Kalabahi –
Badai Siklon Tropis Seroja menghantam seluruh wilayah Kabupaten Alor Provinsi Nusa Tenggara Timur pada Minggu hingga Selasa (6/4/2021).
Berdasarkan data sementara yang dirilis Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Alor Rabu 7 April 2021, total korban sebanyak 66 orang.
Jumlah itu, korban meninggal yang sudah ditemukan sebanyak 22 orang, 25 luka-luka dan 19 orang lainnya dinyatakan hilang.
Hingga Kamis tanggal 9 April 2021 pukul 12.00, total ada 28 korban jiwa yang sudah ditemukan, 25 orang mengalami luka-luka dan 13 lainnya masih dilaporkan hilang.
Baca Juga: https://tribuanapos.net/2021/04/08/korban-bencana-di-alor-ntt-alami-trauma-butuh-konseling/
Jumlah korban tewas tersebar di berbagai wilayah, di antaranya: Desa Purnama, 1 orang meninggal, Desa Welai Selatan 4 meninggal dan 2 orang korban luka-luka.
Sementara untuk Desa Malaipea, jumlah korban meninggal yang sudah ditemukan 7 orang. Desa Nule Pantar Timur 3 orang meninggal, 2 luka-luka.
Korban meninggal di Desa Bunga Bali Pantar Timur, 3 orang. Desa Tamakh Pantar Tengah 5 orang, luka-luka 21 dan korban hilang 1 orang masih dalam pencarian.
Kemudian di Desa Lippang Alor Timur Laut, korban meninggal ada 5 orang, 12 orang masih dinyatakan hilang, dalam pencarian.
Korban yang meninggal sudah dimakamkan pihak keluarga di desa masing-masing.
Korban yang mengalami luka-luka dan trauma dilaporkan berada di lokasi posko pengungsian darurat yang disiapkan warga dan aparat desa setempat untuk dilakukan perawatan oleh petugas medis. Sebagian korban yang kehilangan rumah, dilaporkan mengungsi di warga desa setempat.
Sementara korban yang dinyatakan hilang masih dalam pencarian Basarnas, TNI-Polri bersama aparat desa dan kecamatan dibantu masyarakat setempat.
Baca Juga: https://tribuanapos.net/2021/04/08/8-jasad-korban-bencana-alor-ntt-ditemukan-11-masih-hilang/
Bencana Siklon Tropis Seroja yang menyebabkan banjir bandang dan tanah longsor tersebut, tidak hanya merenggut nyawa manusia namun juga rumah penduduk.
Rilis BPBD sementara, total rumah dan fasilitas umum yang rusak sebanyak 600 bangunan. Angka itu diprediksi masih terus bertambah karena tim masih melakukan pendataan di 18 kecamatan.
Fasilitas umum berupa jalan, jembatan, rumah ibadah, sekolah, jaringan air bersih, telekomunikasi dan listrik serta berbagai fasilitas lainnya juga dilaporkan mengalami kerusakan berat, sedang dan ringan.
“Tim BPBD masih terus melakukan pendataan untuk kita mengetahui berapa jumlah pasti dari semua korban dan kerusakan yang dialami. Total yang ada itu data korban sementara. Tidak menutup kemungkinan akan ada penambahan-penambahan,” kata Sekda Alor Soni O. Alelang, Rabu (7/4) di Sekretariat Posko Daerah, Kantor BPBD, Kalabahi Kota.
Baca Juga: https://tribuanapos.net/2021/04/08/tni-berhasil-evakuasi-jenazah-anak-berusia-8-bulan-korban-bencana-longsor-di-alor-selatan/
Sementara itu, akses jalan dari dan menuju pusat Ibukota Kabupaten Alor di Kota Kalabahi pun dilaporkan terputus total.
Kemudian akses jaringan listrik juga mengalami kerusakan. Begitupun jaringan telekomunikasi yang sempat terputus sejak beberapa hari badai itu terjadi namun kini mulai normal di wilayah kota Kalabahi dan sekitarnya.
Laporan yang dihimpun media ini, sejumlah desa masih mengalami pemadaman listrik karena ada tiang listrik roboh diterpa angin dan longsor. Kemudian jaringan telekomunikasi juga masih terputus di sejumlah desa.
Ratusan pengungsi kini terancam kelaparan karena stok sembako di desa-desa mengalami kekurangan. Bantuan juga belum tiba di sejumlah daerah karena akses jalan masih dilaporkan terputus.
Pemerintah kesulitan mengangkut alat berat ke lokasi karena akses jalan dan jembatan terputus total akibat banjir dan longsor.
Ancaman Kelaparan
Selain korban pengungsi, ribuan warga desa terdampak bencana juga terancam kelaparan. Mereka kesulitan belanja bahan makanan di ibukota karena seluruh jalan dan jembatan dilaporkan mengalami kerusakan berat.
Baca Juga: https://tribuanapos.net/2021/04/07/ini-identitas-puluhan-korban-bencana-alor-ntt-yang-meninggal-dan-hilang/
Kekurangan bahan makanan juga mulai dialami ribuan warga karena bencana pun merusak hasil tanaman yang dipastikan akan panen di beberapa pekan ke depan namun semuanya hancur dirusak angin kencang, banjir bandang dan tanah longsor.
“Susahnya transport darat karena beberapa jalan putus dan jembatan miring membuat kita makan hemat beras sekarang. Beberapa kepala keluarga sudah mulai makan bubur setiap hari untuk hemat beras,” kata Pdt GMIT Kolana, Meri Djami di Keluraha Kolana Kecamatan Alor Timur.
“Stok gula dan beras di kios-kios atang (kosong). Bensin apa lagi,” katanya sembari melaporkan bencana tersebut juga menghancurkan sebagian rumah penduduk di wilayah itu.
“Kita lockdown dengan sendirinya,” lanjut Pdt. Meri Djami.
Baca Juga: https://tribuanapos.net/2021/04/06/korban-bencana-di-alor-timur-laut-butuh-bahan-makanan-pakaian-anak-anak-dan-obat-obatan/
Pdt. Meri meminta bantuan pemerintah untuk membuka akses pasar terapung sebagai bagian dari emergency bencana. Pasar itu diharapkan mampu melayani masyarakat kepulauan yang terancam kelaparan. Bila tidak maka masyarakat Alor akan mengalami kelaparan.
“Semoga ada pasar terapung segera sebagai bagian dari emergency respon untuk wilayah berpulau,” pungkasnya.
Bencana juga menghancurkan 8 Desa di wilayah Kecamatan Alor Timur Laut. Terparah berada di Desa Lipang, Waisika, Pido, Alata dan Taramana. Sebab wilayah itu memiliki topografi gunung, bukit dan lembah.
Usu Lande, warga Desa Lippang Kecamatan Alor Timur Laut mengungkapkan, desanya mengalami dampak bencana hingga menyebabkan 17 orang korban.
Baca Juga: https://tribuanapos.net/2021/04/06/knpi-dan-gmki-galang-donasi-untuk-korban-bencana-alor/
Dari 17 tersebut, 7 jasad korban sudah ditemukan, sementara 10 lainnya masih dalam pencarian Tim Gabungan Basarnas di bantu TNI-Polri, masyarakat dan aparat desa sekitar.
“Kami di sini ada 17 orang hilang. 7 orang sudah ditemukan. Sementara yang lain masih dalam pencarian Basarnas,” katanya.
Usu mengatakan, desanya kini juga mengalami Lockdown karena akses jalan dan jembatan dari dan menuju desa itu terputus total.
“Bencana ini menyebabkan semua akses jalan menuju pusat ibukota kecamatan di Bukapiting dan Kota Kalabahi terputus total. Kami susah beli bahan makan sekarang. Karena belum ada bantuan dari pihak luar sama sekali,” kata Usu, dihubungi, Rabu (7/4) dari Desa Pido yang kebetulan ada signyal di sana.
Baca Juga: https://tribuanapos.net/2021/04/06/ini-jenis-bantuan-bencana-yang-diantar-langsung-mensos-risma-ke-ntt/
“Kami butuh alat berat sekarang untuk bisa buka jalan evakuasi korban meninggal dan angkut bantuan ke Desa Lipang dan Pido. Karena sekarang akses jalan dan jembatan semua masih terputus total dan belum ada alat berat turun buka,” lanjut dia.
“Kami juga butuh bahan makanan sekarang karena semua bahan makanan di kios sudah habis. Jalan semua terputus, kami kesulitan beli bahan makanan sekarang,” kata Kepala Desa Pido Alor Timur Laut, Petrus L. Lande, dihubungi, Rabu (7/4) di Pido, melaporkan kondisi ancaman kelaparan di desanya.
Sementara itu, Pendeta Yafet Ranboki di Desa Malaipea Kecamatan Alor Selatan mengungkapkan bahwa desanya pun mengalami ancaman kelaparan. Sebab jalan dan jembatan dilaporkan terputus total tertimbun longsor sehingga menyulitkan distribusi bantuan logistik dan belanja bahan makanan di kota Kalabahi.
“Kami juga kekurangan bahan makanan. Yang ada ini bantuan beras dari Bupati Alor yang sementara dimakan para pengungsi. Jalan jembatan semua tertimbun longsor. Semua terputus total membuat kami kesulitan,” katanya dihubungi di Desa Mailaipea sambil melaporkan ada 7 jemaatnya yang ditemukan meninggal dunia tertimbun longsor.
Pdt Yafet menyebutkan, saat ini ada sekitar 200 an orang pengungsi berada di lokasi gereja dan desa untuk mendapatkan bantuan dari gereja dan pemerintah desa setempat.
Baca Juga: https://tribuanapos.net/2021/04/06/korban-bencana-di-alor-timur-laut-butuh-bahan-makanan-pakaian-anak-anak-dan-obat-obatan/
Pdt. Yafet berharap ada perhatian pemerintah untuk membuka akses jalan dan jembatan agar berbagai bantuan bisa tiba dengan baik.
Yunus, warga Pulau Pantar juga mengatakan saat ini akses jalan dan jembatan yang menghubungkan lingkar Pulau Pantar juga mengalami kerusakan berat.
Bencana terparah berada di Desa Tamakh, Desa Nule, Desa Kaleb, dan Desa Bunga Bali. Selain korban jiwa, ratusan rumah penduduk di sana juga hancur diterpa badai longsor, angin kencang dan banjir bandang.
Ratusan pengungsi dilaporkan kini di tampung warga sekitar di desa itu untuk mendapatkan bantuan seadanya. Mereka juga terancam kelaparan karena akses jalan dan jembatan belum diperbaiki.
Baca Juga: https://tribuanapos.net/2021/04/06/keluarga-minta-basarnas-dan-sar-alor-temukan-24-korban-hilang-akibat-bencana/
Yunus minta pemerintah segera membuka akses jalan dan jembatan agar warga bisa mudah pencarian korban dan mengakses pembelian sembako juga distribusi logistik.
Kapal TNI Akan Tiba di Alor Perbaiki Jalan dan Jembatan
Sekda Alor Soni O. Alelang mengatakan, bencana Siklon Tropis Seroja menyebabkan 66 orang korban manusia.
Sejumlah jalan dan jembatan satu-satunya yang menghubungkan beberapa wilayah antar kecamatan dan desa di Kabupaten Alor juga mengalami kerusakan berat, terputus total akibat hujan deras dan tanah longsor.
Hal itu menyebabkan pemerintah kesulitan mobilisasi alat berat untuk melakukan evakuasi korban dan distribusi logistik ke sejumlah titik bencana di Alor.
Baca Juga: https://tribuanapos.net/2021/04/06/anggota-dprd-ntt-jan-windy-minta-pemprov-gunakan-dana-btt-tanggulangi-bencana/
Sekda Soni mengatakan, pihaknya sudah berkoordinasi dengan pemerintah pusat dan BNPB Nasional, dipastikan kapal TNI pengangkut alat berat dari Jakarta akan tiba di Alor memperbaiki jalan dan jembatan yang rusak akibat bencana.
“Kapal TNI sedang menuju ke Alor bawa alat berat perbaiki jalan dan jembatan. Kapal sementara dalam perjalanan,” kata Sekda Soni, Kamis (8/4) di Kalabahi, sambil tidak menyebut pasti kapan kapal TNI sandar di pelabuhan Alor.
Sekda Soni menjelaskan, saat ini upaya yang dilakukan pemerintah adalah mendistribusikan bantuan logistik beras 30 ton ke tujuh titik bencana di wilayah Alor.
“Hari ini kita distribusi logistik ke 7 titik. Tim sudah bergerak menuju lapangan,” ungkapnya.
Baca Juga: https://tribuanapos.net/2021/04/06/pemkab-alor-umumkan-jumlah-korban-akibat-bencana-siklon-seroja-capai-66-orang/
Sekda menyatakan, tim gabungan Basarnas dan TNI-Polri juga sedang bersama masyarakat melakukan pencarian dan evakuasi korban yang masih dilaporkan hilang.
Proses pencarian korban akan berakhir di tanggal 14 April dan tidak menutup kemungkinan akan diperpanjang sesuai SK status darurat bencana yang dikeluarkan Pemkab Alor. Pemkab menetapkan status darurat bencana alam sejak tanggal 1-14 April 2021.
Sekda meminta bantuan masyarakat, pemerintah desa dan kecamatan untuk bersama TNI-Polri di masing-masing wilayah membantu evakuasi korban dan distribusi logistik dengan sumber daya yang ada. Sebab bencana ini memerlukan kerja sama dari semua pihak. (*dm).