Kalabahi – Persatuan Inteligensia Kristen Indonesia (PIKI) Kabupaten Alor menggelar kegiatan Simposium Nasional membahas akselerasi pembangunan berkelanjutan daerah tertinggal secara multidimensional. Kegiatan ini menghadirkan tiga narasumber utama yaitu Prof. Ir. Frans Umbu Data, M.APP.Sc., PhD, Prof. Dr. Dra. Magdalena Ngongo, M.Pd dan Drs. Amon Djobo, M.AP.
Ketua PIKI Kabupaten Alor Dr. Fredrik Abia Kande menjelaskan, alasan digelarnya kegiatan Simposium Nasional ini. Menurutnya, kalau hari-hari ini tensi dan ruang udara politik mulai meningkat dan banyak orang berbicara tentang kandidat, maka PIKI Alor ingin mengajak masyarakat untuk membicarakan tentang gagasan-gagasan, membicarakan cara pandang terhadap masa depan pembangunan Alor.
Baca Juga: https://tribuanapos.net/2023/10/29/peringati-hut-sumpah-pemuda-ke-95-smk-negeri-1-kalabahi-gelar-pagelaran-seni-budaya/
“Bahwa kehadiran kaum terdidik, para sarjana, apalagi dengan kehadiran perguruan tinggi harus beresonansi dengan kemunculan gagasan-gagasan bagi Alor, bagi masyarakat, gereja, dan bagi sekolah. Itulah sebabnya PIKI yang menjadi rumah bagi para intelegensia Kristen, terpanggil untuk menggagas sebuah forum ilmiah untuk mendorong diskusi ilmiah yang bernilai kontributif bagi daerah Kabupaten Alor,” kata Fredrik dalam sambutannya, Selasa (28/11) di Aula Hotel Kenari, Kalabahi.
Fredrik menerangkan bahwa Kabupaten Alor, masih termasuk dalam kategori daerah tertinggal. Karakteristik daerah tertinggal merupakan suatu fenomena yang bersifat multi-variabel, yaitu secara geografis (terisolasi dan sukar dijangkau), terserak sebagai konsekuensi daerah kepulauan, tertinggal karena rendahnya kemampuan ekonomi (pada level pendapatan PDRB dan PDRB per kapita). Selain itu ketergantungan keuangan daerah yang tinggi dan tingkat produktivitas yang rendah, politik-pemerintahan (orbitasi) yang sulit dan kompleks dan vulnerable (rawan bencana, daerah perbatasan).
Baca Juga: https://tribuanapos.net/2023/10/27/jaring-aspirasi-di-desa-alim-mebung-petani-kami-pilih-ibu-julie-laiskodat-kemarin-karena-diberitahu-bupati-alor/
“Kita tahu bersama bahwa, bagaimana sistem multipartai di negara ini, justru tidak pro dengan daerah tertinggal seperti Kabupaten Alor. Betapa sulitnya orang Alor memunculkan perwakilannya di Senayan mengonfirmasi betapa tidak pro-nya sistem multipartai tersebut,” ujarnya.
Fredrik memberikan apresiasi kepada Prof. Frans Umbu Data dari Undana yang bersedia menjadi narasumber utama membahas terkait apakah sumber daya alam Alor dan NTT ini adalah sebuah berkat atau kutukan?
“Ya, kutukan sumber daya, atau paradoks keberlimpahan, mengacu kepada paradoks bahwa negara dan daerah yang kaya akan sumber daya alam, cenderung mengalami pertumbuhan ekonomi yang lebih lambat dan wujud pembangunan yang lebih buruk ketimbang negara-negara yang sumber daya alamnya langka. Inilah yang coba dibedah oleh Prof. Umbu Data,” kata Fredrik yang juga mantan Rektor Untrib Kalabahi itu.
Baca Juga: https://tribuanapos.net/2023/10/26/julie-laiskodat-bantu-dana-pokir-rp-400-juta-untuk-pengembangan-wisata-mangrove-di-alor/
Fredrik menambahkan, selanjutnya Prof. Magdalena Ngongo akan membahas terkait aspek kebudayaan, sebagai representasi jiwa dan jati diri kita, tetapi belum dimaksimalkan sebagai sumber pemajuan negara dan suatu daerah, termasuk bahasa.
“Kabupaten Alor termasuk Kabupaten dengan multi bahasa lokal. Itulah sebabnya Prof. Ngongo akan mengulasnya bagi kita,” katanya.
Narasumber berikutnya mantan Bupati Alor Drs. Amon Djobo, M.AP akan membahas, bagaimana mengelola pemerintahan di daerah yang masuk dalam kategori daerah tertinggal, dan kebijaksanaan-kebijaksanaan apa yang telah dipraktekkan dalam memimpin dan mengelola daerah Kabupaten Alor.
Baca Juga: https://tribuanapos.net/2023/10/26/julie-laiskodat-gandeng-balai-veteriner-denpasar-gelar-bimtek-pengembangan-ternak-di-alor/
Fredrik berharap, simposium Nasional ini merupakan sebuah gelanggang untuk mendesiminasikan pemikiran, hasil riset, dan praktik baik secara multidimensional kepada berbagai pemangku kepentingan di daerah, sehingga dapat diperoleh input yang berharga dalam rangka mendorong akselerasi pembangunan di daerah Kabupaten Alor.
“Oleh karena itu dalam simposium ini juga akan didesiminasi sejumlah pemikiran, riset, dan praktik baik dari sejumlah periset yang terdiri dari dosen, mahasiswa, dan aparatur desa. Lewat forum simposium ini akan dihasilkan produk pengetahuan dalam bentuk prosiding bagi masyarakat sebagai salah satu sumbangan PIKI bagi daerah tertinggal umumnya dan Alor pada khususnya,” ujarnya.
Fredrik menyampaikan terima kasih kepada pemerintah kabupaten Alor dan para donatur yang telah memberikan bantuan dana untuk pelaksanaan kegiatan simposium dan para peserta yang telah terlibat dalam kegiatan ini.
Baca Juga: https://tribuanapos.net/2023/10/07/ppp-usung-dony-mooy-di-pileg-2024/
“Terima kasih juga kepada Prof. Umbu Data, dan Prof. Ngongo serta Bapak Drs. Amon Djobo, M,Ap yang akan berbagi ilmunya bagi kami hari ini. Tuhan yang empunya sumber berkat memberkati Bapak/Ibu semua,” tutup Fredrik.
Ketua DPD PIKI Provinsi NTT Alexander Ena menyampaikan terima kasih kepada PIKI Alor yang melakukan kegiatan Simposium ini. Alex Ena berharap, rekomendasi gagasan PIKI Alor ini dapat diperhatikan oleh pemerintah daerah dalam membangun Alor ke depan.
“Kita tahu Alor masuk dalam daerah 9 kabupaten yang tertinggal di 22 kabupaten/kota di NTT, karena itu pikiran-pikiran baik dari PIKI ini bisa menjadi rekomendasi yang berarti bagi daerah dan bagi kepemimpinan Alor di 2024 nanti,” katanya melalui layar zoom.
Pj Bupati Alor Dr. Zet Soni Libing melalui Asisten II Setda Alor Dominggus Asadoma menyampaikan apresiasi kepada PIKI Alor yang menggagas kegiatan simposium nasional ini. Dominggus memastikan bahwa rekomendasi gagasan PIKI ini akan diperhatikan oleh pemerintah daerah dalam merumuskan dan melaksanakan pembangunan daerah.
Baca Juga: https://tribuanapos.net/2023/09/19/dprd-alor-bantah-minta-jatah-pokir-rp-10-miliar-di-pemerintah/