah habis pulsa token namun lampunya tidak padam tetapi PLN malah memberikan denda kepada masyarakat.
âKami dengar ada pengeluhan dari masyarakat bahwa ada masyarakat yang punya Meteran, ketika mereka pakai aliran di Token listrik itu sampai selesai tapi lampunya tidak mati tapi tetap menyala. Mereka sudah laporkan ke PLN tetapi PLN tidak lakukan pengawasan dan pengecekan. Mereka biarkan saja nanti sudah berbulan-bulan baru turun pemeriksaan sekaligus kasih denda. Nah ini jadi persoalan,â kata Cornelis.
Baca Juga: https://tribuanapos.net/2022/10/17/unjuk-rasa-sentil-kasusnya-ketua-dprd-alor-ada-penumpang-gelap-di-demo-gmni/
âSehingga PLN perlu lakukan evaluasi. Tolong tegur petugas-petugas yang turun periksa meteran listrik sehingga kalau ada temuan seperti itu ya jangan merugikan masyarakat dengan bayar denda. Listrik pintar apa yang kita pakai, pulsa listrik habis tapi kita masyarakat masih bayar denda. Ini jadi soal. Lebih baik kita kembali pada kemarin yang tidak perlu pakai meteran pulsa. Ini harus jadi PR besar bapak mama semua di PLN,â lanjut Cornelis.
Selain itu, Cornelis juga menuntut PLN ULP Kalabahi memasang jaringan listrik di Desa Halerman dan Margeta Kecamatan ABAD Selatan. Sebab menurutnya, ia mendapat aduan bahwa kedua desa itu wilayahnya belum semua terpasang aliran listrik pintar.
Baca Juga: https://tribuanapos.net/2022/10/14/jelang-hut-ke-58-ketua-dpd-ii-golkar-alor-ajak-masyarakat-ikut-jalan-santai-ada-undian-hadiah-menarik/
âBanyak sekali proyek PLN yang mangkarak di mana-mana. Salah satunya proyek listrik di Desa Halerman dan Margeta. Bapak ibu perlu tahu bahwa tiang listrik ini mereka sudah tanam, kemudian proyek berikut turun, mereka tanam lagi tetapi listrik tidak pernah menyala di sana. Ini kan persoalan. Apa tindakan PLN Kalabahi? Bapak dorang tidak boleh main-main terhadap persoalan ini. Alor ini harus terang. Masyarakat Alor harus sejahtera. Kalaupun proyek turun, harus kerja sampai tuntas, tidak boleh kerja setengah-setengah begitu,â kesalnya.
âBapak dorang silahkan turun dan cek di Desa Halerman dan Margeta. Itu tiang listrik sudah jadi apa, tapi listrik belum menyala. Masalah-masalah seperti ini harus diselesaikan. Jangan dibiarkan,â lanjut Cornelis.
Baca Juga: https://tribuanapos.net/2022/10/13/berkas-p-21-polisi-serahkan-tersangka-sas-ke-kejaksaan-negeri-alor/
Sementara, Ketua GMNI Cabang Alor Gilamo Turwin meminta PLN memasang listrik di beberapa RT di Desa Halerman yang belum dialiri listrik.
Gilamo mengakui bahwa banyak warga di Desa Halerman yang kesulitan memasang listrik karena biaya pengadaan meteran yang cukup mahal mencapai Rp 1,4 juta/meteran 900 KWH.
âBiaya ini sangat mahal bagi masyarakat sehingga meskipun listrik di Desa Halerman itu kabelnya sudah masuk di beberapa dusun tetapi masyarakat kesulitan beli meteran untuk pasang,â katanya.
Selain itu, Gilamo juga meminta PLN segera menyambung jaringan listrik ke Desa Margeta karena desa tersebut belum dialiri listrik. âKita minta supaya PLN harus pasang sampai ke Margeta supaya masyarakat di sana bisa terlayani,â ungkapnya.
Baca Juga: https://tribuanapos.net/2022/09/26/polisi-tahan-seorang-koster-gereja-gmit-di-alor-yang-diduga-cabuli-anak/
Gilamo juga mengimbau masyarakat Desa Margeta agar membebaskan lahannya untuk pemasangan tiang jaringan listrik. Ia tidak ingin ada penolakan masyarakat gara-gara lahannya tidak dibebaskan untuk pemasangan jaringan listrik PLN di desa itu.
GMNI Minta PLN Kalabahi Pasang Listrik di Pureman
Selain tuntutan pemasangan jaringan listrik di Desa Halerman dan Margeta, Sekretaris GMNI Cabang Alor Cornelis Banabera juga meminta PLN segera memasang jaringan listrik di 4 desa di Kecamatan Pureman. Sebab sejak Indonesia merdeka ini listrik belum menyala di Pureman yang merupakan wilayah perbatasan laut langsung dengan Negara Timor Leste.
âSilahkan cek di kecamatan Pureman. Itu kecamatan yang hari ini listrik belum masuk sama sekali. Ini menjadi tugas besar bagi PLN. PLN tolong usulkan sehingga proyek pembangunan listrik di Pureman ini bisa jalan,â katanya.
Baca Juga: https://tribuanapos.net/2022/09/24/terima-aduan-kasus-sas-dari-aku-alor-dprd-pastikan-panggil-bupati-dan-ketua-ms-gmit/
âMasyarakat di Pureman sana sangat butuh aliran listrik. Kita sudah berada pada era listrik pintar. Era ini kenapa masyarakat di desa-desa belum menikmati aliran listrik. Ini jadi soal. Bapak dorang di PLN perlu tahu itu kalau kita punya masyarakat di pedesaan itu sangat membutuhkan aliran listrik. Jadi bapak dorang harus turun cek, desa-desa mana yang listrik belum masuk. Itu perlu diperhatikan sehingga masyarakat bisa sejahtera,â kata Cornelis.
PLN: Halerman Sudah Terang
