Prodi Pendidikan Teologi Untrib Gelar Seminar Quo Vadis Pendidikan GMIT

Suasana webiner Quo Vadis Pendidikan Kristen: Kemarin, Hari Ini dan Esok,” dilakukan pada Kamis, 28 Juli 2022 di Kalabahi.
Suasana webiner Quo Vadis Pendidikan Kristen: Kemarin, Hari Ini dan Esok,” dilakukan pada Kamis, 28 Juli 2022 di Kalabahi.
Kalabahi –
Program studi (Prodi) Pendidikan Teologi FKIP Universitas Tribuana (Untrib) Kalabahi menggelar seminar dengan tema, “Quo Vadis Pendidikan Kristen: Kemarin, Hari Ini dan Esok.” Seminar dilakukan via zoom pada Kamis, 28 Juli 2022 di Kalabahi dengan menghadirkan sejumlah narasumber yang berkompenten.
Kaprodi Pendidikan Teologi Untrib Alboin Selly mengatakan, seminar ini dilakukan dalam rangka menyambut Dies Natalis Untrib Ke-XV dan Bulan Pendidikan.
Seminar ini sekaligus menegaskan posisi Prodi Teologi Untrib sebagai pendidikan tinggi yang menyelenggarakan pendidikan Kristen hingga pada usianya yang ke-XV.
“Kegiatan webiner ini ingin kami tegaskan bahwa Prodi Teologi masih tetap konsisten dalam memberikan kontribusi terhadap pendidikan khususnya pendidikan Kristen pada usia Untrib yang ke-XV,” kata Alboin melalui pres rilis kepada wartawan, Sabtu (30/7) di Kalabahi.
Baca Juga: https://tribuanapos.net/2022/07/31/guru-keluhkan-dana-tamsil-dan-sertifikasi-ribuan-guru-yang-tersendat-di-diknas-alor/
Menurutnya, seminar ini mengangkat tema Quo Vadis Pendidikan Kristen dengan maksud supaya Program Studi Pendidikan Teologi dapat memperoleh jawaban dari pertanyaan kritis tentang kemana pendidikan Kristen akan dibawa pergi.
Untuk itu, Prodi Pendidikan Teologi menggandeng Majelis Sinode GMIT dan Yapenkris Nehemia Kota Kupang untuk mempertemukan berbagai pihak dalam kegiatan webiner dengan tema: Quo Vadis Pendidikan Kristen: Kemarin, Hari Ini dan Esok.
“Tema ini dimaksudkan untuk menggali berbagai pengalaman dan persepsi publik terkait keberadaan pendidikan Kristen di NTT, dan bagaimana memperoleh jawaban dari kemana pendidikan kristen harus pergi? Karena kita harus tahu, kita dari mana, di mana kita sekarang ini, dan akan kemana kita nantinya,” ujarnya.
Kegiatan ini dilakukan secara daring melalui zoom yang melibatkan kepala-kepala sekolah GMIT di bawah asuhan Yapenkris, guru-guru GMIT, KMK Klaisis se-Tribuana dan Pandeta GMIT di lingkup Daratan Timor.
Baca Juga: https://tribuanapos.net/2022/07/30/ketua-dprd-alor-soroti-defisit-rp-55-miliar-di-rapbd-perubahan-tahun-anggaran-2022/
Narasumber seminar ini terdiri dari 4 orang antara lain; Ketua BP Pendidikan GMIT, Pdt. Jahja A. Millu, SP,STh, topik materinya: Visi, Strategi, dan Kebijakan GMIT di bidang Pendidikan Kristen GMIT.
Kadis Pendidikan Kab Alor Ferdy I. Lahal: Kebijakan Pemerintah Daerah terhadap Sekolah GMIT dalam Mendukung Alor Pintar.
Narasamuber lainnya; Ketua Yapenkris Nehemia Kota Kupang, Pdt. Lintje H. Pellu, Ph.D: Strategi Yapenkris dalam penyelenggaraan Sekolah GMIT.
Dosen Prodi Pendidikan Teologi UNTRIB, Dr. Fredrik A. Kande, M.Pd: Peta Jalan Pendidikan Kristen GMIT (Perspektif Akademisi).
Rektor Untrib Alvonso F. Gorang dalam sambutannya diwakili Wakil Rektor I Adolfina Oualeng, mengapresiasi gagasan tema yang diusung Prodi Pendidikan Teologi dalam kegiatan webiner ini.
Baca Juga: https://tribuanapos.net/2022/07/30/jelang-wisuda-untrib-gelar-doa-syukur-dies-natalis-xv-dan-pelepasan-241-wisudawan-angkatan-xi/
“Penekanan saya pada aspek kebijakan dan tata kelola pengelolaan pendidikan Kristen agar pertanyaan yang diusung dalam webinar ini bisa menjadi semangat bersama semua pihak untuk mendukung dan mengembangkan pendidikan Kristen khususnya sekolah-sekolah GMIT,” kata Aldolfina, sambil membuka kegiatan seminar.
Sementara, Ketua BP Pendidikan GMIT Pdt. Jahja A. Millu, dalam materinya menjelaskan, kebijakan Sinode GMIT di bidang pendidikan meletakkan 4 kebijakan strategis yaitu: pemerataan dan akses, mutu dan relevansi, tata kelola dan akuntabilitas, karakter dan nilai GMIT.
Kebijakan ini kemudian dirumuskan program Sinodal yakni: rekrutmen guru misionaris, sertifikasi tanah sekolah, sekolah unggul GMIT, ajang kreatifitas sekolah GMIT, kampanye GMIT berhikmat, bahan khotbah dan liturgi bulan pendidikan.
“Untuk sekolah-sekolah GMIT yang terancam tutup, ditetapkan program Sinodal yakni: visitasi dan operasional badan pendidikan, reorganisasi Yapenkris, distribusi bantuan dana 2% ke sekolah, dan pendampingan,” ujar Pdt. Jahja.
Baca Juga: https://tribuanapos.net/2022/07/28/luluskan-71-sarjana-dekan-fakultas-ekonomi-untrib-pesan-hormati-orang-tua/
Ia menutup materinya dengan membuat pernyataan bahwa sekolah GMIT merupakan warisan leluhur sehingga tidak boleh ditutup atau dialihkan statusnya menjadi negeri, melainkan sebagai generasi yang menghormati warisan leluhur wajib untuk mendukung dan mengembangkan sekolah GMIT untuk tetap eksis dan bermutu.
Kadis Pendidikan Ferdy I. Lahal, dalam paparan materinya mengatakan bahwa dukungan pemerintah daerah terhadap sekolah-sekolah baik yang milik pemerintah maupun swasta dilaksanakan berdasarkan regulasi.
“Dukungan pemerintah daerah terhadap sekolah-sekolah GMIT berupa peningkatan sarana dan prasarana maupun mobile. Selain itu juga, untuk penguatan kapasitas SDM yang ada di sekolah-sekolah GMIT, pemerintah menempatkan guru ASN sebagai pendidik maupun kepala sekolah,” jelasnya.
Baca Juga: https://tribuanapos.net/2022/07/26/65-calon-sarjana-faperta-untrib-ikut-yudisium-jelang-wisuda-5-perempuan-lulusan-terbaik/
Menurut Ferdy, hal lain yang juga menjadi bukti dukungan pemerintah daerah yaitu, pengangkatan guru kontrak daerah hingga saat ini berjumlah 3.322 guru dan tenaga kependidikan sebanyak 287 guru ditempatkan pada sekolah-sekolah GMIT yang dibiayai menggunakan APBD II.
“Ada juga dukungan evaluasi maupun monitoring beserta pendidikan untuk sekolah-sekolah GMIT,” lanjut Ferdy.
Kadis Pendidikan Alor menepis isu yang berkembang di masyarakat bahwa beberapa sekolah GMIT yang dialihstatuskan menjadi negeri bukan saja kehendak pemerintah daerah melainkan permintaan dan desakan masyarakat setempat yang menginginkan peralihan status sekolah GMIT.
Untuk itu ia menyambut baik gagasan cemerlang dari Prodi Pendidikan Teologi Untrib yang sudah mempertemukan berbagai pihak untuk membahas pendidikan Kristen ini melalui seminar.
Baca Juga: https://tribuanapos.net/2022/07/26/pimpin-demokrat-alor-lukas-reiner-atabuy-optimistis-bakal-menang-pilkada-dan-pileg-2024/
Kadis berharap isu pendidikan Kristen harus dibicarakan terus sehingga menjadi tugas dan semangat bersama seluruh komponen daerah dan gereja yang ada.
Sementara itu, Ketua YPK Nehemia Kota Kupang Pdt Lintje H Pellu, Ph.D menjelaskan bahwa strategi YPK dalam penyelenggaraan sekolah GMIT diperlukan tata kelola dengan mempertimbangkan kondisi kekinian masyarakat di era industri 4.0.
“Hal itu perlu sehingga kebijakan maupun tata kelola pendidikan Kristen membutuhkan langkah-langkah pembenahan dari berbagai pihak termasuk gereja, pemerintah maupun masyarakat,” katanya.
Beberapa strategi yang ditawarkan yaitu; strategi penerimaan siswa baru dengan melibatkan keterlibatan aktif gereja, strategi pengelolaan kurikulum, strategi pengelolaan belajar mengajar dengan meningkatkan SDM guru-guru melalui pelatihan maupun workshop.
Baca Juga: https://tribuanapos.net/2022/07/21/seorang-warga-dilaporkan-tenggelam-hilang-di-pelabuhan-maritaing/
Ia juga menawarkan perlu adanya strategi kerja sama dengan masyarakat, lembaga serta pemerintah dengan mengidentifikasi dalam berjejaring dengan mitra potensial bagi pengembangan sekolah dan Yayasan.
Dosen Pendidikan Teologi, Dr. Fredrik A. Kande menggambarkan peta jalan pendidikan GMIT dimulai dari masa lampau, masa sekarang dan masa yang akan datang.
Menurutnya akar penyebab maju mundurnya sekolah-sekolah GMIT dikarenakan tiga hal yaitu: diskriminasi jenis pendidikan, orientasi jumlah yang banyak bukan yang kuat, rendahnya kepedulian.
“Untuk itu saya menawarkan solusinya yakni: kesederajatan, fokus ke mutu bukan jumlah, pendidikan sebagai simpul gerakan bersama warga GMIT,” terang Fredrik yang juga salah satu Anggota tim perumus pendidikan GMIT.
Baca Juga: https://tribuanapos.net/2022/07/21/julie-laiskodat-dan-kementan-bimtek-peningkatan-kapabilitas-petani-cabai-di-alor/
Menutup materinya, Fredrik menyampaikan bahwa melihat perjalanan sejarah sekolah GMIT dan sumbangsihnya terhadap daerah maka diperlukan diskresi pemerintah bagi sekolah-sekolah GMIT yang telah berjasa terhadap pembangunan SDM untuk tetap menempatkan guru-guru negeri pada sekolah-sekolah GMIT.
Kaprodi Pendidikan Teologi Alboin Selly, menjelaskan bahwa pertanyaan yang diajukan Prodi Pendidikan Teologi terkait Quo Vadis Pendidikan Kristen: Kemana Pendidikan Kristen Akan Pergi? telah terjawab melalui kegiatan webiner yang dilaksanakan.
Ia yakin bahwa pendidikan Kristen akan tetap eksis dan bermutu dikarenakan semua pihak baik itu narasumber maupun peserta kegiatan fokus pada gagasan solusi tidak berkutat pada masalah-masalah yang terjadi pada keberadaan sekolah Kristen di NTT.
“Kita berharap melalui kegiatan webiner ini dapat menjadi pemicu bagi semua pihak untuk menjadi gerakan bersama memberi perhatian yang lebih serius terhadap kemajuan pendidikan Kristen di NTT,” tutup Alboin.
Reporter: Demas Mautuka