Kalabahi –
Gubernur NTT Viktor Bungtilu Laiskodat menginginkan tahun depan acara Festival Al-Quran Tua dan Festival Dugong didesain menggunakan model konsep CBT atau Community Based Tourism.
CBT itu sendiri merupakan sebuah konsep pariwisata yang berbasis masyarakat. Dalam CBT, masyarakat diberdayakan mengelola objek wisatanya sendiri untuk kesejahteraannya.
“Saya harapkan ke depan seluruh rumah-rumah sudah punya minimal satu kamar. Kamar yang bisa dijual. Satu malam bayar 1 juta. Itu namanya seluruh pariwisata itu berguna buat masyarakat. Teorinya namanya Community Based Tourism (CBT),” kata Viktor berpidato di acara pembukaan Festival Al-Quran Tua, Kamis (30/7/2020) di Desa Alor Besar.
“CBT itu tidak boleh bangun hotel-hotel besar. Yang bangun itu adalah masyarakat di rumah-rumahnya. Dia di dampingi oleh pemerintah, bagaimana cara masak supaya orang makan enak. Bagaimana tidur, tempat tidurnya macam apa. Kamarnya satu dua tetapi dia layaknya hotel bintang lima di dunia,” sambung Viktor.
Baca Juga: https://tribuanapos.net/2020/08/03/gubernur-ntt-geram-warga-alor-demo-buruknya-jalan-kalabahi-kokar/
Ia mengatakan, satu negara di dunia yang sukses menerapkan pariwisata berbasis CBT adalah Skotlandia. Negara itu tidak ada hotel besar. Semuanya tempat tinggal di rumah-rumah. Skotlandia terkenal CBTnya paling kuat karena mereka punya pelayanan selayaknya hotel bintang lima.
“CBT ini (harus) menjadi model di Nusa Tenggara Timur supaya jangan kita bikin hebat tapi yang nikmati orang-orang yang cari makan dari luar datang. Kita punya rakyat yang miskin nonton terus sampai mati. Tidak boleh,” tegas Viktor disambut applaus peserta Festival.
“Seluruh masyarakat di Pulau Alor harus punya rumah, satu kamar minimal untuk dia tampung orang. Satu malam bayar sejuta. Dan nanti kita tutup semua hotel di kota. Tidak boleh terima tamu selama di sini belum penuh. Nanti ada aturan. Selama di sini belum penuh, dilarang terima di sana (hotel). Begitu dia terima, Bupati langsung berhentikan izin, dia langsung menjadi tempat hantu. Ini namanya kebijakan pemerintah berpihak terhadap pertumbuhan ekonomi rakyat. Jadi desainnya begitu,” ungkapnya.
Baca Juga: https://tribuanapos.net/2020/08/03/bupati-alor-festival-al-quran-tua-menjadi-momentum-cinta-damai/
Viktor menerangkan, bila desain Festival menggunakan konsep CBT dan disiapkan dengan betul maka bukan saja budayanya terjaga tapi ekonominya bertumbuh. Kalau ekonominya bertumbuh maka terjadi keberlanjutan terhadap budaya dan juga akan membuat kehidupan ekonomi yang inklusif.
“Inklusif itu artinya semua dapat rasa kue pariwisata. Tidak ada satu kelompok saja yang rasa tapi semua di Alor dapat menikmati kue pariwisata karena semua punya tempat tinggal,” jelasnya.
“Jadi saya tidak dengar, eh bapak saya punya rumah tidak dipakai. Itu tidak boleh. Nanti saya pulang, mulai hari ini pak Bupati, setiap rumah di sekitar ini yang akan dibuat Festival, seluruh rumah harus minimal punya satu kamar, dijual tahun depan. Jadi nanti Gubernur datang, tanya berapa kamar yang kita miliki hari ini di sini? Kemarin kita di Lamalera ada 9 kamar tidur. Itu terapi pendampingan. Kamar taruh AC, listrik pak Bupati los strom. Bupati suruh bayar. Supaya listriknya jangan jatuh-jatuh. Malu kita nanti,” katanya.
Baca Juga: https://tribuanapos.net/2020/08/03/bupati-alor-usul-gubernur-dana-jalan-kokar-mali-dialihkan-ke-kalabahi-kokar/
“Nah, ini harus disain pariwisata. Jadi tidak akan ada yang marah kita. Orang datang, begitu acara buat meriah, orang tinggal kita dapat uang. Begitu selesai kita semua dapat uang dan pariwisata itu disebut pariwisata inklusif. Pariwisata inklusif itu apa? Semua orang dapat makan kuenya termasuk masyarakat yang tinggal di sini. Itu bedanya pariwisata,” Viktor menambahkan.
Gubernur minta desain pariwisata berbasis CBT tersebut melibatkan Kadis Pariwisata Provinsi, Kadis Pariwisata Kabupaten dan Badan Otoritas Pariwisata Labuan Bajo. Ketiga instansi itu diminta bekerjasama dengan Dinas Perumahan Alor, bank-bank CSR, dan pihak terkait sehingga tahun depan ada dampak ekonomi pasca Festival.
“Jadi apa itu Festival, inilah kami hari ini. Kalau sekarang (Festival) belum bisa pakai. Ini latihan. Tahun depan itu kita sudah bisa tahu, berapa kambing yang mau dibunuh, dombanya berapa, ayamnya berapa, restoran berapa yang sudah buka. Jadi itu sudah dihitung semua. Tahun depan kita sudah tahu, sedikit tapi uang 500 juta akan kita peroleh di tempat ini,” ungkap Gubernur disambut applaus ratusan masyarakat.
Baca Juga: https://tribuanapos.net/2020/07/30/jalan-provinsi-rusak-warga-alor-cegat-gubernur-ntt/
Gubernur berharap pasca Festival nanti ada perubahan mindset dan perubahan ekonomi di Kabupaten Alor khususnya dan NTT umumnya. Sebab itulah tugasnya sebagai Gubernur.
“Dengan cara apapun saya akan lakukan karena saya datang sini tidak minta jabatan ini. Saya datang untuk melayani masyarakat NTT karena itu gayanya berbeda. Saya punya waktu cuman lima tahun. Lima tahun ini saya kerja untuk bapak/ibu bisa melihat masa depan. You mau suka atau tidak itu urusan you. Tapi saya harus kerja untuk masa depan Nusa Tenggara Timur itu dapat dilihat dengan baik. Tugas saya cuman itu,” ungkapnya.
Gubernur bersyukur, di tahun lalu setelah bertatap muka dengan keluarga Alor Barat Laut bersama Bupati dan Wakil Bupati Alor, hari ini Festival perdana Al-Quran Tua jadi terlaksana. Ia bangga selaku orang nomor satu di NTT.
Acara Festival Al-Quran Tua itu dihadiri Duta Besar Negara Seychelles, Niko Barito dan Duta Besar Negara Republica Democratica Timor Leste, Alberto XP Carlos. Hadir pula Anggota DPRD NTT Rocky Winaryo, Mantan Bupati Alor Ir. Ansgerius Takalapeta, pejabat Pemprov dan Pemkab Alor.
Tonton Video Pidato Gubernur NTT pada acara Festival Al-Qur’an Tua di Alor Besar:
. (*dm).