Kalabahi – Sebanyak 45 guru misionaris Yapenkris GMIT Pingdoling Alor mengikuti ibadah perhadapan di Gereja Pola Tribuana, Minggu 26 Maret 2023 pagi. Ibadah perhadapan ini dipimpin Pdt. Loisa Ena Blegur, S.Th.
45 guru misionaris ini sebelumnya mengikuti kegiatan visioning dan penandatanganan kontrak kerja dengan Yapenkris Pingdoling untuk menjadi guru kontrak yayasan di sekolah GMIT, Jumat (24/3) di Aula Gereja Pola Tribuana.
Setelah itu mereka dijadwalkan untuk diperhadapkan pada Minggu (26/3) di Gereja Pola Tribuana Kalabahi. Ibadah perhadapan ini dipimpin Pdt Loisa Ena Blegur, S.Th, pembacaan firman terambil dari 2 Timotius 4:1-8, di bawah terang tema yang ditetapkan dalam liturgi Sinode GMIT: ‘Tunaikan Tugas Pelayanan.’
Kotbahnya Pdt Loisa Ena Blegur mengatakan, tema Sinode GMIT ini adalah sebuah tema yang optimis, memberi harapan dan semangat bagi kita untuk tetap berkomitmen dalam menjalani berbagai panggilan hidup dengan segala talenta yang Allah percayakan bagi kita.
Pdt Loisa menerangkan esensi panggilan pengutusan yang dikatakan Agustinus, bapak Gereja bahwa tidak saja kita dipanggil untuk menikmati hak istimewa tetapi juga diutus untuk melaksanakan tugas-tugas istimewa.
“Tugas istimewa kita itu terkait dengan tugas pengutusan. Dan tugas pengutusan itu tidak mudah. Sebab medan di mana kita ditempatkan untuk melayani terus mengalami perubahan sebagai akibat dari kemajuan dan perkembangan yang terjadi,” katanya.
Di sisi lain Pdt Loisa juga mengingatkan kita tentang tugas pengutusan yang dilakukan Bunda Theresa, sang biarawati yang bergumul dengan orang miskin di India.
Ia katakan bahwa tugas panggilan ini kita dipanggil tidak saja untuk berhasil tetapi terlebih untuk setia. Karena orang berhasil belum tentu setia, tetapi orang setia pasti berhasil.
Pdt Loisa kemudian membeberkan apa strategi yang perlu dimiliki supaya kita tetap setia dan berhasil dalam menjalankan tugas dan panggilan pelayanan kita.
Menurutnya ada tiga hal yang perlu diperhatikan yaitu, pertama: mengenal diri dengan segala potensi dan talenta yang Tuhan berikan.
Karena orang yang mengenal dirinya adalah orang yang bukan hanya tahu kelebihan dan kekuatan dirinya tetapi bisa juga menerima kekurangan yang berada pada dirinya.
“Kelebihan itu tidak dipakai untuk merendahkan yang lain melainkan justru untuk kebaikan bersama. Sebaliknya kekurangan tidak menjadi halangan untuk terus maju dan memperbaiki kinerja,” ujarnya.
Kedua; menerima panggilan Tuhan. Pdt Loisa mengatakan, setelah mengenal diri dengan segala kelebihan dan kekurangan yang ada, kita juga menerima panggilan Tuhan menjadi mitra kerja-Nya.
“Menerima panggilan Tuhan bukan berarti kita merasa sangat melakukan segalanya dengan kekuatan sendiri melainkan meyakini bahwa Tuhan menyertai, menolong dan memberikan kekuatan kepada kita untuk memenuhi tugas panggilan itu dengan setia,” katanya.
Ketiga: setia memenuhi tugas panggilan walau banyak hambatan. Ada soal, ada tantangan yang tidak mesti membuat kita lari, melainkan dengan rendah hati kita menyikapi dan menyelesaikannya dengan tidak kehilangan jati diri dan integritas kita sebagai umat Allah.
“Komitmen untuk tetap bertaut pada kasih Kristus lah yang akan memampukan kita untuk tetap setia menjalani tugas pelayanan kita di relnya Allah,” katanya.
Ia juga mengatakan bahwa, hidup ini pada prinsipnya adalah sebuah pertandingan. Pertandingan berarti kita sedang berhadap-hadapan dengan banyak pilihan lain yang bisa merenggut persembahan diri kita kepada Tuhan. Kekuatan suatu pertandingan terletak pada daya tahan kita.
Lebih lanjut, menurut Pdt Loisa, pengutusan ini bukan suatu hal yang main-main. Pengutusan juga harus siap menderita. Sebab orang yang mau diutus harus siap juga untuk menderita karena tantangan jalan penderitaan itu kita belajar maksud Allah yang besar.
Pdt Loisa mengajak jemaat bersyukur karena di Minggu sengsara yang keenam ini dilangsungkan dengan perhadapan guru misionaris GMIT lingkup Yapenkris Pingdoling tahun 2023.
“Saudara-saudara yang diperhadapkan ini akan turun ke sekolah-sekolah GMIT untuk melangsungkan pemberitaan Injil melalui pengajaran sesuai dengan regulasinya,” katanya.
“Untuk itu mohon dukungan kita semua dalam mendukung misi pemberitaan yang dilakukan sesuai aturan yang berlaku,” lanjut dia.
Pdt Loisa meminta para guru yang diutus untuk setia menjalankan tugas regenerasi di bidang pendidikan. Karena setiap orang tentu ada masanya dan setiap masa ada orangnya.
“Artinya saudara-saudara akan pergi dan menggantikan posisi-posisi yang lain. Namun di atas semuanya itu setiap kita di sepanjang masanya tetap berpegang setia dan berkomitmen dalam ragam nilai dan gereja kita dalam ziarah pertandingan iman sehingga mencapai garis akhir. Arah kita bukan pada kebutuhan orang per orang atau suku tetapi pada Kristus sang kepala Gereja yang akan memimpin pelayanan hamba-Nya dalam menjalankan panggilan pelayanan ini,” jelasnya.
“Bagi saudara-saudara yang diutus hari ini, teruslah berjalan mencapai garis akhir. Ingat ada beda antara mencapai garis finish dan mencapai juara. Orang beriman itu bertanding tapi tujuannya bukan menjadi juara 1. Kalau berorientasi pada juara, maka kita akan bertanding untuk saling mengalahkan. Bisa juga dengan pakai cara-cara curang. Jangan. Kita mau melangkah kaki, kita akan tetap berjuang untuk mencapai tujuan yaitu mencapai garis finish dengan apa yang ada pada kita,” ujarnya.
“Cara berpikir tujuan itu mau mengatakan bagi kita bahwa dunia ini selalu melihat dari awal. Tuhan mau kita melihat dari akhir. Apa yang akhir bagi manusia, itu baru awal bagi Tuhan. Bagi banyak orang bisa memulai dengan indah di langkah awal, sayangnya tidak banyak orang yang bisa mengakhirinya dengan indah. Tujuan kita di garis akhir, bukan juara. Ini penting supaya Tuhan mau kita belajar mensyukuri dari apa yang ada pada kita sebab kita perlu banyak hal yang harus kita buat dalam hidup ini,” sambung dia.
“Ada banyak orang yang sementara ini berkhayal dengan seribu satu macam. Tidak ada yang kita bilang bahwa segala sesuatu itu ada dengan sendirinya. Karena itu Tuhan tidak paksa kita menjadi juara tapi Tuhan mau mendampingi kita untuk sampai di titik akhir, sampai pada saat di mana daya tahan kita tidak akan berkurang. Tetap setia dalam panggilan itu. Tunaikanlah tugas pelayananmu dengan baik, Tuhan Yesus berkati kita semua,” tutup Pdt Loisa.
Setelah kotbah, Pdt Loisa kemudian memberikan kesempatan kepada Sekretaris Yapenkris Pingdoling Mando Kolimon, S.Pd untuk membacakan SK guru misionaris Yapenkris GMIT Pingdoling periode tahun 2023-2025.
Mando mengatakan, nama-nama dalam lampiran SK ini tidak dibacakan semuanya karena ada juga guru kontrak yayasan yang beragama lain sehingga tidak diberi kesempatan untuk mengikuti ibadah perhadapan ini.
Setelah membacakan SK oleh Mando, Pdt Loisa kemudian mengukuhkan 45 orang guru kontrak Yapenkris Pingdoling Alor di hadapan Jemaat Pola Tribuana Kalabahi untuk menjalankan misi pendidikan Kristen di sekolah-sekolah GMIT yang bernaung di bahwa Yapenkris Pingdoling.
Pegang Teguh Tema Kotbah
Sementara itu KMK ABAL Pdt. Simon Petrus Amung, S.Th dalam suara gembalanya mengingatkan kepada 45 guru misionaris yang diperhadapkan untuk tetap teguh menjalankan tugasnya sesuai tema khotbah: ‘Tunaikan Tugas Pelayanan.’
Pdt Simon mengajak jemaat bersyukur dan menyadari bahwa pendidikan adalah suatu upaya untuk membangun peradaban dunia. Karena itu upaya-upaya membangun pendidikan ini selalu dilakukan GMIT untuk maksud itu.
Pdt Simon mengatakan, gereja GMIT terpanggil untuk juga menyelenggarakan pendidikan sebagai salah satu amanat agung dari Tuhan Yesus yakni mengajarkan nilai-nilai kasih Kristus kepada anak-anak generasi gereja di sekolah.
Namun di dalam panggilan itu Pdt Simon mengakui bahwa ada berbagai pergumulan-pergumulan berat yang dilalui tahun demi tahun, tahap demi tahap untuk memulai sesuatu guna mencapai tujuan pendidikan di Gereja.
Pdt Simon menyebut, ia sendiri diberikan kewenangan untuk menjadi Ketua Pembina Yapenkris Pingdoling sebagai keterwakilan Majelis Sinode GMIT. Sementara Sekretarisnya adalah Pdt. Mozes Lapiweni, S.Th, KMK Pantar Timur dan Anggota Pembina, KMK Pantar Barat, Pdt. Mery Nenogais.
Dalam tugasnya, Pdt Simon mengakui banyak pergumulan berat yang dilewatinya khususnya dalam hal perubahan Akta Notaris hingga akhirnya Notaris tersebut jadi diterbitkan di tahun 2023 ini sehingga bisa membentuk struktur pengurus yayasan.
“Kami berproses dari tahun 2020. Ini proses yang cukup panjang. Sebagai keterwakilan GMIT kami mendapatkan rekomendasi tetapi belum diakui di dalam aturan NKRI. Karena itu kita berproses sekian tahun dan tahun 2023 ini merupakan langkah awal tahun kami berproses di lembaga pendidikan GMIT dan juga Notaris yang didatangkan dari Kupang sehingga proses itu terjadi perubahan Akta Notaris,” jelasnya.
“Setelah itu kami membentuk pengurus Yayasan dan juga pengawas. Puji Tuhan pergumulan tahap demi tahap itu dimulai sejak Januari-Februari 2023 dan Maret ini pengurus sudah melakukan perubahan-perubahan yang tercatat sebagai sejarah baru dalam dunia pendidikan GMIT khususnya yang ada di Tribuana,” ujarnya.
Pdt Simon menambahkan, sebagai keterwakilan GMIT, mereka telah mempercayakan pengurus Yapenkris Pingdoling sebagai jembatan penghubung antara gereja dan sekolah.
Ia juga bersyukur karena Yapenkris Pingdoling telah melahirkan terobosan-terobosan baru termasuk menghadirkan sejumlah guru kontrak dalam badan Yayasan Pingdoling yang nanti ditempatkan di sekolah-sekolah GMIT yang ada di wilayah Pingdoling.
“Ini suatu sejarah yang baru. Kita tepuk tangan dulu karena ini suatu pergumulan kita selama ini yang baru dijalankan. Karena itu Tuhan memberkati dan memakai pengurus yayasan untuk menjadi alat bagi kemuliaan nama Tuhan,” kata Pdt Simon disambut aplauas jemaat.
Pdt Simon juga memberikan pesan kepada para guru untuk tetap setia menjalankan tugas pengutusan dan pengajaran menjadi guru yang baik di sekolah GMIT.
“Saya pesan dan menegaskan kembali firman Tuhan, tunaikan tugas pelayanan. Teman-teman telah memberi diri untuk ada dalam ladang pekerjaan Tuhan. Karena itu di dalam keseharian teman-teman dipandang sebagai guru untuk mencerdaskan anak-anak, tetapi harus diimani bahwa ini adalah tugas mulia yang diberikan selain tugas-tugas lain, karena itu pertanggungjawabannya itu kepada Tuhan Yesus kepala Gereja, pemilik lembaga pendidikan Kristen ini,” harapnya.
“Hikmat penyertaan Tuhan biarlah selalu teman-teman minta sehingga dalam berproses ini menjadi alat Tuhan untuk mencerdaskan generasi gereja, teman-teman juga dapat diperkaya dengan kemuliaan-kemuliaan bagi nama Tuhan,” lanjut Pdt Simon.
Pdt Simon kemudian menyampaikan terima kasih kepada kepala-kepala sekolah di lingkup sekolah Yapenkris Pingdoling yang bisa berkolaborasi dengan pengurus Yapenkris untuk bersama ada dalam upaya peningkatan mutu pendidikan di GMIT.
“Kami berharap ada kolaborasi, ada juga pergumulan-pergumulan lain yang mungkin nanti dilalui, sekiranya bapak mama sebagai jemaat juga bisa bersama menggumuli semua ini untuk pergumulan-pergumulan ini ke depan dan untuk maksud yang lain,” katanya.
Akhir suara gembalanya, Pdt Simon menyampaikan terima kasih kepada KMJ Pola Tribuana Kalabahi Pdt. Marthen Lakalet, S.Th, para Pdt Jemaat Pola dan Jemaat Pola yang sudah menjadi tuan rumah menyukseskan acara ibadah pengutusan 45 guru GMIT ini.
“Selamat kepada rekan-rekan guru yang menjalankan pelayanan sebagai pengajar di sekolah. Semoga Tuhan memberkati kita semua,” tutup Pdt. Simon.
Ketua Yapenkris Pingdoling Dr. Fredrik Abia Kande menyampaikan selamat kepala guru misionaris yang diperhadapkan hari ini.
“Selamat kepada para guru misionaris yang diutus hari ini. Jadilah, utusan gereja yang melayani di bidang pendidikan. Anda semua adalah harapan bagi masa depan sekolah GMIT,” kata Fredrik.
Sementara itu, Agustina Klaping, Guru SD GMIT 03 Kalabahi menyampaikan syukur bisa diperhadapkan hari ini. Ia katakan bahwa akan menjalankan misi pengabdiannya di sekolah dengan baik.
“Puji Tuhan Yesus, saya bersyukur sekali bisa ikut proses ini. Akhirnya sekarang kami punya nasib yang jelas. Terima kasih Yapenkris Pingdoling. Tuhan memberkati,” ujarnya.
Yapenkris Pingdoling sebelumnya merekrut 45 guru kontrak yayasan dan diberikan materi visioning guna diutus menjadi guru misionaris untuk mengajar di sekolah-sekolah GMIT; SD, SMP dan SMA Kristen.
Perekrutan tenaga kontak itu ditandai dengan penandatanganan kontrak bersama antara guru dan pengurus Yapenkris Pingdoling, Jumat (24/3) di Aula Pola Tribuana.
Ketua Yanpenkris Pingdoling Alor Dr. Fredrik A. Kande mengatakan, rekruitmen guru yayasan ini menjadi titik awal kebangkitan dan kemandirian pendidikan GMIT di Alor. Karena ke depan seluruh guru di sekolah GMIT akan diisi oleh guru yayasan dan kepala sekolah pun akan dilantik dari guru yayasan. (*dm).