Cerita Jusran Tahir Mendamaikan Ketua DPRD Alor dan Bupati

Bupati Alor Drs. Amon Djobo (kiri) dan Ketua DPRD Alor Enny Anggrek berjabat tangan erat usai difasilitasi berdamai oleh Tim 9 di Rumah Jabatan Bupati Alor, Kalabahi Kota, Jumat (9/7/2021) pagi.
Bupati Alor Drs. Amon Djobo (kiri) dan Ketua DPRD Alor Enny Anggrek berjabat tangan erat usai difasilitasi berdamai oleh Tim 9 di Rumah Jabatan Bupati Alor, Kalabahi Kota, Jumat (9/7/2021) pagi.

Kalabahi –

Ketua DPRD Alor Enny Anggrek dan Bupati Amon Djobo akhirnya berdamai setelah sekian tahun lamanya berkonflik politik. Lalu, bagaimana kisah di balik perdamaian keduanya?

Berikut petikan wawancara tribuanapos.net dengan Drs. H. Jusran Tahir selaku Ketua Tim 9 yang bertugas mendamaikan Bupati dan Ketua DPRD, Sabtu (10/7/2021) di kediamannya, kompleks Kadelang.

Bupati dan Ketua DPRD akhirnya bisa berdamai. Bagaimana prosesnya?

Tanggal 21 Juni saya diundang rapat di kantor Bupati. Saya tidak tahu agendanya apa karena tidak tertulis secara jelas di situ. Sebenarnya saya tidak ingin hadir, hanya hati saya ini tergerak untuk pergi. Pergi saya juga heran-heran, ko ada banyak orang di sana? Tapi saya kira (kehadiran saya) ada hikmahnya.

Baca Juga: https://tribuanapos.net/2021/07/02/alor-covid-19-meroket/

Apa saja yang dibicarakan dalam rapat itu?

Di sana kita mendengar penjelasan-penjelasan pak Sekda (Soni O. Alelang) soal bagaimana pembangunan Alor ini ada kendala-kendala yang dihadapi pemerintah.

Hasil rapat memutuskan bentuk Tim 9. Bapak kemudian diminta sebagai Ketua. Bagaimana perasaan bapak waktu itu?

Saya masih ragu. Saya bilang, saya pulang konsultasi dengan keluarga dulu. Pulang saya konsultasi, mama bilang ini kebaikan jadi terima saja.

Bagaimana skema kerja Tim 9?

Tanggal 24 Juni, saya minta Sekertaris undang semua (Tim 9) kita rapat di sini, di rumah saya. Kita bahas, bagaimana cara penyelesaiannya.

Baca Juga: https://tribuanapos.net/2021/07/01/polda-ntt-sp3-laporan-ketua-dprd-alor-terhadap-dua-anggota-dprd/

Ada beberapa hal yang kami putuskan. Pertama, harus berdasarkan aturan pemerintah yaitu UU pemerintahan daerah tentang tugas dan kewajiban baik Bupati maupun DPRD. Kedua, pendekatan Agama. Ketiga, Adat.

Poin ketiga ini yang kita giring dengan pendekatan edukatif dan persuasif. Lalu kita sepakat bertemu mereka. Kita sepakat juga, tidak boleh kita pergi lalu kita investigasi mereka, periksa dan adili mereka. Tidak boleh juga kita cari tahu siapa salah siapa benar, tidak boleh agar persoalan bisa selesai.

Kemudian kita taruh waktu hari Selasa tanggal 26 Juni kita bertemu Ketua DPRD. Nah, ternyata Ibu ada tugas ke luar daerah. Tunggu-tunggu sampai hampir satu Minggu tidak ada kabar. Akhirnya kita balik haluan, tanggal 1 Juli kita bertemu Bapak Amon Djobo.

Baca Juga: https://tribuanapos.net/2021/06/26/kpk-ri-sidak-aset-pemda-dan-aset-perusahaan-raksasa-di-alor-ini-kasusnya/

Setelah bertemu Bapak Amon, kita bikin surat lagi pemberitahuan ke Ibu Ketua untuk kita bertemu. Kita tahu bahwa dia ada di luar daerah, tapi kita perhitungkan bahwa mungkin dia bisa pulang. Surat kita pak Sekwan yang terima. Kita kasitahu, kalau ibu datang, bapak tolong kontak Asisten I (Fredy I. Lahal) supaya kita persiapan undangan untuk kita ketemu.

Waktu itu pak Sekwan informasi bahwa Ibu akan datang ke Alor tanggal 11 Juli, ternyata lebih awal ibu datang sekitar tanggal 7.

Ketemu Bupati, apa saja yang dibicarakan?

Kita pertama ketemu Bapak Amon. Saya buka pembicaraan, kemudian Bapak Haji Kadir Kawali (Ketua MUI Alor) omong dari sisi adat. Beliau jelaskan bahwa Alor ini dibelah bagi dua. Di Timor itu istilah bilang Tanah Kotong. Artinya kepala tanah di sana, itu yang disebut Taruamang. Terus di sini, Tanah Leng. Artinya kaki tanah itu ada di sini, di bagian barat. Itu yang dinamakan Bunga Bali. Jadi kita ini Basudara. Jadi dua suku besar ini harus duduk sama-sama sepakat jaga ini (perdamaian Alor).

Baca Juga: https://tribuanapos.net/2021/06/26/rektor-untrib-alvons-gorang-sampaikan-terima-kasih-kepada-semua-dukungan-dan-belasungkawa-pada-istrinya-alm-pdt-happy-gorang-nenotek/

Beliau (Abdul Kadir Kawali) juga cerita tentang hubungan orang Bunga Bali dengan orang Cina ketika masa penjajahan Belanda. Katanya ada empat kapal datang, salah satunya keluarga Cina. Mereka datang dagang di Alor Kecil. Makanya ada salah satu suku di Alor Kecil itu namanya suku Huma Sina. Di sana mereka ada dua rumah (suku), Sina Huma dengan Huma Sina. Sina Huma itu yang mereka punya tempat tinggal dan Huma Sina itu mereka punya toko untuk berdagang. Makanya ada nama Maskur dan keluarga Bajo itu keturunan Cina semua. Nanti tanya Bapak Abdul Kadir, karena saya lupa persisnya cerita itu tapi sepintas kurang lebih begitu.

Apa respon Pak Amon Djobo?

Nah, Bapak Amon mendengar dengan baik. Kita berupaya supaya bisa sejukkan bapak Amon supaya semuanya bisa jalan lancar. Setelah itu Bapak Pdt. Jakobus Pulamau dan Bapak Pdt. Kondrat nasehat dari segi Agama.

Baca Juga: https://tribuanapos.net/2021/06/23/pemkab-alor-undang-tokoh-agama-dan-masyarakat-bahas-perdamaian-antara-ketua-dprd-dan-bupati/

Sepanjang pembicaraan itu Bapak Amon hanya akui ibu Enny bahwa ibu itu orangnya baik tapi apa penyebabnya sampai keadaan sudah seperti ini.

Setelah cerita panjang lebar, beliau (Bupati Amon) bilang, saya bersedia kapan saja pertemukan kami, kami damai. Syukur Alhamdulillah, semuanya jalan baik dan kami pulang.

Lalu kapan dan bagaimana ceritanya ketemu Ibu Enny?

Kita cari waktu lagi bertemu Ibu Enny. Sejak tanggal 5 Juli kami tunggu dia sampai tanggal 8 kami bertemu Ibu. Tanggal 7 kami dapat informasi dari Pak Sekwan bahwa ibu sudah datang. Nah, pak Sekretaris bikin undangan, tanggal 8 ibu bersedia terima dan kami bertemu.

Baca Juga: https://tribuanapos.net/2021/06/10/kapolres-alor-beberkan-alasan-mengamankan-demonstran-yang-ricuh-demo-tolak-relokasi-pasar/

Jam 9 pagi kami bertemu Ibu. Saya pembukaan bicara, habis Bapak Kadir Kawali omong, terus Bapak Pdt. Jacobus Pulamau juga omong.

Apa saja yang dibahas?

Semua pembicaraannya bahwa Bapak Amon dengan Ibu Enny ini nahkoda kapal. Kapal besar ini ada di tangan Ibu dan Bapak. Kalau ibu dan bapak Amon tidak bakudapat, kita mau berlabuh di ini teluk bagaimana. Kita datang ini tidak bermaksud interogasi ibu, tidak bermaksud juga mau cari siapa salah siapa benar. Akhirnya ibu dengan jiwa besar siap untuk berdamai.

Bersiap damai itulah saya tawarkan, Ibu nanti besok tanggal 9 Juli, saya datang pagi di sini jemput ibu kita ke atas (Rumah Jabatan Bupati). Tim yang lain semua tunggu di atas. Terus kita pulang.

Baca Juga: https://tribuanapos.net/2021/06/10/sadis-polisi-dan-sat-pol-pp-pukul-injak-demonstran-saat-demo-tolak-relokasi-pasar-di-alor-ntt/

Saya kumpul lagi Tim dan saya sampaikan, Bapak Pdt dua (Jacobus dan Kondrat) sama-sama dengan saya bertemu bapak Bupati beri kesejukan pada beliau. Hanya beliau kecapean karena ada tugas di Welai jadi kami tidak sempat ketemu. Tanggal 9 pagi-pagi, Bapak Pdt. Jakobus kontak saya, katanya sudah aman. Beliau sudah koordinasi dengan Pak Bupati.

Pagi itu saya dengan Ibu Us Pulinggomang jemput ibu Ketua. Kami naik dengan Mobil Sekwan, pak Bupati terima baik.

Di Rumah Jabatan, saya konsultasi dengan Bapak Jacobus, bapak Hopni Bukang, kemudian bapak Haji Kadir Kawali omong selaku orang tua, terus saya omong ya sudah damai sudah.

Baca Juga: https://tribuanapos.net/2021/06/10/pemkab-alor-jawab-polemik-relokasi-753-pedagang-pasar/

Apa yang Bapak Haji sampaikan?

Tim 9 foto bersama Bupati Alor Drs. Amon Djobo dan Ketua DPRD Alor Enny Anggrek (tengah) usai perdamaian yang berlangsung di Rumah Jabatan Bupati Alor, Kalabahi Kota, Jumat (9/7/2021) pagi.
Tim 9 foto bersama Bupati Alor Drs. Amon Djobo dan Ketua DPRD Alor Enny Anggrek (tengah) usai perdamaian yang berlangsung di Rumah Jabatan Bupati Alor, Kalabahi Kota, Jumat (9/7/2021) pagi.

Saya juga omong tidak terlalu banyak. Saya hanya cerita pengalaman saya ketika menyelesaikan konflik antara ana-ana Alor dengan pemuda di Bandung. Gubernur panggil saya, bapak Ans Takalapeta dan Pak Imang almarhum pergi di Jakarta bertemu perwakilan di sana. Kami dengan Pak Gubernur Herman Nusakabe dan Pak Kodam Siliwangi, kami pergi ke Bandung. Kami selesaikan di kantor Walikota Bandung.

Baca Juga: https://tribuanapos.net/2021/06/10/ricuh-aksi-hmi-gmni-pmkri-dan-okp-alor-tolak-relokasi-pasar-kadelang/

Jadi di sana, kumpul semua orang-orang tua Alor dan NTT, kami sepakat, kalau selesaikan dengan pendekatan adat. Jadi di Alor itu, kalau apinya masih mendidih, hela kayunya sampai apinya dingin dan airnya juga dingin baru kita minum. Suasana begini kalau kita pergi juga tidak akan selesai. Akhirnya semua selesai karena situasi sudah dingin semua. Jadi itu ilmu kita orang timor yang kita pakai di sana. Nah pendekatan-pendekatan itu yang kita pakai mendamaikan mereka di Bandung akhirnya aman sampai sekarang.

Jadi kemarin itu saya bicara dari sisi adat, Bapak Pdt. Jacobus dan Romo (Marselinus Seludin) omong dari sisi Agama, akhirnya Ibu Ketua dan Pak Bupati damai.

Baca Juga: https://tribuanapos.net/2021/06/10/relokasi-pasar-alor-pedagang-kami-dikejar-koperasi/

Apa saja unek-unek yang disampaikan Ketua DPRD dan Bupati sebelum berdamai?

Sebelum itu saya sudah pesan ke semua Tim 9 bahwa apa saja unek-unek keduanya yang sebentar nanti keluar maka tolong itu jangan keluar. Nanti memicu konflik. Akhirnya di sana juga ruang itu tidak dibuka. Semuanya harus hilang di sini dan semuanya tidak boleh keluar dari ruangan ini. Kami ini orang tua jadi semua harus selesai di sini karena zaman ini beda dengan zaman dulu. Dulu orang tua kita omong selesai. Sekarang ada Handphone semua bisa jadi pemicu.

Apa harapan yang disampaikan dalam mediasi perdamaian?

Kita harapkan ibu Ketua dan Bapak Amon itu damai, urus negeri ini baik-baik. Apa-apa (konsep pembangunan) yang ibu dan saya antar Bapak Amon jalan-jalan kemarin (dalam kampanye Pilkada Alor tahun 2018) itu banyak yang sudah teruji, terlaksana. Puskemas, jalan, pasar sekarang mulai dibangun di mana-mana. Di Alor Timur juga mau dibangun rumah sakit umum. Kalau ada masalah apa, tanah dan lain sebagainya saya siap bertemu Bapak Zainul Makunimau dan orang-orang tua adat Talpi, Taruamang, kita selesaikan. Jadi perdamaian ini supaya mereka dua fokus urus pembangunan.

Baca Juga: https://tribuanapos.net/2021/06/10/dua-pasien-alor-reaktif-covid-19/

Apa pesan Bapak Haji ke mereka?

Saya bilang, kerja itu harus pakai siasat. Kalau pakai siasat maka kita tidak korban tapi program-program pembangunan ada jalan. Kalau kita tidak pakai siasat, baku tabrak saja maka semua program tidak akan jalan. Dan ternyata nasihat saya itu Ibu juga sejuk, bapak Amon juga sejuk.

Damai ini apakah ada syarat-syarat yang ditetapkan?

Syaratnya ada. Kami sudah siapkan konsepnya untuk dibuat secara tertulis, ditanda tangani oleh ibu Ketua dan Pak Bupati, supaya besok-besok ada apa-apa kami 9 orang dan mereka dua harus bertanggungjawab. Hanya ada halangan, akhirnya konsep itu batal.

Baca Juga: https://tribuanapos.net/2021/06/09/gmki-minta-pemkab-dan-dprd-alor-selesaikan-polemik-relokasi-pasar/

Jadi tugas (negosiasi perdamaian) yang diberikan pada kami ini tidak tetap di bawah kendali, padahal demi Tuhan kami ikhlas. Tapi ya mudah-mudahan perdamaian ini bisa berlaku lama dan tidak boleh ada lagi.

Apakah ada opsi syarat Ibu Ketua dan Sekda Alor perlu cabut laporan polisi?

Itu semua ada. Itu harus diakhiri dan di stop sudah. Saya bilang, kita harus kerja pakai siasat, kalau tidak pakai siasat maka kita bisa gali lubang masuk sendiri to? Jadi siasat harus pakai.

Syarat lainnya kita minta keduanya bergandengan tangan supaya kegiatan-kegiatan perdamaian bisa berjalan baik. Kemarin sidang di DPRD, Ibu Ketua dan Pak Bupati hadir pimpin sidang dan suasananya sejuk. Saya kira ini bukti dari perdamaian kemarin.

Baca Juga: https://tribuanapos.net/2021/06/08/kunjungi-smk-negeri-1-kalabahi-kadisdik-ntt-beri-arahan-pentingnya-kolaborasi-memajukan-pendidikan/

Ada yang meragukan perdamaian ini tidak akan lama karena dalam politik tidak ada yang abadi, apa pendapat Bapak soal ini?

Ya memang dalam politik tidak ada yang abadi. Dalam politik juga tidak ada sahabat sejati. Tapi kita harapkan proses perdamaian kemarin itu bisa berjalan lama karena terlepas orang Kafir sekalipun pada saat tertentu dia marah betul tapi dia ingat di atas (Tuhannya). Dia masih punya hati nurani seperti itu. Dan kita harapkan (konflik keduanya) ini tidak boleh lagi terjadi.

Kemarin orang-orang tua semua pesan, tidak boleh terjadi lagi. Karena kasus ini (konflik Bupati dan Ketua DPRD) baru terjadi dua kali. Terjadi di masa Bupati Hosea Dally dan Ketua DPRD Theofilus Plaituka. Tapi karena orang pamong jadi mereka cari jalan keluar ya cepat selesai. Damai. Kalau ini (Enny Anggrek dan Amon Djobo) yang terjadi paling besar.

Baca Juga: https://tribuanapos.net/2021/06/07/alor-dapat-dana-rp-23-miliar-bangun-sekolah-terdampak-seroja/

Orang tua kami pesan bahwa, dua orang berselisih, di tengah itu ada setan. Dan setan itu terdiri dari Jin dan Manusia. Jadi kalau bisa hindari itu. Hindari yang tidak baik, yang baik kita pakai. Bapak Amon dan Ibu Ketua dengar itu yang kami sampaikan.

Apakah tugas Tim 9 ini sudah berakhir dan akan dibubarkan atau ada langkah-langkah lain mungkin perlu dipatenkan menjadi Ormas Dewan Penasehat Daerah?

Kemarin saya sampaikan, mohon maaf kalau saya pimpin tim ini kalau ada kilaf, salah. Jadi berakhir sudah tim yang saya pimpin ini. Jika di kemudian hari ada yang lebih punya kemampuan memimpin lagi (untuk mendamaikan keduanya bila terjadi konflik lagi) ya silahkan. Saya cukup di sini. Saya omong begitu, bapak Amon marah, dia marah suruh saya selesaikan persoalan dalam tim. Hehehe. Dia omong saya, bapak ini yang pimpin baru orang lain bisa ikut. Jadi kemarin juga ibu Kabag kasitahu bilang nanti bikin SK tapi saya tidak jawab. Inikan ibarat kita menghadapi gajah to? Karena mereka ini tempramental semua. Itu yang kita hati-hati sekali, tapi baik e, dua orang sudah baku baik.

Baca Juga: https://tribuanapos.net/2021/06/07/trans-media-bangun-sd-terdampak-seroja-di-alor/

Kemarin juga pak Kapolres kirim Intel datang tanya orang di situ, siapa yang pimpin perdamaian, dijawab bahwa Pak Yusran yang pimpin. Intel tanya, bisa ko tidak kasih damai? Tidak, mereka tiga itu dulu jalan sama-sama (kampanye Amin di Pilkada Alor 2018). Oh iya baik. Mereka tanya begitu terus pulang. Hehe. Saya pulang rumah Intel masih datang tanya saya, bagaimana caranya mereka bisa damai? Ko bisa? Saya jawab, kita orang Alor ini pakai ilmu lain. Hehe.

Menurut Bapak Haji, kriteria figur yang seperti apa yang layak mengganti mereka di Pemilu 2024 agar tidak ada lagi konflik seperti ini? Mengingat bapak termasuk salah satu tokoh kunci memenangkan Pilkada dan Pileg.

Banyak yang datang ketemu saya, ada Pak Hopni Bukang, Pak Iskandar Lakamau, ada Pak Joseph Malaikosa, ada Anto Djawa suruh bapak kecilnya datang. Saya bilang kamu turun di kampung dulu. Jangan di belakang meja. Turun di tengah-tengah masyarakat baru kamu akan mengenal dan dikenal. Jadi kamu turun dulu di masyarakat. Nanti di hari H mana yang pamor naik rakyat dukung ya kita dukung. Tapi harus dengan syarat, naik harus mengabdi untuk rakyat.

Baca Juga: https://tribuanapos.net/2021/06/06/alberth-ouwpoly-pimpin-ferederasi-olahraga-petanque-indonesia-kabupaten-alor/

Sekarang kan ibarat singa yang pimpin jadi kita bawa domba yang pigi na apa yang terjadi. Begitu to? Hehehe.

Saya juga duduk lagi pikiran di 2024. Artinya begini, siapapun yang keras (pimpin Alor) asal hatinya lembut, jalan tegur orang, masuk kampung masak apa saja ya makan, masuk dapur rumah di kampung lihat apa saja ya makan. Begitu rakyat senang. Tapi kalau kita jalan lihat lonceng tangan saja ya susah. Kita harus ikut kita punya adat di kampung yang ada. Ini pengalaman saya. Jadi harus ada pendekatan sosial, agama dan adat, tidak bisa duduk di belakang meja baru maju. Karena beban pembangunan yang bapak Amon Djobo tinggalkan ini harus terus berjalan.

Baca Juga: https://tribuanapos.net/2021/06/06/tangis-keluarga-pecah-saat-jenazah-korban-penembakan-teroris-papua-tiba-di-alor-ntt/

Apa pesan damai Bapak Haji kepada Ibu Ketua dan Bapak Bupati beserta pendukungnya di masyarakat dan media sosial?

Pesan saya, jaga hati dan pikiran supaya jangan hati dan pikiran itu panas. Iman itu kan ada di hati. Jadi pikir baik-baik renungkan di hati baru lakukan. Sabarlah. Karena sabar itu dicintai Tuhan, sabar itu banyak teman, sabar itu kita diterima di mana-mana. Pimpin Alor harus banyak sabar, karena ada banyak kultur dan perbedaan yang ada. Itu pesan saya kepada semua pendukung juga. Kita semua, Ibu Enny dan Pak Amon sama-sama punya kekurangan dan kelebihan tapi kita sama-sama harus urus Alor dengan baik. Berdemokrasilah dengan santun dan berbudaya, tidak boleh sampai keluar rel. Itu saja pesan saya.

Baca Juga: https://tribuanapos.net/2021/06/05/pdip-cabut-dukungan-ke-bupati-alor-timses-sama-sekali-tak-berdampak-politik-di-dprd/

Ketua DPRD Alor Enny Anggrek dan Bupati Amon Djobo sebelumnya berkonflik politik hingga masing-masing kubu saling lapor di kepolisian. Konflik kedua petinggi daerah itu membuat Sekda Alor Sony O. Alelang mengundang tokoh masyarakat dan Agama membahas perdamaian pada tanggal 21 Juni 2021 di kantor Bupati, Batunirwala.

Hasil rapat itu sepakat membentuk Tim 9 yang diketuai H. Jusran Tahir. Berbagai upaya dilakukan Tim 9 akhirnya pada Jumat (9/7) pagi keduanya resmi didamaikan di Rumah Jabatan Bupati Alor, Kalabahi Kota.

Turut hadir di acara perdamaian antara lain, mantan Wakil Bupati Alor sekaligus Ketua Tim 9, Drs. H. Jusran M. Tahir, dan anggota, masing-masing; Ketua Forum Komunikasi Umat Beragama Kabupaten Alor Pdt. Jacobus Pulamau, S.Th, Ketua Klasis Kabola Pdt. Kondrad Penlaana.

Kemudian, Anggota Tim 9 lainnya; Ketua MUI Kabupaten Alor Haji Abdul Kadir Kawali, Pastor Paroki Yesus Gembala Yang Baik Kalabahi Romo Marselinus Seludin, Pr, Ketua Parisada Hindu Dharma I Made Warta, Tokoh Masyarakat; Dorsila Pulinggomang, Muhamad Bere, H. Husen Tolang dan Denny Lalitan. (*dm).