Tinggal di Rumah Reyot, Dua Janda Tua di Alor Tak Dapat PKH dan BST

Oma Aizah Dursaha sedang berdiri membelakangi rumahnya di RT 5 RW 4 Desa Alila Timur Kecamatan Kabola, Kabupaten Alor, NTT.
Oma Aizah Dursaha sedang berdiri membelakangi rumahnya di RT 5 RW 4 Desa Alila Timur Kecamatan Kabola, Kabupaten Alor, NTT.

Kalabahi –

Dua Janda Tua di Desa Alila Timur Kecamatan Kabola Kabupaten Alor, Nusa Tenggara Timur (NTT), tinggal di rumah reyot selama berpuluh tahun.

Mereka ibarat sudah jatuh tertimpa tangga. Karena di samping tidak mendapat bantuan perumahan, keduanya pun selama ini tak tersentuh bantuan Program Keluarga Harapan (PKH) dan Bantuan Sosial Tunai (BST).

Ditemui wartawan di rumahnya, Nenek Aizah Dursaha (70) berkisah, dirinya sudah 10 tahun hidup bersama cucunya yang Kelas II SMP semenjak ditinggal almarhum suaminya.

Selama hidupnya, Aizah tidak pernah mendapat bantuan PKH dan BST program pemerintah pusat maupun bantuan sosial lainnya dari Pemkab Alor.

“PKH (dan BST) itu yang tidak dapat,” kata Aizah di rumahnya, Desa Alila Timur Kecamatan Kabola, Rabu (17/6).

Baca Juga: https://tribuanapos.net/2020/06/20/rumah-reyot-dua-janda-tua-di-alor-ntt-tak-tersentuh-bantuan/

Aizah baru mendapat bantuan BLT Covid-19 dari pemerintah desa. Bantuan BLT tersebut baru saja ia terima pada Senin lalu sebesar Rp 1.200.000,-. Dana tersebut akan Aizah gunakan membeli beras untuk kebutuhan hidup bersama cucunya, sesuai arahan Camat Kabola Erik Dukabain.

“(Bantua BLT) orang kasih uang Rp 1.200.000,-. Tidak ada potongan (dari petugas),” ungkapnya.

Selain bantuan BLT Dana Desa, Aizah juga mendapat bantuan Sembako Covid-19 dari Kapolres Alor AKBP Darmawan Marpaung, S.IK.,M.Si. Bantuan berupa beras dan kebutuhan pokok lain baru ia terima pada hari Senin (15/6).

“Bantuan beras (dari Kapolres Alor AKBP Darmawan Marpaung) itu yang ada,” ungkapnya.

Selain bantuan BLT dan Sembako Covid-19 dari Kapolres Alor, Aizah selama ini diberikan bantuan dari Masjid setempat. Bantuan Masjid berupa beras ia terima setiap hari raya umat Muslim.

Baca Juga: https://tribuanapos.net/2020/06/21/bertahun-tahun-tinggal-di-rumah-reyot-dua-janda-tua-di-alor-butuh-bantuan-rumah/

Selama sepuluh tahun Aizah tinggal di rumah reyot. Rumah Aizah tergolong sangat tak layak huni. Rumah itu berlantai tanah, berdinding bambu, beratap seng yang sudah bocor.

Nampak dinding rumah Aizah terlihat dari dalam rumah berlubang. Begitupun sengnya. Sebagian bocor. Bila hujan datang, sebagian air jatuh menembus isi rumahnya.

Rumah berukuran sekitar 7×5 meter persegi tersebut Aizah gunakan untuk tidur, masak dan melakukan aktifitas ekonomi; anyam Nyiru dan Bakul. Hasil karyanya itu ia jual dengan harga Rp 5 ribu hingga 20 ribu per buah sesuai ukuran.

Selama ini Aizah mengaku belum pernah didata untuk mendapatkan bantuan perumahan dari pemerintah. Ia berharap bisa mendapatkan bantuan rumah tak layak huni dari pemerintah.

“Mau (pengen punya rumah baru),” pungkas Aizah sembari tertunduk.

Baca Juga: https://tribuanapos.net/2020/06/21/pemkab-alor-pernah-survey-tapi-rumah-reyot-dua-janda-tua-tak-tersentuh/

Selain Aizah, ternyata hal yang sama juga dialami Janda Tua bernama Sufia Tang (70). Rumah Sufia pun tergolong sangat sederhana. Reyot.

Anak Sufia, Hamidah menuturkan, ibunya sudah tinggal sendiri selama puluhan tahun. Ia belum pernah mendapat bantuan perumahan dari pemerintah.

Selain bantuan rumah, Sufia juga belum pernah terdata untuk mendapatkan bantuan PKH dan BST dari pemerintah maupun bantuan sosial dari Pemkab Alor. Ia baru mendapat bantuan BLT dan dari dana desa sebesar Rp 1.200.000,-.

Hamidah berharap, ibunya bisa terdata untuk mendapat bantuan perumahan maupun bantuan PKH dan BST dari pemerintah.

Kedua janda tersebut pun tidak pernah mendapat bantuan Jaminan Sosial Kesehatan dari Pemkab Alor. Oma Aizah mengaku sempat berobat ke Puskesmas Desa setempat namun dia bayar dengan harga Rp 10 ribu.

Baca Juga: https://tribuanapos.net/2020/06/21/rumah-reyot-dua-janda-tua-di-alor-tak-direhab-ini-kata-perangkat-desa/

Ketua RT 5 RW 4 Desa Alila Timur Kecamatan Kabola, Lukman Halim mengatakan, rumah Aizah dan Sufia memang belum masuk jatah bantuan renovasi rumah dari pemerintah desa.

Lukman akan berkomunikasi dengan Kepala Desa Alila Timur untuk memasukan nama kedua janda itu dalam program renovasi rumah desa pada tahun anggaran berikutnya.

Ia berharap dua jandah tua itu pun bisa mendapatkan bantuan rumah dari pemerintah daerah maupun dari desa, dan juga bisa mendapatkan bantuan PKH dan BST.

“Nanti kita usul di tahun berikut. Baru-baru tahun 2019 kita ada bantuan renovasi 40 rumah, tapi untuk mama ini tak tersentuh,” pungkas Lukman.

Video komentar Ketua RT 5 Desa Alila Timur:

(*dm).