Badan Bahasa Merevitalisasi Bahasa Retta di Pulau Ternate Alor

Peserta kegiatan Revitalisasi Bahasa Retta yang digagas Badan Bahasa Provinsi NTT, sedang pementasan nyanyian, pembacaan puisi, monolog, drama, dan lego-lego dalam bahasa Retta.
Peserta kegiatan Revitalisasi Bahasa Retta yang digagas Badan Bahasa Provinsi NTT, sedang pementasan nyanyian, pembacaan puisi, monolog, drama, dan lego-lego dalam bahasa Retta.

Kalabahi –

Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa (Badan Bahasa), Kemendikbudristek, menggelar pentas aksi Revitalisasi Bahasa Retta di Pulau Ternate, Kecamatan Alor Barat Laut, Kabupaten Alor, Nusa Tenggara Timur.

Kegiatan aksi Revitalisasi Bahasa berlangsung di depan SD Inpres Ternate II, Desa Ternate Selatan, Pulau Ternate pada Sabtu (4/9/2021). Panggung pertunjukkan dikemas tepat memungggungi Pulau Pura, pulau yang secara historis merupakan tempat bahasa Retta berasal.

Acara tersebut merupakan puncak latihan berupa pementasan dari anak-anak rentang usia Sekolah Dasar hingga SMP dalam menampilkan nyanyian, pembacaan puisi, monolog, drama, dan lego-lego dalam bahasa Retta.

Baca Juga: https://tribuanapos.net/2021/08/29/gerindra-siapkan-gabriel-beri-binna-caleg-dpr-ri-dan-iskandar-lakamau-cabup-alor-di-2024/

Mereka berlatih sejak bulan April hingga Agustus di bawah koordinasi Badan Bahasa. Akhir Agustus hingga awal September, Badan Bahasa kembali meninjau sekaligus mematangkan proses kegiatan anak-anak dengan melibatkan seluruh elemen masyarakat di Desa Ternate Selatan.

Staf Badan Bahasa Evi Noviani mengatakan, kegiatan Revitalisasi yang dilakukan Badan Bahasa di pulau Ternate ini merupakan satu rangkaian panjang. Berawal dari pemetaan bahasa, berlanjut pada kerja penelitian dalam vitalitas bahasa.

Peserta kegiatan Revitalisasi Bahasa Retta yang digagas Badan Bahasa Provinsi NTT, sedang pementasan nyanyian, pembacaan puisi, monolog, drama, dan lego-lego dalam bahasa Retta.
Peserta kegiatan Revitalisasi Bahasa Retta sedang pementasan nyanyian, pembacaan puisi, monolog, drama, dan lego-lego dalam bahasa Retta.

Selanjutnya, kata Evi, vitalitas merumuskan keberlanjutan menjadi tahap revitalisasi atau konservasi hingga berakhir pada tahap peregistrasian bahasa. Karena Bahasa Retta termasuk salah satu bahasa di kepulauan Alor yang berpotensi terancam punah.

Baca Juga: https://tribuanapos.net/2021/08/28/esthon-foenay-lantik-dpc-partai-gerindra-kabupaten-alor-berikut-susunan-pengurusnya/

“Revitalisasi dilakukan Badan Bahasa lantaran sebelumnya sudah diuji melalui kajian vitalitas bahasa, dan hasilnya menunjukkan bahwa Bahasa Retta mengalami kemunduran dan berpotensi terancam punah,” kata Evi Noviani.

Peneliti Badan Bahasa lainnya, Moses mengatakan, pihaknya tertarik meneliti bahasa Retta karena selain berpotensi terancam punah, bahasa tersebut juga mampu menyatuhkan kepelbagaian kebudayaan masyarakat pulau Pura dan pulau Ternate. Moses berharap hasil risetnya itu bisa menjadi pembelajaran di sekolah.

“Kedua pulau yang saling bersebelahan, Pura dan Ternate, memiiliki kesamaan berbahasa yaitu Retta. Situasi penting bagi kami untuk merevitalisasi bahkan ke depannya membasiskan muatan lokal bahasa tersebut supaya mutlak sebagai acuan pembelajaran,” ujarnya.

Baca Juga: https://tribuanapos.net/2021/08/21/utang-menumpuk-rsd-kalabahi-minta-tambahan-dana-rp-68-m/
Sekretaris Dinas Pendidikan Alor Mesak A. Malailak mewakili Kadis Alberth N. Ouwpoly dan Pemkab Alor, menandatangani Nota Komitmen antara Badan Bahasa dan Pemerintah Kabupaten Alor, Sabtu (4/9/2021) di Retta Desa Ternate Selatan./
Sekretaris Dinas Pendidikan Kabupaten Alor, Mesak A. Malailak mewakili Kadis Alberth N. Ouwpoly dan Pemkab Alor, menandatangani Nota Komitmen antara Badan Bahasa dan Pemerintah Kabupaten Alor, Sabtu (4/9/2021) di Retta Desa Ternate Selatan.

Para peneliti itu menyebut, indikator terancamnya eksistensi bahasa Retta, baik di Pulau Pura dan Pulau Ternate, yakni krisisnya sikap bahasa penutur. Hal tersebut jika tidak diantisipasi dapat terjadi kepunahan.

“Bila terjadi, maka status NTT sebagai pemilik bahasa daerah kedua terbanyak (72) setelah Papua sungguh disayangkan. Bahasa berdampak besar bagi identitas lokal setempat, berujung hilang bahasa menjadi tenggelam pula identitas kebudayaan di dalamnya,” tutur Moses.

Sementara itu, Ferdinandus Pangkul, Pengkaji Bahasa dan Sastra Kantor Bahasa Provinsi NTT menyebutkan bahwa, Badan Bahasa, Kemendikbudristek ini tersebar di 30 provinsi di seluruh Indonesia, termasuk di NTT Kantor Bahasanya berada di Kota Kupang.

Baca Juga: https://tribuanapos.net/2021/08/21/tuan-berpolitik-tanpa-tuhan/

Dia mengatakan, upaya pelestarian bahasa di NTT dan Alor ini harus menjadi tanggung jawab semua pihak termasuk pemerintah pusat dan daerah. Untuk itu sebagai bagian dari pelaksana teknis yang ada di daerah, ia menyatakan bahwa pihaknya akan terus melakukan pemantauan dan riset untuk mendukung pengembangan dan pelestarian bahasa daerah agar tidak punah. Sebab eksistensi keberadaan bahasa daerah menurutnya menandakan tradisi satra di daerah tersebut sedang berkembang baik.

“Sampai saat ini, Kantor Bahasa NTT sebagai perpanjangan tangan Badan Bahasa di daerah terus berupaya memetakan bahasa yang ada di kabupaten Alor dan daerah lain di NTT. Kecenderungan amannya suatu bahasa daerah juga pertanda situasi tradisi lisan (sastra) juga aman. Kedua unsur tersebut saling bersinergi,” terang dia.

Baca Juga: https://tribuanapos.net/2021/08/17/momentum-hut-ri-76-wakil-ketua-dprd-alor-beri-penghargaan-pada-nelayan-yang-melepas-penyu-ke-habitatnya/
Sekretaris Diknas Alor, Mesak A. Malailak dan Kadis Kebudayaan Alor Mesak Blegur foto bersama peneliti Badan Bahasa NTT usai acara Revitalisasi Bahasa Retta, Sabtu (4/9) di Desa Ternate Selatan.
Sekretaris Diknas Alor, Mesak A. Malailak (ketiga kanan) dan Kadis Kebudayaan Alor Mesak Blegur (ketiga kiri) foto bersama peneliti Badan Bahasa NTT usai acara Revitalisasi Bahasa Retta, Sabtu (4/9) di Desa Ternate Selatan.

Menurut Ferdinandus, Bahasa menunjukkan identitas suatu bangsa. “Kalau bahasa mati, hilanglah peradaban kebudayaan di dalamnya. Butuh pengorbanan, komitmen bersama serta rasa tanggung jawab untuk melestarikan bahasa daerah terhadap anak cucu sebagai pewaris bahasa. Tentu saja, hal ini sejalan dengan trigatra Badan Bahasa, yakni utamakan bahasa Indonesia, lestarikan bahasa daerah, dan kuasai bahasa asing,” pungkasnya.

Kepala SD Inpres Ternate II, Samuel Ata mengapresiasi kegiatan Revitalisasi Bahasa ini bisa digelar di sekolahnya. Ia mengatakan, pada masa lampau, Pulau Ternate ini tidak berpenghuni karena alasan tertentu seperti mencari ikan, dan tempat yang baru dihunilah Pulau Ternate ini. Untuk itu Kasek Samuel bersyukur kegiatan Badan Bahasa ini bisa sukses terlaksana dengan melibatkan anak-anak asuhnya.

Baca Juga: https://tribuanapos.net/2021/08/14/sengketa-lahan-proyek-tpa-lembur-diadukan-ke-dprd-alor/

Samuel berharap dengan hadirnya kegiatan revitalisasi Badan Bahasa ini bisa memicu semangat masyarakat, utamanya siswa untuk lebih giat menggunakan bahasa daerah sehari-hari sebagai wujud pelestarian bahasa agar tidak punah.

Sekretaris Dinas Pendidikan Kabupaten Alor, Mesak A. Malailak, yang turut hadir dalam acara itu, mengajak masyarakat, para guru dan tetua adat untuk melestarikan pentingnya bahasa Retta sebagai pemilik sah masyarakat Desa Ternate Selatan dan Desa Pura Selatan, Pulau Pura.

“Mari kita serukan kepada anak-anak kita karena mereka generasi penerus yang akan menjaga bahasa Retta terhadap anak cucunya juga. Jangan biarkan bahasa Retta terlupakan lantaran perkembangan zaman,” kata Mesak dalam sambutannya.

Baca Juga: https://tribuanapos.net/2021/08/14/serobot-lahannya-warga-alor-cegat-proyek-tpa-sampah-lembur-senilai-rp-15-miliar/
Peserta dari unsur siswa SD dan SMP foto bersama usai mengikuti kegiatan Revitalisasi Bahasa Retta di Desa Ternate Selatan.
Peserta siswa SD dan SMP foto bersama usai mengikuti kegiatan Revitalisasi Bahasa Retta di Desa Ternate Selatan, Sabtu (4/9).

Selain Mesak, turut hadir di acara itu Kepala Dinas Kebudayaan Kabupaten Alor, Mesak Blegur. Sapaannya Mesak menegaskan tentang pentingnya Bahasa Ibu sebagai bagian dari kerja kebudayaan yang tidak terpisahkan dalam kehidupan sosial kemasyarakatan.

“Jangan sampai bahasa Ibu dibiarkan mati, apalagi bahasa Retta di Desa Ternate Selatan ini. Bila bahasa mati maka tradisi-tradisi dalam kebudayaan akan ikut punah juga,” ujarnya.

Mesak juga menyambut baik segala upaya yang dilakukan Badan Bahasa di Alor untuk melestarikan Bahasa Retta agar tidak bernasib punah. Ia meminta Badan Bahasa agar ke depan ada sinergitas yang dibangun bersama guna mengembangan riset pada bahasa-bahasa lain di Alor yang mulai terancam punah.

Baca Juga: https://tribuanapos.net/2021/08/12/polres-alor-tangkap-pelaku-pengrusakan-mobil-ambulance-maliang-pelaku-terancam-bui-5-tahun/

“Segala upaya ini terpenting dikomunikasikan. Kami berterima kasih kepada Badan Bahasa yang sudah peduli terhadap bahasa yang kami miliki. Tentu saja, sepengamatan saya, bahasa A’e di Desa Wolwal, Kecamatan Alor Barat Daya juga berpotensi punah karena jumlah penutur hanya tinggal ratusan orang saja,” pungkas Kadis Mesak Blegur.

Kepala Dinas Pendidikan Alberth N. Ouwpoly mengatakan, dia sangat mendukung program revitalisasi dari Badan Bahasa di Pulau Ternate. Alberth berharap pasca kegiatan Badan Bahasa ini sekolah mewajibkan anak didiknya belajar bahasa Retta melalui kurikulum muatan lokal yang tersedia.

“Tentu saja kami berterima kasih. Kami mendukung program Badan Bahasa, seperti muatan lokal atau apapun itu agar diajarkannya Bahasa Retta di Pulau Ternate Selatan,” kata Alberth N. Ouwpoly ketika menerima para peneliti Badan Bahasa di ruang kerjanya.

Baca Juga: https://tribuanapos.net/2021/08/11/baru-semester-ii-swanti-sari-dopong-bangga-wakili-untrib-alor-dan-ntt-ke-kompetisi-nasional-mipa-2021/

Kegiatan Revitalisasi Bahasa Retta disaksikan oleh hampir seluruh elemen masyarakat Kampung Biatabang, Desa Ternate Selatan. Kegiatan dilaksanakan dengan disiplin protokol kesehatan yang ketat.

Di akhir kegiatan tersebut, ada penandatanganan Nota Komitmen antara Badan Bahasa dan Pemerintah Kabupaten Alor yang diwakili Kadis Kebudayaan dan Kadis Pendidikan Alor cq Sekretaris Diknas.

Adapun isi Nota Komitmen itu pada intinya memuat poin-poin penting tentang bersama-sama mendukung segala bentuk upaya pelestarian bahasa daerah di kabupaten Alor. (*dm).