Kalabahi- Bupati Alor Amon Djobo menolak keras penerapan kurikulum Merdeka Belajar yang dicanangkan Menteri Nadiem Makarim. Amon Djobo menyebut, kurikulum tersebut tidak sesuai dengan karakter anak didik di kabupaten Alor, Provinsi Nusa Tenggara Timur.
Kurikulum Merdeka Belajar adalah sebuah konsep yang bertujuan untuk memberikan kebebasan kepada para peserta didik untuk mengatur dan mengembangkan cara belajar mereka sendiri secara mandiri.
Kurikulum Merdeka Belajar ini merupakan bentuk transformasi sistem pendidikan di Indonesia yang diusung oleh Mendikbudristek Nadiem Makarim saat dilantik Presiden Joko Widodo pada tanggal 28 April 2021.
Dengan bangga, Nadiem memaparkan bentuk kurikulum Merdeka Belajar di Indonesia ke banyak tokoh dan pejabat saat melakukan lawatan ke AS sebagai bentuk keberhasilannya menjabat Mendikbudristek era Presiden Jokowi.
Konsep Merdeka Belajar yang sudah mendunia ini malah ditentang Bupati Alor Amon Djobo karena dinilai tidak akan bisa membawa perubahan yang berarti bagi kemajuan pendidikan anak didik di kabupaten Alor.
Bupati Alor dua periode ini menegaskan bahwa di kabupaten Alor pemerintah tidak bisa menerapkan kurikulum Merdeka Belajar. Menurutnya, Alor yang lebih tepat diterapkan adalah kurikulum atau metode ‘Paksa Belajar dan Tumbuk Belajar’ sesuai program daerah: Alor Pintar.
“Saya orang yang paling tidak sepakat dengan yang namanya kurikulum Merdeka Belajar. Di NTT di kabupaten Alor ini musti ‘Paksa Belajar,’ titik. Tidak ada wajib (Merdeka) Belajar. Omong kosong itu,” tegas Amon, ketika membuka Lokakarya 7 Guru Penggerak, Selasa (11/7) di Aula Diknas Alor, Jln. Luther Maarang, Kelurahan Welai Timur.
“Harus Paksa Belajar, Tumbuk Belajar, Dorong Belajar. Amen? Ya, mustitumbuk baru (anak didik) bisa belajar,” lanjut Amon disambut applause riuh 30 guru penggerak dan undangan kepala SMP/SMA yang hadir.
“Di Jakarta sana dorang bilang Ayo Kerja, Alor tidak bisa begitu. Alor harus paksa kerja, titik. Ya, karena ini kita punya orang dorang ini kalau tidak paksa ya tidak kerja. Amin? Ya, kita harus sedikit kasar baru tujuan (pendidikan) kita bisa tercapai,” katanya.
Bupati kemudian mengisahkan dia mendidik anak semata wayangnya ketika masih sekolah dulu. Ia mengatakan, betapa sulitnya mendidik anak untuk bisa rajin ke sekolah dan mau belajar.
Karena itu kurikulum Merdeka Belajar ini tidak akan bisa membawa perubahan yang berarti bagi dunia pendidikan di kabupaten Alor.
“Saya yang anak satu biji saja musti paksa belajar. Kalau (orang tua yang anak) dua orang tidak mungkin mau belajar kalau tidak dipaksa. Ini jujur saya omong ini,” ujarnya.
“Karena Merdeka Belajar ini kita punya manusia ini main WA (WhatsApp), TikTok, Facebook, itu yang Merdeka Belajar itu. Ya, Merdeka Belajar ini guru jalan sendiri anak juga jalan sendiri karena anak akan suka-suka ko, saya mau belajar ya belajar, tidak ya sudah,” lanjut dia.
Oleh karenanya Bupati Alor meminta 30 guru penggerak angkatan 7 ini bisa berbuat inovasi-inovasi baru dan mampu berkreasi agar bisa mendorong siswa rajin belajar.
“Guru harus berinovasi dan berkreasi dan mampu bisa kuasai cara belajar yang baik bagi anak. Itu yang diterapkan sehingga siswa bisa lulus sekolah dan berguna bagi bangsa dan negara,” katanya.
Amon Djobo juga meminta 30 guru penggerak harus bekerja lebih baik memajukan pendidikan daripada kepala sekolah dan guru-guru lain yang tidak lulus program guru penggerak.
Bupati juga meminta guru bisa teladan dalam berbuat baik sehingga mampu diikuti siswanya. “Jangan sampai guru malas tahu dengan siswa yang tidak mau belajar. Karena itu beri anak motivasi belajar yang baik agar anak didik bisa belajar dengan baik,” katanya.
“Guru-guru ini orang pintar ko. Tidak ada yang bilang guru itu bodoh. Jadi harus kasih teladan yang baik pada anak supaya mereka tiru, mereka mau rajin belajar,” ajak Amon.
Amon Djobo mengatakan, ia sudah meletakkan visi daerah: Alor Sehat, Alor Kenyang dan Alor Pintar. Karena itu khusus untuk Alor Pintar ini ia mengajak guru-guru penggerak harus jadi motivator utama untuk bekerja keras mencapai visi Alor Pintar.
“Saya tidak mau guru-guru penggerak ini jangan sampai kehilangan motivasi. Saya minta itu. Teman-teman harus punya motivasi yang sangat tinggi untuk membenahi derajat pendidikan di negeri ini karena program Alor Pintar kita sudah letakkan. Tapi kalau teman-teman juga sama dengan yang tidak penggerak maka lebih baik mati sebelum Tuhan Allah panggil,” ujarnya disambut tawa.
Lokakarya guru penggerak angkatan 7 program Balai Guru Penggerak Provinsi NTT ini sukses terlaksana di kabupaten Alor pada tanggal 11-12 Juli 2023. 30 guru penggerak terlihat mempresentasikan panen hasil belajar selama 9 bulan praktik di sekolah masing-masing. (*dm).