Respon Kisruh PP GMKI, Senior GMKI Cabang Kupang Serukan Perdamaian Ut Omnes Unum Sint

Senior GMKI Kupang menggelar pertemuan via zoom dan tatap muka di SC GMKI Kupang, membahas kisruh Pengurus Pusat GMKI, Kamis (2/2/2023).
Senior GMKI Kupang menggelar pertemuan via zoom dan tatap muka di SC GMKI Kupang, membahas kisruh Pengurus Pusat GMKI, Kamis (2/2/2023).
Kupang, Tribuanapos.net – Senior GMKI Cabang Kupang menggelar doa bersama dan menyerukan perdamaian terkait kisruh di Pengurus Pusat (PP) antara kubu Ketua Umum Jefry Gultom dan Sekertaris Umum Artinus Hulu.
Seruan moral supaya mereka semua menjadi satu adanya sebagaimana amsal GMKI: Ut Omnes Umun Sint itu disampaikan senior dalam acara doa bersama dan diskusi dalam rangka Pra Dies Natalis GMKI Ke-73.
Acara dengan topik diskusi merespon polemik PP GMKI itu difasilitasi oleh BPC GMKI Kupang, Kamis 2 Febuari 2023 malam. Acara diawali ibadah syukur bersama dilanjutkan diskusi yang dipandu Moderator Bung senior Haris Oematan dan Gady Buli di Sekretariat BPC GMKI Kupang, Kompleks Walikota Kupang.
Baca Juga: https://tribuanapos.net/2023/02/01/warga-desa-ampera-alor-amankan-seorang-pria-tidak-dikenal-polisi-klarifikasi-pria-itu-bukan-pelaku-penculikan-anak/
Diskusi dibuka pertama oleh Senior Herlof Foeh. Adapun poin intinya Herlof mendukung Serah Terima Jabatan atau Sertijab kubu Sekum di tanggal 28 Januari 2023 karena proses itu dianggapnya sah secara konstitusional sesuai kerja 3 Formatur.
“Sertijab 28 Januari 2023 versi Sekum adalah sah dan konstitusional. Saya tetap mengakui Sertijab tanggal 28 dan menolak Sertijab lain,” tegas Herlof.
Sementara itu senior Alexander Ena mengatakan, jika kita obyektif membaca peta konflik di PP antara Ketum dan Sekum maka keputusan masing-masing susunan Pengurus Pusat versi Ketum dan Sekum adalah sama-sama salah.
Karena itu Aleksander meminta kedua kubu rendah hati dan perlu rekonsiliasi perdamaian dan mengusulkan untuk penambahan struktur menjadi solusi rekonsiliasi antara kubu Ketum dan Sekum.
Baca Juga: https://tribuanapos.net/2023/02/01/thresher-shark-indonesia-dan-disdik-alor-luncurkan-modul-mulok-konservasi-kelautan-untuk-sekolah-dasar/
Selain itu Alexander juga meminta jika dalam rekonsiliasi tersebut tidak membuahkan hasil maka opsi Kongres Luar Biasa menjadi solusi mengganti seluruh PP baik kubu Ketum dan Sekum.
“Usulan Kongres Luar Biasa perlu hanya untuk memilih Pengurus Pusat,” tegas Mantan Ketua Cabang GMKI Kupang.
Senior Jan Windy berpendapat bahwa senior tidak boleh berdiri dalam posisi kubu-kubuan supaya bisa melihat kasus ini secara obyektif untuk memberikan rekomendasi pada BPC Kupang dalam bersikap.
Jan Windy yang baru-baru ini turut hadir juga mengikuti Kongres GMKI di Toraja itu menguraikan bahwa konstalasi politik di Kongres Toraja semuanya berjalan normatif, tak ada chaos antara Ketum dan Sekum.
Baca Juga: https://tribuanapos.net/2023/01/13/pancang-papan-nama-nasdem-di-teluk-mutiara-imanuel-blegur-ajak-kader-hindari-politik-identitas/
Karena itu Jan membantah isu kubu-kubuan antara Ketum dan Sekum di Kongres Toraja yang disebut-sebut menjadi penyebab masalah dalam penyusunan struktur PP di Formatur kubu Ketum dan Sekum.
“Saya ikut Kongres di Toraja kemarin. Tidak ada masalah di Kongres. Semua yang terjadi di Kongres itu murni dinamika biasa,” ujarnya.
Mantan Korwil VII PP GMKI era 2008-2010 itu kemudian menyarankan kepada BPC GMKI Kupang agar tidak mengambil sikap organisasi mendukung kubu Ketum dan/atau Sekum. BPC disarankan bersikap netral dalam mencari solusi yang damai dan bijak untuk keutuhan GMKI setanah air.
Baca Juga: https://tribuanapos.net/2023/01/07/ppp-siap-usung-abdul-madjied-nampira-bertarung-di-pilkada-alor-2024/
“Kasus PP sedapat mungkin tidak bisa diselesaikan jika mengacu pada aturan organisasi karena masing-masing kubu ada dalil pembenaran aturan masing-masing. Sikap BPC terkait kisruh PP menjadi kewenangan penuh BPC, tanpa intervensi dari senior,” tutup Jan Windy yang kini menjabat Anggota DPRD Provinsi NTT.
Sementara senior Desy Foeh mengatakan, semua perbedaan pendapat antara Ketum dan Sekum adalah dinamika yang asik di GMKI. Sebab semuanya itu terjadi atas seizin Tuhan Yesus sang kepala gerakan untuk kita lebih bersatu adanya dalam spirit Ut Omnes Unum Sint.
Desy berharap diskusi senior ini sedapat mungkin mencari solusi untuk menyikapi kisruh di PP dengan jalan damai sesuai spirit GMKI: Ut Omnes Unum Sint.
Baca Juga: https://tribuanapos.net/2023/01/06/peringati-harlah-ke-50-ppp-alor-optimistis-menang-pemilu-2024/
“Kita tidak boleh ada kubu tertentu. Kehadiran atau diskusi kita hanya untuk membantu BPC dalam bersikap nanti,” katanya.
“Kita belum membedah kronologi di PP. Diskusi kita tidak berpihak pada pihak tertentu melainkan hanya untuk tujuan rekonsiliasi di PP,” lanjut dia.
Desy mengakui bahwa kisruh ini terjadi karena keegoisan Ketum dan Sekum yang mengesampingkan keputusan Kongres yang memberi mandat pada kerja Formatur. Menurutnya seharusnya keduanya memutuskan kepengurusan bersama dalam kerja Formatur.
“Jika mau memilih maka menurut saya versi Sekum yang benar di Sertijab tanggal 28 Januari 2023 karena diputuskan oleh 3 orang Formatur,” tegasnya.
Baca Juga: https://tribuanapos.net/2023/01/04/ricuh-rapat-paripurna-pemberhentian-ketua-dprd-alor-pimpinan-dprd-saling-baku-rampas-palu/
Meski demikian, Desy lagi-lagi bersyukur ada pertemuan yang indah ini diselenggarakan di SC GMKI Kupang melalui tatap muka langsung dan zoom meeting yang dihadiri sekitar 200an senior dari berbagai angkatan, membahas kisruh di PP.
“Kita harap kisruh ini segera berdamai. Ini semua karena kita semua mencintai GMKI. UOUS,” tutup Desy.
Senior lainnya, Daud Amarato memberikan apresiasi kepada BPC GMKI Kupang dan Bung Haris Oematan dan kawan-kawan yang memfasilitasi pertemuan senior ini.
Menurut Daud, polemik PP ini sangat menggangu semua kita yang pernah ada di GMKI. Dan jika ini dibiarkan maka dampaknya sangat besar baik secara organisasi dan individu.
Baca Juga: https://tribuanapos.net/2023/01/04/paripurna-ricuh-f-pdip-tolak-agenda-pembacaan-putusan-pemberhentian-ketua-dprd-alor/
“Karena itu kita perlu berdiskusi mencari solusi bijak yang akan ditempuh. Kalau masing-masing mencari siapa salah maka ini tidak akan selesai,” ujarnya.
Mantan Korwil VII era 1990an itu kemudian memberikan sejumlah opsi solusi antara lain: perlu ada agenda tunggal KLB hanya untuk memilih Pengurus Pusat yang baru menggantikan Ketua umum, Sekretaris Umum bersama jajaran pengurusnya.
Akan tetapi, sebelum tiba pada KLB maka perlu membentuk tim mediasi independen. Tim ini perlu dibentuk secara independen untuk memediasi kubu Ketum dan Sekum. Mediasi ini perlu dengan syarat tim antara lain:
Baca Juga: https://tribuanapos.net/2023/01/05/umumkan-pemberhentian-ketua-dprd-alor-sah-sesuai-ketentuan-tatib-dprd-akan-surati-gubernur/
  1. Orang yang netral dan tidak menghakimi atau bersikap memihak.
  2. Tim juga harus memiliki hubungan yang baik dengan kedua pihak dan dapat dipercaya.
  3. Tim harus benar-benar merasa terpanggil untuk menyelesaikan persoalan ini.
  4. Tim harus punya kemampuan komunikasi yang baik.
  5. Memiliki kepekaan yang baik. Peka pada amsal GMKI: Ut Omnes Umun Sint.
  6. Punya pengaruh yang bisa menyelesaikan masalah.
Daud Amarato mendorong BPC setanah air khususnya di wilayah VII untuk mendorong pembentukan tim supaya bekerja untuk kepentingan rekonsiliasi di PP.
Baca Juga: https://tribuanapos.net/2023/01/05/enny-anggrek-tuding-ada-rekayasa-sistematis-lengserkannya-dari-jabatan-ketua-dprd-alor/
“Kalau tim ini bekerja tidak selesai atau tidak menemukan titik temunya maka kita dorong untuk KLB hanya untuk memilih Pengurus Pusat,” tegas Daud.
Sebagai senior, Daud mendorong semua senior di Kupang, di wilayah VII dan senior setanah air untuk membantu menyelesaikan persoalan ini secara arif dan bijaksana sesuai spirit GMKI: Ut Omnes Umun Sint dan tidak ikut memanas-manasi situasi.
“Mari kita menata GMKI ke arah yang lebih baik,” tutup Daud, salah satu senior GMKI yang disebut-sebut bakal bertarung di kontestasi Pilkada di salah satu kabupaten di pulau Sumba, NTT.
Mantan Ketua Cabang GMKI Kupang Ebets Masu mengatakan, dampak kisruh ini secara langsung dan tidak langsung berdampak kepada civitas di GMKI Kupang karena ada 5 utusan yang masuk struktur PP di dua kubu.
Baca Juga: https://tribuanapos.net/2023/01/06/respon-insiden-di-paripurna-wakil-ketua-dprd-alor-saya-tidak-pukul-enny-saya-sayang-dia-ko/
Menurutnya, proses ini kalau dianggap sepele adalah suatu sikap yang keliru. Di cabang Kupang saja, dikotomi pra dan pasca Konfercab itu terjadi sehingga yang perlu kita cari tahu adalah bagaimana kita mencari akar masalah dari proses di PP ini.
Ebets mengatakan bahwa kisruh di PP ini bisa saja terjadi karena akumulasi dari pengaruh luar, dan kita belum siap menangkal itu di internal.
Ia menduga signal kubu-kubuan antara Ketum dan Sekum ini terjadi akibat pengaruh luar ini sangat besar menjadi penyebab perpecahan di PP. Hanya saja penyebab faktor luar ini tidak dimunculkan ke publik sehingga kita tidak tahu.
Baca Juga: https://tribuanapos.net/2022/11/29/breaking-news-bk-resmi-berhentikan-enny-anggrek-dari-jabatan-ketua-dprd-alor/
Ebets berharap percakapan malam ini sangat penting untuk kita mencari intisari bersama untuk bagaimana PP bisa menyatu tetapi juga sampai ke cabang-cabang. Kalau ini tidak diselesaikan maka jangan harap kita menatap hal yang lebih besar di luar sana kalau internal kita masih keropos.
“Jujur secara pribadi, saya ada di proses Sertijab tanggal 28 Januari itu benar secara konstitusional,” tutup Ebets mempertegas kerja Formatur 3 orang di kubu Sekum.
Mantan Ketua Cabang GMKI Kupang Jhon Liem mengatakan, perbedaan pendapat dan pilihan itu biasa dalam kerja Formatur di PP GMKI. Karena itu pilihan Formatur soal siapa yang masuk struktur PP itu menjadi hal yang patut dihormati.
Baca Juga: https://tribuanapos.net/2022/11/27/kunker-ke-alor-kapolda-ntt-ingatkan-masyarakat-jangan-minta-dirinya-luluskan-anak-yang-ikut-tes-anggota-polri/
“Kerja Formatur untuk voting itu juga hal yang biasa. Karena siapa yang terpilih dan tidak terpilih itu juga hal yang biasa,” kata Ketua Cabang yang rekam jejaknya paling kontroversi dengan senior-senior maupun dengan BPC ini.
“Sertijab tanggal 28 Januari itu sah karena ada tiga Formatur. Tapi soal ini kita tidak bisa mendukung salah satu pihak,” lanjut Jhon.
Jhon kemudian menawarkan sejumlah opsi solusi antara lain, pertama: perlu ada pengurus bersama sehingga struktur diperluas. Kedua: Panggil lima orang PP dari Cabang Kupang kembali dan tidak boleh menjalankan tugas, dan/atau mengundurkan diri secara terhormat.
“Mundur sampai dengan rekonsiliasi terjadi di PP,” tegas Jhon bersemangat.
Baca Juga: https://tribuanapos.net/2022/11/25/komisi-iii-dprd-alor-dan-pupr-alokasi-dana-rp-9-miliar-bangun-jalan-lantoka-peitoko-tahun-2023/
Jhon yang ikut Kongres Toraja ini mengakui jika kisruh Ketum dan Sekum ini terjadi bermula saat Kongres Toraja. Ia menduga Kongres menjadi ajang transaksional janji-janji jabatan PP yang secara langsung berpengaruh pada kerja-kerja Formatur.
“Isu soal transaksional itu terjadi di masa saya Kecab. Saya ditawari (uang dan jabatan) tapi saya tolak. Nanti kepala gerakan yang mengadili kita,” ujarnya.
Lebih lanjut, Jhon pun menyarankan jika rekonsiliasi kubu Ketum dan Sekum tidak dapat terselesaikan maka ia meminta Cabang-cabang setanah air perlu bersikap menempuh opsi KLB. Sebab KLB dianggap jalan terbaik untuk menyelamatkan keutuhan GMKI.
Baca Juga: https://tribuanapos.net/2022/11/25/kpu-alor-usul-2-opsi-pemekaran-dapil-ke-kpu-ri/
“Kalau rekonsiliasi mereka tidak bisa sama sekali maka setengah cabang ditambah satu minta KLB maka itu perlu. Memang ini butuh biaya besar tapi opsi ini perlu,” tegasnya.
Jhon Liem juga menyarankan kepada BPC Cabang Kupang untuk mengambil keputusan terkait kisruh PP ini. Sikap itu apakah mendukung kubu Ketum dan/atau Sekum, semuanya mutlak menjadi kewenangan BPC. Apapun pilihan keputusan organisasi ia akan tunduk dan menghormatinya.
Mantan Ketua Cabang Simson F. Beli mengucap syukur pada Yesus Kristus Sang Kepala Gerakan karena kisruh ini nilai positifnya malam ini semua senior dapat bernostalgia kembali mengenang kisah sewaktu berGMKI dulu.
Baca Juga: https://tribuanapos.net/2022/11/24/minyak-tanah-langka-dan-mahal-jelang-natal-pemda-alor-ancam-pidanakan-yang-main/
Simson mengatakan, Kongres Toraja sudah selesai namun kisruh PP memberikan dampak yang besar hingga ke cabang-cabang utamanya pada cabang Kupang. Karena itu mantan Kabid Organisasi PP ini berharap diskusi senior ini bisa menjadi cair dan menemukan solusi terbaik bagi keutuhan GMKI di tanah air.
Simson menerangkan, dinamika Kongres dan kerja Formatur memang pasti terjadi cukup alot. Karena sistem pemilihan di GMKI yang menganut asas langsung dan/atau Formatur.
“Ketika Kongres dan Formatur jika tidak ada kesepakatan maka memilih suara terbanyak yang dikedepankan. Ada asas musyawarah mufakat yang menjadi penekanan,” ujarnya.
Baca Juga: https://tribuanapos.net/2022/11/19/bergabung-ke-perindo-alor-beny-kaho-optimistis-menang-caleg-dapil-i-dprd-alor/
Menurutnya, kisruh perbedaan pendapat ini wajar terjadi karena posisi tawar kubu Ketum dan Sekum yang dipilih langsung di Kongres ini tentu mempunyai dalil pembenaran masing-masing secara konstitusional. Jadi struktur yang dibentuk oleh kedua kubu itu mereka anggap sah.
Simson pun berharap kisruh kedua pimpinan GMKI pusat ini dapat dicarikan solusi terbaik sehingga tidak berdampak meluas kepada gugatan hukum maupun polarisasi di cabang-cabang.
Untuk itu ia menyarankan beberapa opsi solusi yaitu:
  1. Kita senior dari Cabang Kupang perlu inisiatif membentuk tim mediator untuk mediasi. Tim ini harus bekerja mendamaikan kisruh di PP dalam semangat persatuan dan keutuhan GMKI.
  2. Kalau mau GMKI tetap satu ya kita pecat semua PP termasuk Ketum dan Sekum. Ini konsekuensi adalah bikin Kongres. Memang ini butuh biaya tapi masih dianggap perlu karena ada pembangkangan terhadap organisasi terkait Motto kita Ut Omnes Umun Sint.
Baca Juga: https://tribuanapos.net/2022/11/18/pemkab-alor-susun-rancangan-perda-tentang-penyertaan-modal-daerah-pada-perusahaan-daerah-air-minum/
Sementara senior Imanuel E. Blegur menjelaskan awal kisruh Ketum dan Sekum terjadi itu ia tanggal 24 Januari sementara berada di Alor. Ia mendengar ada perbedaan pendapat antara Ketum dan Sekum dalam penyusunan struktur di Formatur.
Mendapat kabar itu, Imanuel kemudian menelpon sejumlah Pengurus Pusat Demisioner di Jakarta meminta penundaan Sertijab kubu Sekum hingga ada titik temu.
“Saya telepon ke PP, jangan dulu Sertijab biarlah perbedaan ini harus diselesaikan. Saya minta mereka hubungi senior-senior untuk membantu memfasilitasi perbedaan pendapat itu. Biar struktur yang dibentuk itu lahir dari semangat Ut Omnes Umun Sint,” katanya.
“Saya berangkat ke Kupang dan Jakarta, saya kontak Ketum kita cari jalan keluar. Kita semua mencintai GMKI dan berharap tetap utuh, tetap satu,” lanjut Imanuel.
Baca Juga: https://tribuanapos.net/2022/11/16/buka-acara-konven-di-kolana-bupati-alor-ajak-pemuda-sinode-gmit-buat-mukjizat/
Tiba di Jakarta Imanuel mendapat undangan Sertijab dari kubu Sekum. Ia kemudian bertanya, mengapa ada Sertijab sementara situasi belum bersatu. Ia lalu minta jangan dulu Sertijab karena Filosofi GMKI itu adalah kebersamaan, kesatuan dan keutuhan.
“Saya bilang ke mereka tidak boleh ada keputusan tanpa kehadiran Ketua Umum dan Sekretaris Umum. Sementara keputusan Formatur kubu Sekum tidak dihadirkan Ketum maka ini akan menimbulkan perpecahan,” terangnya.
Mantan Ketua Umum GMKI dua periode itu kembali menekankan persatuan di GMKI karena selama 14 tahun ia berpengurus di semua aras GMKI, kebersamaan ini menjadi sesuatu yang penting.
Baca Juga: https://tribuanapos.net/2022/11/01/aksi-heroik-gubernur-ntt-selamatkan-anak-dan-ayahnya-yang-terjebak-banjir/
Imanuel mengakui perbedaan pendapat antara Ketum dan Sekum ini berawal dari faksionalisme di Kongres Toraja. Dan itu menjadi penyebab lahirlah kisruh di Formatur ini.
“Kita harus mencari jalan keluar. Kongres kita tidak belajar menerima kekalahan. Yang menang juga tidak boleh membajak semua yang ada. Harus membangun kebersamaan,” ungkapnya.
Imanuel menerangkan Kongres menganut asas pemilihan langsung dan/atau Formatur. Karena itu Formatur dibentuk untuk membantu Ketum dan Sekum dalam menyusun struktur PP Periode 2022-2024.
“Kerja Formatur voting itu teknis. Jangan kita mengalahkan substansi tugas Formatur yang membantu Ketum dan Sekum dalam penyusunan struktur. Jadi harus sama-sama baru susun struktur. Ada dua substansi yang dilanggar, dan karena dominasi teknis (voting) ini menjadi awal perpecahan,” katanya.
Baca Juga: https://tribuanapos.net/2022/10/29/keluarga-di-alor-berangkat-mencari-korban-km-cantika-77-di-laut-timor/
Imanuel juga mengatakan bahwa ia sebenarnya tidak ingin hadir di Sertijab tanggal 31 Januari kubu Ketum. Tapi Sertijab tanggal 28 Januari kubu Sekum sudah terjadi.
Selain itu, karena ada upaya dari kelompok Sertijab tanggal 28 Januari untuk mensabotase gedung Sertijab di GPIP seolah -olah tidak ada lagi pengurus lain yang tidak mengakui Ketua Umum maka ia memilih hadir di Sertijab tanggal 31 Januari sebagai bentuk dukungan pada Ketum hasil Kongres Toraja.
“Saya juga tahu ada konsekuensi hadir di Sertijab tanggal 31 Januari. Tapi itulah saya perlu hadir untuk mencari solusi,” ujarnya.
Imanuel berharap kisruh ini tidak terlalu lama terjadi di kubu PP, karena itu perlu ada upaya damai yang dilakukan para senior. Ia juga sudah mengontak sejumlah senior mantan-mantan Ketua Umum PP di Jakarta untuk membahas jalan damai.
Baca Juga: https://tribuanapos.net/2022/10/26/keluarga-histeris-sambut-7-jenazah-korban-cantika-77-di-alor/
“Saya sudah kontak senior-senior di Jakarta untuk mencari alternatif kembali untuk mempersatukan kedua kubu ini. Besok saya akan bertemu bung Robert Sitorus dan teman-teman yang lain untuk mencari solusinya,” terang Imanuel.
“Kita tidak boleh mendukung kubu tertentu. Masing-masing punya kelemahan. Sekarang kita pikir bagaimana mencari solusinya. Saya juga tahu ada kubu di senior untuk mendukung kubu tertentu. Saya cukup kesal Sertijab di tanggal 28 Januari sebab kalau belum maka itu akan memudahkan kita untuk mencari solusi, tapi itulah Sertijab sudah terjadi,” lanjut Imanuel.
Imanuel juga menekankan bahwa bukan dia menjadi Ketum GMKI dua periode sehingga lebih memilih dukung kubu Ketum Jefry yang juga terpilih untuk periode kedua di Kongres Toraja. Ia harap sekarang bagaimana kita pikirkan mencari solusi yang baik. Kalau tidak maka kita sedang ingin mengantar GMKI ini ada dalam perpecahan.
Baca Juga: https://tribuanapos.net/2022/10/22/mundur-dari-wakil-ketua-dpw-nasdem-ntt-david-laleb-resmi-masuk-gerindra/
“Biarlah dua-duanya hadir strukturnya baru kita menyatukan. Saya sudah ingatkan teori pengampunan Yesus terhadap Petrus pada Ketum Jefry. Saya percaya Tuhan akan kasih hikmat untuk mencari jalan keluar. Saya tidak mau membahas soal-soal teknis karena itu akan semakin menimbulkan perpecahan. Kalau kita mencintai GMKI, marilah kita rendah hati untuk mencari jalan keluar. Sebab Tuhan akan menghantarkan kita pada solusi yang baik untuk menjaga keutuhan dan kebersamaan kita,” ujarnya.
“Saya akan menggalang seluruh senior-senior GMKI untuk bagaimana mencari jalan keluar terbaik. Jangan kita biarkan Dies dan Pleno terjadi dua kubu. Dan jangan kita terjebak pada kondisi yang ada. Kita akan menemukan jalan terbaik untuk kita menyelesaikan masalah ini. Jangan kita berdiri pada kubu-kubuan. Mari kita berdiri pada kepentingan keutuhan organisasi dalam semangat Ut Omnes Umun Sint,” sambung Imanuel.
Baca Juga: https://tribuanapos.net/2022/10/25/update-pencarian-dan-evakuasi-korban-kapal-cantika-tanggal-25-oktober-total-korban-capai-327-orang-3-jenazah-baru-ditemukan/
“Saya yakin bahwa semua yang hadir malam ini semuanya sepakat bahwa keutuhan dan kepentingan organisasi lebih penting daripada kepentingan Ketum dan Sekum. Ut Omnes Unum Sint. Shalom,” tutup Imanuel di dampingi istrinya via zoom dari Jakarta.
Dikonfirmasi terpisah, senior GMKI Kupang Amon Djobo yang kini menjabat Bupati Alor, mengharapkan kisruh di PP ini dapat segera berakhir sehingga PP GMKI bisa fokus melayani di medan layan.
Amon Djobo juga menyampaikan selamat kepada Ketua Umum Jefry Gultom dan Sekum Artinus Hulu yang terpilih di Kongres Toraja. Amon Djobo berharap GMKI di tangan keduanya ini bisa menciptakan suasana perdamaian dan keutuhan bangsa demi hormat dan kemuliaan nama Tuhan.
Baca Juga: https://tribuanapos.net/2022/10/25/banyak-korban-cantika-77-belum-ditemukan-tim-sar-pastikan-pencarian-berlanjut/
“Selamat kepada Ketum Jefry dan Sekum Artinus. GMKI jangan jadi pengekor, pikul orang punya map ikut dari belakang terus tapi harus menjadi pemimpin di negeri ini,” tutup Amon Djobo yang pernah makan semeja dengan Ketum Jefry saat Ketum hadir di Alor tahun lalu.
Kesimpulan rapat itu kemudian disusun oleh Moderator Haris Oematan dan Gady Buli untuk selanjutnya diserahkan kepada BPC GMKI Kupang untuk mengambil langkah-langkah organisasi menyikapi kisruh di PP.
Adapun beberapa poin diskusi penting yang disampaikan Haris Oematan antara lain:
Pertama; Semua anggota prihatin dengan kondisi yang terjadi di Pengurus Pusat GMKI, dikarenakan kekuatiran akan ketidakutuhan dan ketidakharmonisan yang berdampak pada ancaman perpecahan organisasi.
Baca Juga: https://tribuanapos.net/2022/10/25/cerita-reni-mose-selamatkan-puluhan-penumpang-cantika-express/
Kedua; Kondisi di Pengurus Pusat ternyata berdampak pada perbedaan cara pandang dan sikap individu anggota di cabang yang berpotensi menimbulkan disharmoni sehingga perlu terciptanya perdamaian dengan tetap dalam bingkai konstitusi organisasi.
Ketiga; Sehubungan dengan kondisi di atas maka civitas GMKI mengharapkan dan mendorong adanya rekonsiliasi nasional GMKI melalui dialog para pihak yang berkonflik bagi terciptanya perdamaian.
Keempat; Mendorong semua civitas GMKI Kupang dan tanah air mendoakan secara bersama untuk Keutuhan GMKI.
Baca Juga: https://tribuanapos.net/2022/10/25/kapolda-ntt-bentuk-tim-khusus-selidiki-kasus-terbakarnya-kapal-cantika-77/
Ketua BPC GMKI Cabang Kupang Frids Tae mengapresiasi para senior yang terlibat dalam mencari solusi perdamaian di PP. Informasi yang dihimpun media ini, Kecab Frids Tae dan Sekcab Erna Thon akan menggelar rapat BPC untuk menidaklanjuti hasil rapat senior untuk dikirim ke Ketum dan Sekum di Jakarta.
Usai rapat, para senior dan anggota di SC GMKI menikmati daging Se’i Babi Baun dan nasi pedas yang dibawakan oleh senior Haris Oematan.
Semoga ada damai di GMKI. Ut Omnes Unum Sint. Shalom.
Penulis: Demas Mautuka