Kalabahi –
Dosen Institut Agama Kristen Negeri (IAKN) Kupang Drs. Agust Maniyeni, M.Pd, optimis pendidikan di sekolah Kristen GMIT akan mengalami perubahan besar di Nusa Tenggara Timur (NTT) pesca disusunnya Grand Desain dan Road Map Pendidikan GMIT.
Agust menyebut, perubahan itu akan dimulai dari Kabupaten Alor karena Alor menjadi yang pertama menggelar pelatihan kompotensi guru sekolah GMIT yang dinilai sejalan dengan Grand Desain dan Road Map Pendidikan GMIT.
Hal tersebut dikemukakan Agust ketika sambutan pesan kesan mewakili fasilitator dalam acara penutupan pelatihan kompetensi guru sekolah GMIT, Sabtu (14/11) di Aula SMA Kristen 01 Kalabahi. Acara itu diselenggarakan Yapenkris Alor bekersama dengan Badan Pengurus Pendidikan (BPP) GMIT, yang berlangsung tanggal 12-14 November.
Agust yakin pendidikan GMIT akan berbenah di masa mendatang karena orang Alor memiliki talenta inovasi dan terobosan-terobosan baru dalam dunia pendidikan, gereja dan sosial kemasyarakatan.
Baca Juga: https://tribuanapos.net/2020/11/15/yapenkris-alor-gelar-pelatihan-kompetensi-guru-sekolah-gmit/
“Kenapa (pelatihan ini) dia terjadi mulai dari Alor? Saya kira ini juga ada penyebabnya. Sebab orang Alor itu sebenarnya orang yang punya terobosan-terobosan besar dalam kehidupan dan orang yang punya kemampuan inovasi yang luar biasa dalam kehidupan, baik di gereja maupun dalam konteks sosial. Akan ada perubahan besar yang dimulai dari Alor,” kata Agust, sembari memberikan motivasi pada peserta pelatihan.
Agust Maniyeni, Fredrik Abia Kande, Martin C. Liufeto dan Adolfina Moybeka menjadi Narasumber dalam pelatihan kompotensi guru sekolah GMIT di Alor. Pelatihan tersebut difokuskan pada penulisan artikel ilmiah dan pengembangan dan penyusunan bahan ajar untuk kelas IV, V dan IV.
Calon Doktor Pendidikan Kristen itu mengatakan, segala sesuatu di dunia ini berubah, kecuali perubahan yang tidak berubah. Kalau kita belajar dari sejarah peradaban manusia, perubahan itu hanya bisa dinikmati, terjadi dan bisa diingat ketika perubahan itu ditulis.
Baca Juga: https://tribuanapos.net/2020/11/15/polres-alor-akhirnya-serahkan-mobil-fortuner-ke-pt-sms/
Agust kemudian mengenang peristiwa besar dalam sejarah kekristenan, misalnya ketika Musa bersama orang Israel dibebaskan dari Mesir. Pada waktu itu Musa memerintahkan generasi tua orang Israel untuk menulis: Tuliskan di dahimu, di pintu-pintu gerbangmu, di pintu-pintu rumah dan ingatkan itu di lenganmu.
“Kenapa itu penting bapak/ibu. Sebab tanpa warisan pembebasan dari Israel itu ditulis maka kita generasi hari ini tidak pernah tahu tentang peristiwa itu. Hanya karena ditulis sehingga perubahan-perubahan besar dalam peradaban umat manusia, kita hari ini ketahui karena itu ditulis,” jelasnya.
“Apa yang kita lakukan dalam tiga hari ini adalah peristiwa menulis, baik menulis artikel ilmiah maupun mengembangkan bahan ajar. Artinya tiga hari ini kita mulai meletakkan dasar perubahan bagi dunia pendidikan kristen di GMIT,” katanya.
“Bapak/Ibu, (pelatihan) ini suatu prestasi yang luar biasa. Tanpa itu maka kita meninggalkan pekerjaan rumah yang luar biasa bagi generasi kita ke depan. Apa yang kita lakukan hari ini adalah benih-benih peradaban, kita mulai tiga hari ini dengan cara menulis,” sambung dia.
Baca Juga: https://tribuanapos.net/2020/11/12/walter-datemoli-lapor-polisi-soal-dugaan-pencemaran-nama-baik-melalui-ite/
Alumnus UKAW Kupang itu mengatakan, tidak ada perubahan luar biasa yang dikenang dalam sejarah umat manusia mulai dari hal-hal besar, kecuali bencana alam dan wabah yang terjadi secara spektakuler. Akan tetapi perubahan-perubahan besar terjadi yang kita alami hari ini, itu dimulai dari perubahan yang kecil.
“Semacam titik api. Titik api itu hanya satu titik tetapi dia punya kekuatan untuk merubah segala sesuatu lama kelamaan menjadi besar,” ungkapnya.
Oleh sebab itu Agust secara pribadi dan mewakili teman-teman fasilitator merasa tidak berkecil hati karena ada banyak peserta guru yang datang dan pergi selama pelatihan berlangsung. Ia katakan, itu hal biasa dalam dunia belajar.
Agust Maniyeni mengucapkan terima kasih kepada BPP MS GMIT yang memprakarsai kegiatan ini. Baginya, kegiatan ini merupakan suatu langkah maju dan serius yang diupayakan Gereja. Karena itu ia minta semua pihak harus menyambutnya dengan hati yang besar.
Baca Juga: https://tribuanapos.net/2020/11/12/polisi-pastikan-proses-hukum-surat-paw-yang-diduga-palsu-di-pdip-alor/
“Juga bukan waktunya lagi untuk kita mengeluh kenapa terlalu lama. Sebab semakin kita mengeluh, semakin kita tidak punya harapan untuk melakukan perubahan. Hanya orang yang punya jiwa optimisme tinggi dengan berusaha keras, itu yang bisa melakukan perubahan,” tegasnya.
Salah satu konseptor revitalisasi sekolah-sekolah GMIT itu pun mengapresiasi Yapenkris Alor karena sudah bersinergi dengan BPP GMIT menggelar pelatihan ini di Kalabahi.
Sebab, beberapa waktu lalu, ia sempat diminta Ketua BPP GMIT Obie Milu untuk membantu merumuskan kegiatan pelatihan serupa di daerah lain namun agak terlambat dan malah Alor menjadi yang pertama memulai pelatihan ini.
“Bagi saya ini sesuatu yang luar biasa. Mengapa? Kalau kita mencermati perjalanan historis orang Alor itu sebenarnya pendidikan, perjalanan kecerdasan,” tutur Agust memberi support lagi pada para guru peserta pelatihan.
Agust kemudian mengenang sejarah perjalanan para tokoh pendidikan dan gereja di Alor. Dia menyebutkan, dahulu masa orang tua kita itu kalau mau sekolah berarti hanya dua yang dipesan yaitu – sekolah untuk menjadi guru dan menjadi pendeta.
Baca Juga: https://tribuanapos.net/2020/11/12/begini-surat-pdip-soal-paw-anggota-dprd-alor-walter-datemoli-yang-diduga-palsu/
“Hanya dua itu. Bagi saya ini perjalanan kecerdasan bahwa apa yang terjadi hari ini sebetulnya kita hanya menterjemahkan perjalanan historis itu dalam konteks yang lebih baru. Sehingga apa yang kita lakukan hari ini saya kira kita melanjutkan dan mengamini apa yang menjadi wasiat generasi tua orang Alor bagi kita,” pungkasnya.
Alasan lainnya, mengapa pelatihan kompetensi guru dimulai pertama dari Alor, menurutnya ini juga penyebabnya adalah orang Alor sebenarnya orang yang punya terobosan-terobosan besar dan inovatif dalam dunia pendidikan, gereja maupun dalam konteks sosial.
“Saya teringat tokoh besar Alor, bapak Domi Adang. Beliau sebetulnya tidak cocok pulang ke Alor. Beliau punya tempat itu sebenarnya di STT Jakarta dari awal, tapi terakhir beliau lebih memilih pulang ke Alor dan meninggalkan tiga hal luar biasa, bagi saya yang masih teringat sampai hari ini,” katanya.
“Tiga hal itu, pertama: bapak Adang meletakan dasar kecerdasan orang Alor dengan membuka sekolah. Kedua, dia meletakkan dasar kesehatan bagi orang Alor dengan membuka Prama Asih (kini mubasir). Ketiga, beliau meletakkan dasar sosial masyarakat Alor yang sampai hari ini kita masih ucap di mana-mana yaitu kata ‘Syalom’. Itu kata yang khas yang ditinggalkan almarhum bapak Adang,” tutur putra Asli Abui itu.
Baca Juga: https://tribuanapos.net/2020/11/12/pdip-alor-tegaskan-tak-ada-rapat-partai-bahas-paw-anggota-dprd-walter-datemoli/
“Kita generasi hari ini, kita yang guru hari ini sedang berupaya untuk melanjutkan. Saya kira secara sadar atau tidak, apa yang dilakukan oleh pendahulu-pendahulu kita itu amanah dalam memori masa lalu kita. Dan hari ini kita mulai berupaya untuk bangkit dari itu. Saya kira ini satu langkah yang luar biasa,” tutur Agust.
Agust Maniyeni tetap yakin bahwa atas penyertaan Tuhan, ada harapan untuk dunia pendidikan di Alor menjadi lebih baik. Ia mengajak para peserta pelatihan untuk tetap optimis menyambut masa depan gemilang itu dengan kerja keras.
“Mengapa saya bilang begitu? Optimisme ini harus diperkuat dengan memaksa diri kita untuk keluar dari zona nyaman. Saat ini sudah waktunya bagi kita di Alor untuk bekerja keluar dari zona nyaman dan tidak bekerja secara biasa-biasa saja,” sebut dia.
Selain itu Agust katakan bahwa Alor hari ini adalah daerah yang terbuka dan bukan daerah yang tertutup. Alor juga menjadi gerbang timur bagi Provinsi NTT dan menjadi teras Republik Indonesia di antara Negara tetangga RDTL dan Australia.
Baca Juga: https://tribuanapos.net/2020/11/12/pdip-alor-lapor-polisi-soal-dugaan-surat-palsu-paw-anggota-dprd-walter-datemoli/
“Sehingga seluruh komponen pendidikan di Alor harus munculkan kesadaran baru terutama di kalangan kita sebagai pelaku-pelaku pendidikan, orang-orang tua, guru-guru. Kesadaran itu bahwa generasi kita yang ada di teras Indonesia ini, yang di gerbang Timur Provinsi NTT ini suatu saat harus menjadi lebih baik dari kehidupan kita hari ini. Jika tidak kita lakukan itu maka kita adalah generasi yang berhutang pada generasi kita selanjutnya,” ungkapnya.
Agust kemudian memberi penghormatan khusus kepada para Kepala Sekolah dan Guru yang sudah mengikuti pelatihan selama tiga hari ini. Ia mengatakan, pelatihan ini adalah suatu langkah maju yang tidak cukup untuk berhenti di sini melainkan harus diterapkan semaksimal mungkin di sekolah.
“Pelatihan seperti ini tidak dengan serta merta lalu kemudian semua jadi ahli menulis artikel maupun bahan ajar, tidak. Tetapi menggunakan cara belajar anak kecil – belajar berjalan dan jatuh, belajar berjalan dan jatuh. Pada suatu saat dia akan berdiri tegak dan bukan berjalan lagi tetapi bisa langsung berlari,” ucapnya.
Baca Juga: https://tribuanapos.net/2020/11/07/aktivis-demo-desak-jaksa-usut-kasus-korupsi-di-dprd-alor/
“Sementara (manfaat pelatihan) ini yang bapak/mama lakukan, lanjutkan dan saya yakin dan berharap tahun depan itu generasi pertama dari ini sudah bisa menghasilkan sesuatu. Yang menulis artikel, jurnal sudah bisa menerbitkan jurnal, yang tulis bahan ajar sudah bisa punya bahan ajar sendiri yang khas karena bapak/ibu sudah mendapatkan ilmu,” ungkapnya.
“Saya berharap bahwa kita tetap semangat untuk itu. Dan kalau kita tetap semangat, itu tanda bahwa kita sedang disertai Tuhan. Hanya orang-orang patah arang saja yang merasa tidak disertai Tuhan. Ada amin….? Kalau amin maka pulang dan jangan berbuat dosa lagi,” pungkas Agust disambut tawa peserta.
Di akhir sambutannya, Agust meminta semua pihak, terutama pemerintah, Yapenkris, Klasis dan Jemaat bersinergi membangun pendidikan GMIT di Alor. Bila itu dilakukan maka ia yakin bahwa masa depan pendidikan GMIT akan kembali jaya kala dulu.
Sebelumnya diberitakan, Yayasan Pendidikan Kristen (Yapenkris) GMIT menggelar kegiatan pelatihan peningkatan kompetensi guru SD, SMP dan SMA lingkup GMIT di Kabupaten Alor, NTT.
Ketua Panitia Pelatihan Bernad Gen Al mengatakan, kegiatan pelatihan tersebut dilakukan pada tanggal 12-14 November di aula SMA Kristen 01 Kalabahi, dengan menghadirkan Narasumber yang berkompoten di bidang pendidikan Kristen. Bernad berharap kegiatan pelatihan itu ditetapkan menjadi program rutin GMIT dan Yapenkris. (*dm).