Kalabahi – Aktivis Alor Lomboan Djahamou dipukul dan dicekik seorang simpatisan Ketua DPRD Alor saat menggelar unjuk rasa menuntut kasus-kasus Ketua DPRD Alor Enny Anggrek diproses hukum.
Lomboan dicegat, dipukul dan dicekik oleh Isak Penpada (56th) hingga tersandera di body mobil yang ditumpangi masa aksi. Berikut kisah Lomboan saat detik-detik mengalami situasi kekerasan yang mencekam.
Lomboan menjelaskan, awalnya ia dan masa aksi forum persatuan petani dan nelayan (PERSETAN) melakukan unjuk rasa menuntut kasus Ketua DPRD Alor juga diproses tuntas.
Aksi itu dilakukan PERSETAN di kantor Bupati, DPRD dan Kejaksaan Negeri Alor dan Polres Alor, Selasa (5/9) di Kalabahi.
Berikut cerita Lomboan Djahamou:
Jadi kami demo tadi itu ada empat tuntutan kami. Pertama: Enny itu berani sekali mengatakan bahwa Polres Alor dan Kejaksaan Alor itu mafia peradilan dan jual beli bisnis kasus. Kami punya bukti dia omong itu di salah satu media. Bukti-buktinya kami bawa lampirkan dengan pernyataan sikap kami.
Saya tidak terima dia bilang seperti itu karena ini dua institusi besar loh. Kami yang aktivis model begini saja kami tidak pernah mengatakan seperti itu walaupun dalam penanganan kasus itu ada hal-hal yang tidak adil dalam hidup kami.
Kami minta Enny harus diproses juga, apalagi kasus DPO (daftar pencarian orang) palsu saya yang disebarkan oleh Enny juga sudah tiga tahun saya laporkan ke Polisi tapi belum diproses.
Kedua: kami minta kepada Bupati Alor untuk hentikan gaji Anggota DPRD Alor Enny Anggrek karena dia tidak ikut sidang paripurna selama lebih dari 5 kali. Ini bukan maunya saya Lomboan tapi ini perintah Undang-undang MD3 yang bilang begitu. Dia tidak ikut paripurna ko gaji dia bagaimana?
Ketiga: Karena Enny punya perilaku model seperti ini yang suka sebarkan berita hoax, berita bohong, maka ini orang tidak pantas tidur di rumah jabatan Ketua DPRD bahkan dia tidak pantas hidup di Alor jadi suruh pulang saja.
Keempat: Harus ada equaliti before the low. Proses hukum kasus DPO palsu yang saya laporkan itu sudah sampai di mana? Apa sikap Polres Alor dan Kejaksaan terhadap kasus ini karena nanti masyarakat akan menilai jangan-jangan kedua institusi ini mafia betulan?
Dalam perjalanan dari kantor Bupati, DPRD, Kejaksaan Negeri Alor, mau berakhir di Polres Alor, naik dari perempatan rumah jabatan Ketua DPRD Alor mau naik ke Polres, ada seorang laki-laki mencegat mobil kami.
Saya keluar saya tanya, lu siapa? Dia bilang: saya simpatisan Enny. Lu (orasi) omong Enny begitu untuk apa? Jadi saya bilang: loh kita ini kan melakukan aksi. Nah, dia langsung pukul dan cekek saya. Jadi masa aksi ini kan hampir 30 orang, jadi orang semua keroyok dia. Untung Polisi cepat langsung bawa lari ke Polres tahan dia.
Jadi saya maafkan dia. Dia mungkin tidak tahu saya tapi saya mau dia bikin pernyataan untuk tidak mengulangi lagi perbuatannya. Karena ulah dia ini kan sudah melukai demokrasi dan kebebasan orang berpendapat di muka umum di negeri kita Alor.
Ya, Kaka Amon Djobo yang kita aksi selama ini saja dia tidak pernah suruh orang lakukan kekerasan sama kami aktivis begini ko.
Jadi intinya, saya memaafkan dia. Saya tidak mau ini diproses pidana karena kasihan juga kita lapor proses hukum kan istri anaknya juga adalah ponaan dan saudara-saudara saya. Kenapa ko masalahnya Enny Anggrek ko kita basudara orang Alor ini yang bermasalah, kan tidak boleh. Jadi saya memaafkan dia, saya cabut laporan polisi semua, dia bikin pernyataan dan kita berdamai saling berpelukan tadi dalam budaya kita orang asli Alor.
Ketua DPRD Alor Enny Anggrek yang dikonfirmasi wartawan mengatakan, ia tidak ingin memberikan keterangan pers merespon masalah itu. “Minta maaf, saya tidak ingin berkomentar,” kata Enny dihubungi Selasa, (5/9) malam.
Sebelumnya diberitakan, Aktivis senior Lomboan Djahamou dipukul seorang pria yang mengaku simpatisan Ketua DPRD Alor Enny Anggrek.
Aksi pemukulan itu terjadi saat unjuk rasa forum persatuan tani dan nelayan (PERSETAN) yang menuntut kasus Ketua DPRD Alor diproses hukum, Selasa (5/9) di Kalabahi.
Masa aksi PERSETAN sebelumnya menggelar unjuk rasa di kantor Bupati, DPRD dan Kejaksaan Negeri Alor.
Mereka menuntut pemerintah segera hentikan gaji Ketua DPRD Alor Enny Anggrek karena diduga ia tidak pernah hadir dalam sidang paripurna selama lebih dari 5 kali.
Masa aksi juga melanjutkan orasinya di kantor Kejaksaan menuntut Kejaksaan segera memproses hukum Ketua DPRD Alor karena diduga menuduh kejaksaan dan kepolisian melakukan praktek mafia hukum.
Masa aksi kemudian bergegas menuju Mapolres Alor. Tiba di Lapangan Mini Kalabahi, mobil yang ditumpangi masa PERSETAN dicegat seorang pria yang mengaku simpatisan Ketua DPRD Alor.
Pria itu berdiri di tengah jalan mencegat mobil yang ditumpangi aktivis Alor Lomboan Djahamou cs. Lomboan selaku penanggung jawab aksi nampak keluar menyapa pria itu.
“Lu siapa?” tanya Lomboan sambil geram menatap wajah pria itu.
Kapolres Alor AKBP Supriyadi Rahman melalui Kasat Samapta AKP Onam Ndoloe, membenarkan aksi pemukulan dan pencekikan terhadap aktivis senior Lomboan Djahamou.
AKP Onam menyebut pelaku adalah simpatisan Ketua DPRD Alor Enny Anggrek yang bernama lengkap Isak Penpada (56), warga Kampung Ruilak RT 12/RW 04 Kelurahan Welai Barat Kecamatan Teluk Mutiara.
AKP Onam mengatakan, pelaku mengambil tindakan kekerasan terhadap aktivis Lomboan itu karena hanya kesalahpahaman saja.
“Tadi ada sedikit kesalahpahaman saja dalam penyampaian aspirasi dari Lomboan Djahamou dan rekan-rekannya. Ada oknum simpatisan ibu Enny Anggrek yang merasa tersinggung jadi melakukan tindakan kekerasan seperti itu,” katanya.
AKP Onam menerangkan, tindakan pelaku disebutnya wajar karena pelaku juga memiliki tingkat pendidikan yang belum memadai sehingga emosinya tidak bisa dikendalikan.
“Ya, kita berpikir yang wajar-wajarlah, apalagi pelaku dengan tingkat pendidikan yang belum memadai sehingga dengan kondisi seperti itu timbul emosi to,” ujarnya.
AKP Onam mengatakan, pelaku sudah diamankan aparat kepolisian di Mapolres Alor agar tidak terjadi bentrok yang lebih luas.
Onam juga memberikan apresiasi kepada pengunjukrasa karena tidak terpancing dengan aksi pria itu.
“Kita bersyukur bahwa persoalan ini yang terjadi di lokasi unjuk rasa ini tidak meluas karena ada pengertian baik dari semua yang melaksanakan unjuk rasa tadi. Mereka tidak terpancing,” katanya. (*dm).