Kasus SAS, AKU Alor Tuntut Sinode GMIT Minta Maaf Secara Adat, Pel Lantai Gereja yang Kotor

Tokoh Muda GMIT Yonas Maumafanseni ketika berorasi pada Senin (12/9) di Kalabahi, menuntut Sinode GMIT meminta maaf secara adat di kasus SAS.
Tokoh Muda GMIT Yonas Maumafanseni ketika berorasi pada Senin (12/9) di Kalabahi, menuntut Sinode GMIT meminta maaf secara adat di kasus SAS.
Kalabahi –
Aliansi Keadilan Untuk Perempuan dan Anak Alor (AKU Alor) menggelar unjuk rasa di Mapolres Alor dan Kantor Koresponden Majelis Klasis se-Tribuana Alor, Senin (12/9) di Kalabahi.
Adapun salah satu poin tuntutannya, AKU Alor meminta Sinode GMIT datang ke Alor meminta maaf secara agama dan adat istiadat kepada warga Jemaat di lokasi Vikaris SAS pernah bertugas.
Sebab kehadiran Vikaris SAS tersebut diutus oleh Sinode GMIT untuk melayani di Alor pada Mei 2021-April 2022 namun malah melakukan kejahatan seksual kepada belasan anak PAR di Gereja itu.
Hal tersebut telah membuat kekudusan gereja ikut ternoda secara agama dan adat, sehingga MS GMIT perlu datang meminta maaf secara langsung pada korban dan Jemaat.
“Ketua Sinode GMIT harus datang ke Alor ‘pel lantai‘ Gereja yang sudah kotor,” kata tokoh muda GMIT Yonas Maimafanseni saat berorasi di depan kantor Koresponden Majelis Klasis se-Tribuana Alor, Senin siang.
Baca Juga: https://tribuanapos.net/2022/09/12/aku-alor-tuntut-polisi-usut-terduga-pelaku-lain-di-kasus-sas-dan-tangkap-warga-yang-membully-korban/
Yonas menuturkan, saat ini warga Jemaat di TKP sangat malu masuk ke dalam gereja untuk beribadah karena kekudusan gedung dan rumah jabatan pendeta sudah ternoda akibat perilaku bejat Vikaris SAS.
‘Lantai Gereja sudah kotor’. Kapan Ibu Ketua Sinode GMIT (Pdt. Mery Kolimon) datang “pel lantai yang sudah kotor’ supaya kami punya orang tua bisa masuk gereja. Karena bekin begitu dulu baru kami Jemaat bisa angkat muka naik ke atas, tapi sekarang kami punya muka (sedang tunduk),” lanjut Yonas sambil menunduk.
Yonas meminta Sinode GMIT segera datang meminta maaf secara agama dan adat karena tradisi penjemputan dan penerimaan Vikaris maupun Pendeta juga dilakukan secara agama dan adat istiadat Alor. Karena itu ia keberatan permohonan maaf MS GMIT hanya disampaikan melalui surat pada korban dan keluarganya.
Baca Juga: https://tribuanapos.net/2022/09/12/pernyataan-sikap-mahasiswa-aliansi-aku-alor-untuk-sinode-gmit-dan-polisi-di-kasus-vikaris-sas/
“Kami punya tingkat kepercayaan kepada hamba Tuhan itu sangat tinggi. Mereka datang di Pelabuhan kami jemput dengan adat, dengan budaya. Pukul gong cakalele antar masuk dalam gereja, tidur di rumah gratis, kasih susu. Kenapa dia kasih kembali saya (Jemaat) dengan empedu?” kata Yonas di hadapan Ketua Koresponden KMK Se-Tribuana, Pdt. Simon Petrus Amung, S.Th yang berdiri menerima demonstran.
“Rumah Gereja kami bangun, kumpul satu juta beli semen, bangun. WC Gereja saja di kampung-kampung bersih. Kintal Gereja bersih, Koster tiap jam kerja. Coba cek di kampung betul ko tidak. Kami tidak butuh uangnya. (Kami butuh) pelayanan kasih karena dia (Jemaat) akan masuk surga. Saya titip pesan saya ini ke Ketua Sinode sehingga datang bersihkan kami punya gereja. Ini hari bikin bersih, besok kami masuk (ibadah di) Gereja,” sambung Yonas.
Baca Juga: https://tribuanapos.net/2022/09/11/ketua-komisi-iii-dprd-alor-dinkes-dan-bpbd-jemput-4-korban-gizi-buruk-di-abad-selatan/
UPP Pemuda GMIT ATL, Deddy Letmau saat berorasi sambil menangis di depan kantor Koresponden Majelis Klasis Se-Tribuana ALor, Senin (12/9) siang.
UPP Pemuda GMIT ATL, Deddy Letmau (ujung kiri) saat berorasi sambil menangis di depan kantor Koresponden Majelis Klasis Se-Tribuana Alor, Senin (12/9) siang.
Ia juga menjelaskan bahwa perempuan di Alor punya harga diri secara adat dan budaya karena perempuan dibelis dengan Moko. Oleh sebab itu ia mengecam perbuatan SAS pada belasan anak PAR GMIT dan meminta Sinode GMIT harus datang langsung meminta maaf pada korban dan keluarganya secara agama dan adat.
“Perempuan di Alor punya harga diri. Dibelis dengan Moko, bukan dibeli (dengan uang),” tegas Yonas, ketika berorasi di lapangan Mini Kalabahi sambil menuntut pelaku dihukum mati.
Pernyataan yang sama disampaikan Deddy Letmau salah satu Pemuda GMIT di Alor. Deddy juga meminta Sinode GMIT datang meminta maaf secara adat dan budaya kepada Jemaat GMIT di lokasi kejadian. Karena saat ini sejumlah Jemaatnya malu masuk ke lingkungan gereja karena sudah dinodai oleh SAS.
Baca Juga: https://tribuanapos.net/2022/09/11/breaking-news-alor-darurat-gizi-buruk-4-korban-dilaporkan-kritis-butuh-penanganan-serius/
Orasi Deddy Letmau itu disampaikan sambil menangis di hadapan Pdt. Simon Petrus Amung sebagai bentuk kecintaannya pada Gereja GMIT. Deddy menegaskan bahwa ia akan setia menjadi warga GMIT.
Sementara, Aktivis KEMILAU Yohanis Laure mengatakan, perbuatan Vikaris SAS ini telah menodai lembaga agama di Alor yang masih dipandang kudus. Karena itu ia meminta Sinode GMIT segera datang meminta maaf secara adat dan budaya kepada Jemaat GMIT di kampungnya.
Aktivis AKU Alor juga menuntut Kepolisian Alor konsisten menerapkan pasal pidana mati bagi tersangka SAS. Mereka pun akan terus mengawal kasus ini hingga di persidangan nanti.
Ketua Koresponden Majelis Klasis se-Tribuana Alor, Pdt. Simon Petrus Amung, S.Th, menyampaikan terima kasih pada Aliansi karena sudah ikut mengawal kasus ini di kepolisian.
Baca Juga: https://tribuanapos.net/2022/09/11/rayakan-hut-pd-ke-21-dpc-partai-demokrat-alor-lepas-balon/
Pdt. Simon menegaskan, Sinode GMIT sangat mengecam keras kasus kekerasan seksual terhadap belasan anak PAR yang dilakukan mantan Vikarisnya, SAS di Alor. Karena itu Gereja secara tegas mendukung proses hukum di kepolisian hingga pelaku dihukum seberat-beratnya. Ia juga menegaskan bahwa kasus SAS ini murni perbuatan pribadi dan bukan atas nama lembaga Gereja.
Pdt. Smon mengatakan bahwa Gereja akan tetap mendampingi korban dalam proses hukum dan melakukan pendampingan konseling pada korban. Ia juga memastikan bahwa akan meneruskan aspirasi Aliansi kepada Majelis Sinode GMIT di Kupang untuk ditindaklanjuti.
“Saya akan teruskan aspirasi Aliansi kepada Sinode GMIT untuk ditindaklanjuti. Terima kasih sudah datang mendukung kami,” kata Pdt. Simon yang sangat ramah menerima aspirasi Aliansi AKU Alor. Turut hadir mendampingi Pdt. Simon, Ketua Pemuda Sinode GMIT Patje Tasuib dan Koordinator Teritori Pemuda Tribauan, Ronisius Kaminukan dan UPP Klasis ABAL Ferdinand Durauw.
OKP Cipayung yang tergabung dalam Aliansi AKU Alor, antara lain: GMKI Cabang Kalabahi, HMI Cabang Alor, PMKRI Cabang Alor, HMI MPO Cabang Alor Raya, GMNI Cabang Alor, BEM UNTRIB, SUPER, IMP2, GEMPARTI, SEMATA, KEMILAU, IKMAHWEL, PEMUDA NAILANG, orang tua dan masyarakat.
Tonton videonya di sini:

(*dm).